
Menurutnya, negara yang dibangun Rasulullah menekankan pentingnya
persatuan di tengah perbedaan. Di zamannya, Rasulullah SAW menghargai
perbedaan pandangan.
Rasulullah SAW sangat menghargai kesepakatan yang dibuat dengan kaum
musyrikin Mekkah. Di zaman Rasulullah hal ini pun terjadi seperti di
Indonesia.
"Indonesia ini memang bukan negara Islam. Tetapi Indonesia ini dijiwai
oleh sila pertama, berketuhanan yang maha esa. Sila inilah yang kemudian
memancarkan kebaikan-kebaikan seperti tertuang dalam sila-sila
berikutnya terkait kesejahteraan, persatuan, peradaban, keadilan
sosial," kata Mbah Maimoen.
Mbah Moen menceritakan hubungan politik Rasulullah SAW dalam perjanjian
Hudaibiyah atau hubungan Rasulullah dengan penguasa-penguasa negara yang
beragama Nasrani.
Rasulullah SAW juga tidak segan-segan berinteraksi secara personal
dengan sahabat-sahabat dari Persia. Rasulullah, kata Mbah Moen,
memberikan tempat istimewa bagi Salman asal Persia karena
pengalaman-pengalaman di negeri asalnya yang memiliki peradaban lebih
tua. (*)
No comments
Post a Comment