BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Monday, June 02, 2014

NU adalah Penengah Kekuatan Nasionalis-Agama-Politik

Muslimedianews.com, Brebes ~ Ketangguhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak terlepas dari peran Nahdlatul Ulama (NU) sebagai kekuatan sosial. Banyak contoh negara Islam di Timur Tengah tumbang gara-gara tidak memiliki kekuatan organisasi sosial kemasyarakatan, seperti NU.

NU telah terbukti menjadi perekat dan penengah konflik diantara kepentingan nasionalis dan agama maupun politik, kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj.

“NU, satu-satunya organisasi yang telah terbukti menjadi perekat dan penengah kekuatan nasionalis, agama maupun politik,” terangnya saat menyampaikan mauidlatul khasanah pada Manaqib Kubro Jami’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An Nahdliyah (Jatman) se-Jateng di Pendopo Bupati Brebes, Sabtu malam (31/05/14).

Kang Said, demikian sapaan akrabnya, menandaskan NU telah menjadi perekat seluruh komponen bangsa. Politik kebangsaan yang dianut NU menjadi kekuatan sosial yang ampuh tanpa membedakan latar belakang apapun. “Ahmadiyah itu sesat, tetapi tidak berarti manusianya harus dibantai, diusir atau pun rumahnya dibakar, tidak,” kata Kang Said mencontohkan sikap toleransi NU kepada mahluk di bumi.

Dia menandaskan, selama masih ada NU maka NKRI selamat. Kekuatan terkecil dari pengurus anak ranting, pengurus ranting, MWC, pengurus cabang, pengurus wilayah hingga PBNU  menjadi kekuatan besar bangsa Indonesia.  “Selama masih ada PBNU, P = Pancasila, B=Bhineka Tunggal Ika, N=NKRI dan U=UUD 1945, Indonesia selamat,” tegasnya.

Negara-negara timur tengah yang menganut Islam 100 persen bisa tumbang karena tidak memiliki toleransi dengan Kaum Nasionalis, demikian juga sebaliknya. Sebab Islam bukan hanya aqidah dan syareah. Tapi Islam juga peradaban, intelektual, budaya, kemanusiaan, pendidikan, kesejahteraan dan kemasyarakatan lainnya. “Tradisi NU telah menjadi kekuatan rekonsiliasi grassroot,” ujarnya.

Kang Said juga memberi apresiasi kepada pemimpin, baik presiden maupun bupati agar selektif dalam menerapkan kebijakan. Pasalnya apapun yang menjadi kebijakannya akan berakibat langsung pada masyarakat. Untuk itu harus mempertimbangkan akibat dari kebijakan yang diambilnya apakah akan berbuah maslahat atau berakibat mudlarat bagi umat?

Keputusan yang berpihak kepada umat akan bernilai jihad. Seperti pertama, bisa membangun masyarakat yang beriman, iman yang beralasan. Kedua, syariat islam berjalan dengan baik namun bukan dengan desakan peraturan. Tidak perlu diundangkan tapi dijamin pengamalannya. Karena kalau diundangkan bisa-bisa pelaksanaanya tidak ikhlas. Ketiga, memberi perlindungan kepada warganya yang baik dan benar. Siapapun dia, kalau baik dan benar harus di bela. “Kalau culas, tukamg nyolong, koruptor, meskipun Islam jangan dibela,” tandasnya.

Isighosah dipimpin KH Zaeni Mawardi dari Semarang, KH Chalwani (Purworejo) dan KH Ahmad Said Basalamah (Brebes).

Hadir Rais Syuriyah PWNU Janteng KH Ubaedillah Sodaqoh, Bupati Brebes Hj Idza Priyanti SE, Wakil Bupati Brebes Narjo, Ketua PCNU Brebes H Athoillah SE MSi, Rais Syuriyah PCNU Brebes KH Aminudin Mashudi dan undangan lainnya.

Managib Kubro dibuka Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo pada siang harinya. Dalam sambutannya gubernurn mengajak kepada seluruh warga Jateng untuk melakukan revolusi mental. Revolusi mental perlu dilakukan karena sudah pada ambang batas toleransi. Berbagai kegiatan yang salah dianggap lumrah. Seperti kasus pungli jembatan timbang yang menyimpang dianggap hal biasa.

Ketua Panitia H Emastoni Ezam SH MH menjelaskan, Manaqib diikuti 20 orang per Syu’biyah (tingkat cabang), 5 Muslimat Thariqah dan 3 Matan (Mahasiswa Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An-Nahdliyyah). Namun, sebagaimana umumya kegiatan NU maka yang datang melebihi dari undangan resmi. “Yang diundang sekitar 1000, tapi yang datang mencapai 2000 peserta,” kata Toni.

Dalam kegiatan Jatman diisi dengan sidang-sidang Komisi antara lain Komisi organisasi bertempat di Pendopo, Komisi Bahtsul Masail (Pesantren Assalafiyah II), Komisi Muslimat Thariqah (MTs N Model) dan Komisi Matan (Gedung PKK).

Kegiatan yang berlangsung 30-31 Mei 2014 selain Ketua PBNU KH Said Aqil Siraj mauidlatul khasanah juga disampaikan Habib Luthfi dari Pekalongan. (Wasdiun/Anam)

Sumber: nu.or.id/foto: NU Sufi Gathering, Februari 2014
« PREV
NEXT »

No comments