وأقم الصلاة طرفي النهار وزلفا من الليل إن الحسنات يذهبن السيئات ذلك ذكرى للذاكرين
“Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik bisa menghapus segala kesalahan, itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat Allah”. (QS. Hûd; 114).
Tidak ada diversitas pendapat dari kalangan mufasir pada kata “الصلاة”. Mereka sepakat bahwa yang dimaksud shalat tersebut adalah shalat maktubah. Sehubungan dengan ayat ini, para pemuka tasawuf mengatakan, bahwa maksud ayat ini perintah untuk senantiasa mengisi waktu dengan ibadah, baik wajib maupun sunah. Namun, pendapat ini ditentang oleh Imam Ibnul Arabi dengan alasan bahwa hal itu di luar kemampuan manusia.
Sedangkan maksud kata الحسنات pada ayat di atas menurut mayoritas mufasir dari kalangan Shahabat dan Tabiin adalah shalat lima waktu, bukan kebaikan biasa. Pernyataan ini didukung oleh kasus yang menjadi penyebab turunnya ayat tersebut.
Ayat ini diturunkan berkaitan dengan tindakan seorang pemuda dari kalangan Anshar, yaitu Abul Yusri bin Amr, nama aslinya adalah Abbad, yang melakukan perbuatan mesum dengan seorang wanita, tapi tidak sampai berzina. Dengan kata lain, cuma dosa kecil. Kemudian ia mengadu kepada Rasulullah ihwal perbuatan bejatnya, tapi beliau tidan menanggapinya seraya berkata: “Lihat nanti, apa keputusan Tuhanku”. Lalu ia melaksanakan shalat Ashar bersama Rasulullah. Usai melaksanakan shalat, Rasulullah kedatangan malaikat Jibril menyampaikan wahyu yang berupa ayat di atas. Kemudian beliau bertanya: “Dimana Abul Yusr”. “Saya Ya Rasulullah”, jawab Abul Yusr. “Apakah kamu melakukan shalat Ashar barusan bersamaku?”, tanya Rasulullah. “Ya”, jawab Abul Yusr. “Pergilah, sesungguhnya shalat Asharmu menjadi penebus atas dosa yang telah kamu lakukan”.
Mendengar sabda itu, Umar bin al-Khatab bertanya;” Wahai Rasulullah, apakah hal itu hanya khusus untuknya?”. “Tidak, tapi untuk semua orang”, jawab Rasulullah.
Demikianlah, betapa agungnya shalat, hingga dengan shalat dosa-dosa kita bisa terhapus tapi dengan catatan bukan dosa besar, karena jalan satu-satunya untuk terhapus dari dosa besar adalah bertobat, bukan yang lain. Sekian, semoga bermanfaat.[]
~fb Pondok Pesantren Sidogiri~
No comments
Post a Comment