Menumbuhkan kesadaran tentang pluralisme di tingkat pemuda. Itu yang kini giat dilakukan Pemuda Pemudi Lintas Agama (Pelita Nusantara). Belum lama ini Pelita Nusantara mengadakan kegiatan Youth pluralism Camp yang digelar pada 25-27 Agustus di Pamulang Tangerang Selatan. Hadir dalam acara tersebut, Peraih Penghargaan Pemuda Inspirasi dari Menpora, Abdul Wahab.
Ketua Pelita Nusantara, Yudha mengatakan, kegiatan tersebut menjadi pembuka rangkaian Youth Pluralisme Camp yang akan digelar di beberapa Kota di Indonesia. kehadiran Pelita Nusantara diharapkan akan membuat pemuda tak segan berdiskusi dan lebih perduli dengan hal-hal yang berbau pluralisme. ”Terlebih lagi kondisi Negeri ini yang mengalami degradasi moral dalam menyikapi perbedaan menjadi pekerjaan rumah bagi kami, bagaimana memberikan pemahaman yang benar dalam menyikapi perbedaan. Dan itu harus ditanamkan sejak dini,” ungkapnya.
Abdul Wahab dalam pemaparannya, bahwa konsep plularisme kurang dipandang oleh sebagian besar umat beragam. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa dikemudian hari akan bersemi kembali bibit radikalisme.
Kang Wahab, sebutan akrab pria asal Tegal ini dulunya pernah hidup di lingkungan non islam. Dia beberapa tahun tinggal di Papua yang didalamnya didominasi oleh masyaraat plural. “Saya hidup dengan damai di lingkungan masyarakat yang beragama bukan Islam. Dan saya bisa membuktikan itu".
Dia menambahkan, "ini adalah awal untuk revolusi mental anak muda agar punya fondasi pancasila dan memastikan bahwa nilai-niilai pancasila tertanam di dalam diri anak muda Indonesia,” tegasnya.
Ketua Pelita Nusantara, Yudha mengatakan, kegiatan tersebut menjadi pembuka rangkaian Youth Pluralisme Camp yang akan digelar di beberapa Kota di Indonesia. kehadiran Pelita Nusantara diharapkan akan membuat pemuda tak segan berdiskusi dan lebih perduli dengan hal-hal yang berbau pluralisme. ”Terlebih lagi kondisi Negeri ini yang mengalami degradasi moral dalam menyikapi perbedaan menjadi pekerjaan rumah bagi kami, bagaimana memberikan pemahaman yang benar dalam menyikapi perbedaan. Dan itu harus ditanamkan sejak dini,” ungkapnya.
Abdul Wahab dalam pemaparannya, bahwa konsep plularisme kurang dipandang oleh sebagian besar umat beragam. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa dikemudian hari akan bersemi kembali bibit radikalisme.
Kang Wahab, sebutan akrab pria asal Tegal ini dulunya pernah hidup di lingkungan non islam. Dia beberapa tahun tinggal di Papua yang didalamnya didominasi oleh masyaraat plural. “Saya hidup dengan damai di lingkungan masyarakat yang beragama bukan Islam. Dan saya bisa membuktikan itu".
Dia menambahkan, "ini adalah awal untuk revolusi mental anak muda agar punya fondasi pancasila dan memastikan bahwa nilai-niilai pancasila tertanam di dalam diri anak muda Indonesia,” tegasnya.