Dampak Kebencian, Workshop Al-Qur'an Nusantara Difitnah Membuat Al-Qur'an Baru
Muslimedianews.com ~ Disejumlah akun sosial media facebook, tersebar fitnah-fitnah yang sangat dahsyat dalam upaya menyerang istilah Islam Nusantara. Yang sebenarnya sebenarnya istilah Islam Nusantara adalah susunan kalimat idlafah yang didalam bahasa pesantren dipahami sebagai Islam (di) Nusantara yang memiliki karakteristik khas.
Dalam upaya menyerang Islam Nusantara itu, berbagai upaya dilakukan oleh beberapa pihak untuk menolaknya. Bagi kalangan berilmu, penolakan dilakukan dengan tulisan-tulisan berbobot dan diskusi-diskusi ilmiah, tapi bagi kalangan yang tenggelam dalam pahitnya kebodohan, penolakan dilakukan secara membabi buta, bahkan dengan cara membuat fitnah-fitnah di facebook.
Diantaranya, fitnah itu dilakukan pada sebuah acara bertajuk Workshop Al-Qur'an Nusantara. Perhatikan beberapa narasi fitnah yang dibuat oleh manusia-manusia tidak berilmu, sebagai berikut:
Narasi fitnah 1 :
“Setelah ISLAM NUSANTARA, terbit pula AL-QUR’AN NUSANTARA, kira² make bahasa Indonesia kali ya… Allahul Musta’an..”
Narasi fitnah 2:
“Sekalipun akan ada al-Qur’an Nusantara, yg mungkin tidak ada bahasa Arab di dalamnya, aku harap kalian wahai saudaraku, tetap berpegang teguh terhadap al-Qur’an Karim… Tetep membaca & menghafalnya dalam bahasa al-Qur’an, bukan bahasa daerah masing-masing.. Katakan “Aku Islam tanpa embel-embel”..”
Narasi Fitnah 3
“SETELAH ISLAM NUSANTARA,,,KINI MUNCUL AL-QUR’AN NUSANTARA.
MUNGKIN SELANJUTNYA AKAN ADA NABI NUSANTARA ????? . INNALILAHI WAINNAILLAHI ROJIUN”
BAGAIMANA FAKTANYA ?
Komentar negatif beredar di sosial media terkait Workshop Al-Qur’an Nusantara yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, Selasa (17/718).
Mereka menduga acara tersebut bertujuan akan lahirnya Al-Qur’an Nusantara yang isi ayat dalam Al-Qur’an diganti, dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa daerah yang terdapat di Indonesia.
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang Dr Putra Eka Wirman menjawab polemik workshop Alquran Nusantara yang menjadi viral di media sosial. Ia menjelaskan, yang dimaksud dengan Alquran Nusantara itu adalah mushaf-mushaf Alquran kuno yang ditulis tangan oleh ulama-ulama Minangkabau pada awal abad ke-19.
“Itu digelarnya tanggal 17 Juli lalu oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kemenag RI dan ini untuk kali ketiga. Sebelumnya digelar di Aceh, dan daerah lainnya,” katanya, Minggu (22/7).
Ia mengatakan, Workshop Alquran Nusantara kontennya mengenalkan pada peserta workshop model-model Alquran yang ditulis tangan di Minangkabau. Sekaligus membedah Alquran-Alquran yang ditulis para ulama di Minangkabau, baik tulisan tangan maupun cetak di awal abad ke-19.
“Yang dibahas dalam workshop itu kapan Alqurannya ditulis, langgam yang dipakai, spesifikasi, dan lainnya. Ciri-ciri mushaf Alquran kuno ini, tidak ada penomoran ayat, cara penulisan bahasa arab, kaligrafi yang benar dan beberapa klasifikasinya, serta umur mushafnya,” tuturnya.
Melalui surat siaran pers, Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an memberikan klarifikasinya.
Berikut isi surat siaran pers yang dibuat oleh Kemenag RI :
Sehubungan dengan informasi yang tersebar luas melalui media sosial terkait workshop kajian Al-Qur’an yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, pada Selasa 17 Juli 2018, dengan ini Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) menjelaskan sebagai berikut:
1. Kegiatan tersebut seyogianya berjudul “Workshop Manuskrip Al-Qur’an Nusantara’. Sebuah kegiatan LPMQ yang bertujuan menggalakkan kajian khazanah mushaf kuno Al-Qur’an di Kepulauan Nusantara. Kajian terhadap manuskrip Al-Qur’an warisan para ulama Nusantara selama ini masih kurang memperoleh perhatian.
2. Kegiatan workshop ini merupakan pengembangan dari penelitian manuskrip Al-Qur’an di Nusantara yang sudah dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an selama beberapa tahun terakhir (2011-2017).
3. Kegiatan di UIN Imam Bonjol membahas khazanah manuskrip Al-Qur’an yang terdapat di suaru-surau, museum, dan koleksi pribadi di Sumatera Barat. Mushaf-mushaf kuno tersebut merupakan hasil karya tulis tangan para ulam surau pada sekitar abad ke-19.
4. Pada acara workshop para peserta diberikan materi tentang wawasan manuskrip Al-Qur’am di Nusantara dan bagaimana menerapkan kajian ulumul-Qur’an seperti ilmu rasm, dabt (tanda baca), waqaf dan ibtida, dan lain-lain, dengan objek mushaf kuno setempat.
Fact Checker : Levy Nasution
Referensi :
https://web.facebook.com/lpmajkt/photos/rpp.188611997856867/1925532627498120/?type=3&theater
via turnbackhoax.id