Terbaca, Sandi Disebut Ulama Supaya Punya Dalih Gelar Aksi Bela Ulama Jelang Pilpres ?
Muslimedianews.com ~ Sebelumnya, ketua umum PKS Sohibul Iman menyebut Sandiaga sebagai santri post islamisme. Hal ini diungkapkan saat Sandiaga baru saja dipilih sebagai Cawapres Prabowo.
Belum selesai tawa dan kegelian kita dengan pernyataan naif pimpinan PKS, muncul lagi pernyataan dari majelis syuro PKS, Hidayat, yang menyebut bahwa Sandiaga adalah ulama.
“Menurut saya sih Pak Sandi itu ya ulama, dari kacamata tadi. Perilakunya, ya perilaku yang juga sangat ulama, beliau melaksanakan ajaran agama, beliau puasa Senin-Kamis, salat duha, salat malam, silaturahim, menghormati orang-orang yang tua, menghormati semuanya, berakhlak yang baik, berbisnis yang baik, itu juga satu pendekatan yang sangat ulama. Bahwa kemudian beliau tidak bertitel 'KH' karena memang beliau tidak belajar di komunitas tradisional keulamaan," tutur Hidayat.
Entah berapa kardus yang sudah disalurkan kepada mulut-mulut buaya PKS. Entah berapa fustun yang disiapkan untuk berjihad di jalan poligami. Sehingga PKS terlihat begitu naif dalam menjilat dan menyanjung Sandiaga, bahkan menyebutnya sebagai ulama.
Ada banyak hal yang bisa dipertanyakan dari puasa senin kamis, salat duha, salat malam dan klaim berbisnis yang baik. Tapi semua pertanyaan tersebut bisa disiapkan jawabannya, sesuai kebutuhan dan citra yang diinginkan. Dan saya tak terlalu tertarik dengan perdebatan dan wilayah abu-abu seperti itu.
Kita langsung saja masuk pada kesalahan fatal dalam cara berpikir orang-orang PKS. Pertama, santri adalah sebutan bagi orang yang belajar di pesantren. Kalau orang yang belajar di sekolah umum, disebutnya sebagai siswa. Untuk yang kuliah, kita sebut mahasiswa. Sementara Sandiaga adalah orang yang pernah sekolah di sekolah kristen, gimana ceritanya bisa disebut santri?
Kedua, ulama adalah gelar bagi seseorang yang memiliki pengetahuan luas tentang agama. pemuka agama. Orang yang ahli dalam hal agama.
Sohibul bisa menjelaskan alasan-alasannya mengapa menyebut Sandiaga santri post islamisme, Hidayat juga bisa memberikan alasan-alasan logis. Silahkan. Tapi satu hal yang menjadi titik kesalahan mereka, berkat kebodohan dan ketidaktahuan, bahwa mereka kini sedang bicara di Indonesia, sedang berbicara di hadapan rakyat Indonesia dengan bahasa Indonesia.
Ulama, memang asalnya dari bahasa Arab yang berarti ilmuan, orang yang berilmu. Sekelas profesor atau peneliti lah kira-kira. Tapi itu bahasa Arab. Ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia, maknanya menjadi lebih khusus dan terbatas, menjadi pemuka agama. Kenapa begitu? Karena dalam bahasa Indonesia kita punya kata yang lain untuk gelar ilmuan, seperti profesor, doktor, peneliti, analisis dan sebagainya.
Nah kalau Hidayat PKS ini bilang Sandiaga adalah ulama, dalam konteks berbicara di hadapan masyarakat Indonesia dan sedang menggunakan bahasa Indonesia, ya ini yang disebut tidak sesuai tempatnya. Seperti pasangan suami istri yang bersenggama di tempat umum. Pada dasarnya suami istri halal bersenggama, tapi menjadi salah dan dosa besar karena melakukannya di tempat umum.
Tapi ya sudah, mau dijelaskan bagaimanapun kalau pada dasarnya kampret ya tetap kampretus ereksi, eh erektus! Sehingga ke depan yang perlu mendapat perhatian bukanlah kebodohan dan kenaifan orang-orang PKS, melainkan agenda dan niat licik di balik skenario ini.
Kita semua, masyarakat Indonesia, terutamanya relawan Jokowi, harus mulai mewaspadai rencana-rencana busuk di balik semua label-labelan tersebut. Gong tanda ‘dimulainya’ permainan SARA sudah dimulai oleh Prabowo, saat menyebut Zulkifli ketua PAN sebagai operator untuk menjatuhkan Ahok. Dan kalau mereka sudah mulai bernostalgia, kemungkinan besar mereka akan menjalankan kampanye dan strategi licik yang sama.
Sehingga pernyataan-pernyataan dari PKS, yang menyebut Sandiaga sebagai santri post islamisme bahkan sekarang menganggap Sandiaga adalah ulama, kemungkinan besar nantinya akan ada gerakan “Aksi Bela Ulama” lagi.
Bagi anda yang kerap berpikir logis, mungkin hanya akan tertawa lebih panjang dari biasanya membaca ini. Seperti tertawa mendengar Sandiaga dilabeli ulama. Tapi percayalah, yang paling penting dan genting untuk saat ini adalah waspada. Karena ini serius.
Kurang bukti apa lagi? sudah banyak dari kelompok mereka ini yang mendadak ustad dan menjadi pemuka agama hanya modal jenggot dan surban. Ketua GNPF Ulama misalnya, tak lebih dari sekedar orang Lapindo yang sangat benci dengan Jokowi karena mereka ditekan dan diancam Jokowi soal ganti rugi. Hanya modal peci, orang tersebut seolah-olah yang paling ulama di Indonesia dan berhak mengadakan ijtima ulama.
Ada juga orang yang kerjanya sebagai profokator dan hoax di twitter, hanya modal jenggot putih dan surban, jadi ustad. Artis nggak laku, nenek-nenek janda dan muallaf, hanya modal kerudung, sekarang sudah jadi ustadzah. Belum lagi yang model Kanjeng Dimas dan sejenisnya. Faktanya semua mereka punya massa dan jemaah.
Kalaupun ini terlihat begitu bodoh, lucu dan bercanda, tapi percayalah bahwa semua ini sangat terencana, terstruktur, sistematis dan massif. Indonesia harus waspada akan adanya gerakan Aksi Bela Ulama jelang Pilpres. Indonesia harus waspada terhadap ormas terlarang HTI yang pasti akan ikut aksi lagi dan rusuh lagi seperti sebelumnya. Begitulah kura-kura. #JokowiLagi
Alifurrahman
Analyst, Pemikir, Pakar Mantan dan Spesialis Titik-titik
via seword
No comments
Post a Comment