Muslimedianews.com ~ KITA BERADA DI ERA "POST TRUHT"
Era kepalsuan dan kebohongan diakui sebagai kebenaran dan era kebenaran disangsikan kebenaranya. Era pasca kebenaran.
Kamus Oxford mendefinisikan istilah tersebut sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. Kondisi ini memang memuncak dalam dua momen politik tersebut yang digerakkan oleh sentimen emosi. Dalam situasi tersebut, informasi-informasi hoax punya pengaruh yang jauh lebih besar ketimbang fakta yang sebenarnya.
Salah satu sumber sehingga opini atau perasaan lebih berpengaruh pada pembentukan kebenaran daripada fakta obyektif adalah media lebih utamanya medsosnya. Ada dua sisi dari perilaku media yang bisa dijadikan perhatian dalam hal ini, sisi text consumption dan sisi text productioan.
Pada sisi text consumpsion (konsumen media spt pendengar, pembaca, penglihat media) mesti dilatih menguasai lieracy media agar menjadi konsumen media yang cerdas, yang mandiri dan rajin2 bertabayun, memiliki ketrampilan dan kemampuan membandingkan satu sumber dengan sumber informasi lainya untuk mengambil sebuah kesimpulan.
Pada sisi text production (Produsen media spt penulis, pembicara, pembuat video, pembuat konten2 media lainnya termasuk jurnalis) mesti taat pada etika komunikasi publik, informasi adalah sesuatu yang "suci" maka wajib "disucikan" cara penggunaanya.
Dalam era medsos berharap kedua hal di atas berjalan semestinya memang sulit, karena para pihak memang sengaja menjadikan medsos sebagai medan "perang" opini baik atas nama politik praktis, manhaj agama, aliran pemikiran, ideologi negara, dsb atau istilah kerenya medsos adalah medan "ghozwul fikr" (perang oemikiran) paling ideal.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan di medsos untuk mengurangi dampak ""post truht" adalah konten diimbangi dengan konten. Konten faktual obyektif harus sama banyaknya dengan konten hoax subyektif - kalau bisa malah harus lebih banyak, demikian seterusnya. Agar dengan situasi itu, memungkinkan para pihak untuk cross chek dan bertabayun.
Atas dasar situasi di atas maka para bijak bestari, cerdik cendekia, para begawan, para suhu, para agamawan, para negarawan harus mau terjun "berkeringat dan berpeluh" di medan medsos untuk "memproduksi" konten2 yang mencerahkan, mencerdaskan dan menuntun ke jalan kebenaran hakiki para konsumen medsos.
Kenapa berkeringat dan berpeluh, karena kehadiran Beliau2 tidak ada jaminan untuk tidak dirisak, dibully dan dinistakan oleh para pihak yang lebih memilih jalan gelap dalam bermedsos. Salam. (-nis)
Sumantri, Pengurus Anshor pusat
Sumantri, Pengurus Anshor pusat
No comments
Post a Comment