BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Saturday, August 16, 2014

Ini Buku Pendidikan Agama Islam yang Dianggap 'Berbau' Syiah

Muslimedianews.com ~ "Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMK Kelas XI kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga terindikasi ikut menyebarkan pemahaman Syiah".

Demikian diberitakan beberapa situs antara lain Fimadani (13/8), SuaraNews (13/8) kutip dari Fimadani, Lebahcamp Blogspot (14/8) kutip dari SuaraNews, AntiLiberalNews (14/8), PKS Piyungan (14/8) kutip dari Fimadani, dan  SunnahCare (14/8). Situs-situs tersebut adalah situs yang berafiliasi kepada PKS dan Wahhabi.

Pada halaman 5 buku pelajaran yang ditulis oleh Hj. Iim Halimah, H. Abd. Rahman, H. A. Sholeh Dimyathi dan H. Ridhwan itu, menjelaskan makna "Ulil Amri" dari Surah An-Nisaa' ayat 59 dengan menyebutkan beberapa pendapat ulama, salah satunya memasukkan pendapat kalangan Syi'ah yaitu Imam-Imam dikalangan ahlul bait.

"Para ulama berbeda pendapat tentang maknanya. Ada yang berpendapat bahwa maksud kata ‘penguasa’ adalah imam-imam di kalangan ‘ahlul bait’ (keluarga Nabi saw. Dari keturunan Ali dan Fatimah), ada yang mengatakan bahwa maksudnya adalah ‘penyeru-penyeru’ pada kebaikan dan ada pula yang berpendapat ‘pemuka-pemuka agama yang diikuti kata-katanya’."
Beberapa situs tersebut juga memperbandingkan dengan Tafsir Departemen Agama Republik Indonesia dan pemaparan imam Ahlussunnah wal Jama'ah Ibnul Jauzi yang tidak menyebutkan pendapat kalangan Syi'ah.

Tafsir Depag RI  hanya menyebutkan “…ulil `amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Orang-orang yang memegang kekuasaan itu meliputi: pemerintah, penguasa, alim ulama dan pemimpin-pemimpin."

Sedangkan Imam Ibnul Jauzi menyebutkan beberapa pendapat diantaranya Ulil amri adalah para pemimpin (umara'), para ulama, para shahabat Nabi dan Abu Bakar serta Umar.

Pemaparan Imam Ibnul Jauzi terdapat dalam kitabnya Zadul Masiir fi Ilmit Tafsir.

Ulama Aswaja Paparkan Juga Pendapat Syi'ah
Tidak semua ulama menyebutkan beragam pendapat didalam kitab tafsirnya; ada diantara mereka yang menyebutkan cukup dengan satu penafsiran saja, dan ada pula diantara mereka yang menyebutkan beragam macam penafsiran. Demikian halnya dengan penafsiran mengenai "Ulil Amri".

Imam Al-Baghawi didalam Ma'alimut Tanzil fi Tafsiril Qur'an menyebutkan bahwa ulama berbeda pendapat mengenai "Ulil Amri", diantaranya bermakna: 
  • Fuqaha (para ahli Fikih) dan ulama yang mengajarkan ilmu-ilmu agama mereka kepada umat,
  • Umara/Pemerintah dan penguasa/pejabat, 
  • Pemimpin pasukan pada masa Rasulullah
  • Isyarah pada Abu Bakar dan Umar radliyallahu 'anhuma 
  • Kaum Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Beragam penafsiran yang dipaparkan ulama merupakan khazanah pengetahuan dalam Islam, mulai dari pendapat yang lemah sampai yang kuat, dan sebagainya. Semua itu sebagai informasi untuk memperkaya pengetahuan umat Islam.  Termasuk dalam hal ini, ulama Ahlussunnah wal Jama'ah dari kalangan mufassir juga memaparkan pengertian "Ulil Amri" menurut  ulama Syi'ah, sehingga umat Islam mengetahui bahwa ada ulama Syi'ah yang berpendapat demikian.

Didalam Tafsir al-Qurthubi disebutkan beberapa pendapat ulama, antara lain
  • Ahli Qur'an dan Ilmu , pendapat Jabir bin Abdullah dan Mujahid dan dipilih Imam Malik
  • Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Ad-Dlahak, yaitu Fuqaha dan Ulama fiddin
  • Sahabat Nabi Muhammad SAW yang khusus, diriwayatkan dari Mujahid
  • Isyarah khusus pada Abu Bakar dan Umar, diiriwayatkan dari Ikrimah
  • Para pengelola urusan rakyat, pendapat Ibnu Kisan

    Pendapat lainnya
  • Pemimpin pasukan (pada masa Nabi), pendapat Maimun bin Mihran, Muqail dan al-Kalbi
  • Sekelompok ulama mengklaim Ulil Amri adalah Ali dan para imam-imam yang ma'shum.  
 "Sekelompok ulama mengklaim bahwa maksud dari ulil amri adalah Ali dan imam-imam yang ma'shum"
Meskipun Imam al-Qurthubi tidak menyebut siapa kelompok ulama yang dimaksud, tetapi bisa dipahami bahwa kemungkinan besar adalah pendapat kelompok Syi'ah dengan keyakinan imam-imam ma'shum mereka.  Pendapat kaum Syi'ah ini juga disebutkan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi didalam kitabnya al-Tafsiir al-Kabiir [1] :
"Dinukil dari ulama Rawafidl (Syi'ah Rafidlah) bahwa yang dimaksud dengan Ulil Amri adalah imam-imam yang ma'shum"
Bila membuka kitab  al-Durr al-Mantsur karya Imam al-Suyuthi, akan didapati sekitar 16 pendapat beragam tentang "Ulil Amri", salah satu pendapat yang disebutkan adalah
"Abid bin Hamiid meriwayatkan dari al-Kalbi "Ulil Amri" adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Ibnu Mas'ud"

Bagaimana dengan Buku Pelajaran Agama Tersebut?

Mengemukakan pendapat-pendapat ulama mengenai makna "Ulil Amri" yang beragam bukan sesuatu yang salah, hal itu akan menambah khazanah pengetahuan orang-orang yang membacanya.

Tetapi dalam buku tersebut hanya memaparkan beragam pendapat tanpa menyebutkan siapa yang berpendapat, dari ulama mana yang berpendapat, apakah dari ulama Ahlussunnah wal Jama'ah (Sunni) atau dari ulama Syi'ah?.

Perlu digaris bahwahi bahwa buku tersebut adalah buku pelajaran anak sekolah, bukan kitab tafsir atau kitab-kitab semisalnya. Tidak adanya keterangan lebih jelas mengenai hal itu maka besar kemungkinan peserta didik akan mengira bahwa pendapat itersebut adalah pendapat umat Islam pada umumnya, khususnya mayoritas umat Islam di Indonesia yang menganut Sunni. Hal ini adalah bentuk pengkaburan sekaligus pengiringan terhadap pemahaman kaum Syi'ah.

Indikasi penyusupan pemahaman Syi'ah dalam pelajaran agama Islam sangat perlu diwaspadai.

Tugas pendidik memberikan penjelasan mengenai pendapat-pendapat tersebut dengan baik, mana pendapat yang masih terkategori pendapat ulama Sunni dan mana yang bukan, sehingga meskipun ada pengkaburan pada buku tersebut, tetapi bisa diantisipasi bila guru pengajarnya memiliki pengetahuan yang memadai.

Oleh : Ibnu Manshur
gambar: Fimadani



« PREV
NEXT »

1 comment

  1. Saya termasuk salah satu pembaca buku itu. Kalau hanya mengutip pendapat ulama yg menyebut kata "ahlul bait" kemudian dibilang syiah, menurut saya kok terlalu menggeneralisir dan berlebihan. Apakah para pengkritik sudah benar-benar membaca buku itu dan membuat penilaian yg seimbang? Atau hanya menyimpulkan dari informasi yang secuil itu? Kalau saya baca, justru banyak di dalamnya mencirikan suni, seperti kisah ttg Abu Bakar ra. yg membebaskan budak (hal 33), kisah ttg Usman ra. yg mensedekahkan barang2 dagangannya (hal 33), hadis riwayat Bukhari dari Aisyah ra. ttg Abu Bakar ra (hal 49), pujian thd Abu Bakar ra. dan Umar bin Khattab ra dalam kolom "Pemimpin Sejati" (hal 94), dll. Kaum Syiah tidak mungkin memuji-muji mereka. Justru buku ini lebih banyak menyebarkan paham Sunni seperti dianut masyarakat Indonesia. Sebaiknya kita berhati-hati sebelum memposting sesuatu. Fitnah lebih besar daripada pembunuhan dan fitnah itu dosa yg besar. Yang harus lebih kita waspadai adalah upaya utk memecah belah umat.

    ReplyDelete