Muslimedianews.com ~ Umat muslim sering kali menghancurkan diri mereka sendiri lebih parah dari usaha musuh Islam untuk menghancurkan mereka. Bahkan tidak jarang mereka cocok menyemat gelar kaum Yahudi Bani Israel dulu, yaitu "menghancurkan rumah mereka dengan tangan mereka sendiri".
Di Chad misalkan, saat gereja kristen seluruh dunia memberikan bantuan kepada umat kristiani di sana, memberikan mereka bantuan, menjamin keamanan dan kemerdekaan hak-hak mereka, umat muslim di Chad Utara selama dua puluh tahun selalu berada dalam perang saudara sesama mereka, saling melemahkan kekuatan mereka, dan membuat kehancuran untuk diri mereka sendiri.
Sedangkan di Sudan, saat gereja-gereja Skandinavia, Vatikan, Kanada dan Amerika berusaha untuk mengkristenkan Sudan Selatan, menjadikannya jembatan untuk usaha kristenisasi ke pedalaman Benua Afrika, umat muslim di Sudah Utara justru saling terpecah, mereka seolah satu tujuan namun hati mereka saling bertolak belakang.
Iran dan Iraq terlibat dalam peperangan yang tidak jelas. Jika jumlah korban yang jatuh itu digunakan untuk membebaskan tanah Palestina maka niscaya tidak akan ada lagi rakyat Palestina yang mengungsi ataupun tertindas.
Memang, umat Islam telah mengalami kemunduran sejak 2 hingga 3 abad lalu, menderita kemunduran dalam bidang pengetahuan, politik dan militer. Umat Islam harus berintrospeksi diri mereka, membangun kembali jalan kepada Allah, dan meninggalkan maksiat diri dan masyarakat yang terbiasa mereka lakukan.
Namun ternyata kita tidak melakukan itu. Dalam masa-masa tenang, kita terlena dengan berbagai kenikmatan syahwat dan melupakan diri kita dan tuhan kita, hingga lenyaplah masa-masa tenang dengan meninggalkan dosa. Dan saat tiba waktu perang, kita merasa tangan kita kosong dari bantuan Allah, kita telah menghabiskannya dalam keburukan yang tidak bermanfaat.
Kehancuran umat Islam pasti akan terjadi jika umatnya masih terasing dari ajaran Islam, atau menolak untuk merapatkan barisan di bawah bendera Islam. Namun jika mereka merubah kebiasaan mereka, memperbaiki akidah dan amalan mereka, dan mempelajari perjalanan leluhur mereka, maka Allah akan mengobati penyakit mereka, menyatukan mereka, dan memberikan mereka segala kebaikan.
Di Chad misalkan, saat gereja kristen seluruh dunia memberikan bantuan kepada umat kristiani di sana, memberikan mereka bantuan, menjamin keamanan dan kemerdekaan hak-hak mereka, umat muslim di Chad Utara selama dua puluh tahun selalu berada dalam perang saudara sesama mereka, saling melemahkan kekuatan mereka, dan membuat kehancuran untuk diri mereka sendiri.
Sedangkan di Sudan, saat gereja-gereja Skandinavia, Vatikan, Kanada dan Amerika berusaha untuk mengkristenkan Sudan Selatan, menjadikannya jembatan untuk usaha kristenisasi ke pedalaman Benua Afrika, umat muslim di Sudah Utara justru saling terpecah, mereka seolah satu tujuan namun hati mereka saling bertolak belakang.
Iran dan Iraq terlibat dalam peperangan yang tidak jelas. Jika jumlah korban yang jatuh itu digunakan untuk membebaskan tanah Palestina maka niscaya tidak akan ada lagi rakyat Palestina yang mengungsi ataupun tertindas.
Memang, umat Islam telah mengalami kemunduran sejak 2 hingga 3 abad lalu, menderita kemunduran dalam bidang pengetahuan, politik dan militer. Umat Islam harus berintrospeksi diri mereka, membangun kembali jalan kepada Allah, dan meninggalkan maksiat diri dan masyarakat yang terbiasa mereka lakukan.
Namun ternyata kita tidak melakukan itu. Dalam masa-masa tenang, kita terlena dengan berbagai kenikmatan syahwat dan melupakan diri kita dan tuhan kita, hingga lenyaplah masa-masa tenang dengan meninggalkan dosa. Dan saat tiba waktu perang, kita merasa tangan kita kosong dari bantuan Allah, kita telah menghabiskannya dalam keburukan yang tidak bermanfaat.
Kehancuran umat Islam pasti akan terjadi jika umatnya masih terasing dari ajaran Islam, atau menolak untuk merapatkan barisan di bawah bendera Islam. Namun jika mereka merubah kebiasaan mereka, memperbaiki akidah dan amalan mereka, dan mempelajari perjalanan leluhur mereka, maka Allah akan mengobati penyakit mereka, menyatukan mereka, dan memberikan mereka segala kebaikan.
Syekh Muhammad Ghazali (1917-1996)
Dalam buku "al-Haqq Murr" via Suara Al Azhar
No comments
Post a Comment