Muslimedianews.com ~ The Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS). Dipimpin oleh Abu Bakr al-Baghdadi, orang Irak, ISIS awalnya kelompok al-Qaida di Irak, Negara Islam Irak (ISI).
ISIS atau ISIL?
The Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) atau The Islamic State in Iraq and Levant (ISIL), Al-Sham telah paling sering diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai Levant, maka sering juga disebut ISIL. Hal itu sebelumnya dikenal sebagai Jama’at al-Tawhid wal Jihad, Al-Qaeda di Negara Islam Irak.
Dalam perang Sipil di Syuriah (Syam), kelompok ini awalnya tidak terlibat langsung. Abu Muhammad al-Joulani, anggota ISI mendirikan Jabhat al-Nusra pada pertengahan 2011, yang kemudian menjadi kelompok jihad utama dalam perang di Suriah. Joulani menerima dukungan dan dana dari ISIS dan Baghdadi.
Tetapi Al-Baghdadi berusahan mendapatkan pengaruh kuat atas Jabhat al-Nusra dengan langsung memperluas operasi ISI ke Suriah, membentuk ISIS pada bulan April tahun lalu. Perbedaan atas ideologi dan strategi segera menyebabkan pertikaian pahit. ISIS berbalik menjadi terlalu ekstren dan brutal, tidak hanya untuk Jabhat al-Nusra, tetapi untuk al-Qaeda itu sendiri, mengarah pada penolakan publik oleh Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaida, yang bulan lalu Menyerukan agar ISIS meninggalkan Suriah dan kembali ke Irak.
Pada saat itu ISIS telah kehilangan basis di Suriah untuk Jabhat al-Nusra dan sekutunya. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa ISIS adalah kekuatan yang telah menguasai dan menghancurkan kota Mosul, kota kedua terbesar di Irak. ISIS sekarang mengontrol wilayah yang membentang dari tepi Timur Aleppo, Suriah, untuk Fallura di Irak Barat, dan sekarang kota utara Mosul.
ISIS telah menunjukkan kekejaman dan kebrutalan di wilayah Suriah yang berada di bawah kontrolnya, Allepo Timu, dan Kota Raqqa. Bulan Februari ISIS dianggap bertanggung jawab atas kematian pendiri kelompok Salafi Ahrar Al-Sham dan pemimpin kelompok itu di Allepo, Muhammad Bahaiah, yang memiliki hubungan dekat dengan pemimpin seior al-Qaida. ISIS juga bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin Jabhat al-Nusra di Provinsi Idlib, Abu Muhammad al-Ansari, bersama dengan istri, anak-anak dan kerabatnya.
Meski dengan reputasi brutal ISIS telah menunjukkan flkesibilitas di Irak untuk mendapat dukungan Sunni di utara Irak melawan pemerintah Syiah yang dipimpin Nouri al-Maliki. Mushreq Abbas, jurnalis Irak untuk situs al-Monitor, menjeleaskan bagaimana Baghdadi telah menampilkan dirinya sebagai alternatif kepada pemimimpin Sunni, pemimpin suku, dan ulama moderat untuk menentang pemerintah pusat.
“Sampai saat ini, agamawan tidak dianggap sebagai ancaman oleh pasukan Baghdadi… ketika suku-suku menolak untuk mengibarkan bendera ISIS di Falluja, Baghdadi memerintahkan pasukannya untuk tidak mengibarkan bendera dan mencoba mengkooptasi para pejuang dari kelompok bersenjata, klan suku, atau agamawan,” kata Abbas
Berbeda dengan tentara Irak, Pasukan ISIS memiliki motivasi tinggi, pertempuran semakin sengit, dan dilengkapi dengan persiapan yang baik, menurut para analis.
“Ini sudah berjalan seperti negara. Ia memiliki semua kelengkapan negara, bukan hanya satu yang diakui secara internasional,” Douglas Ollivant dari New America Foundation, mengatakan pada Washington Post.
Pengadilan berjalan, sekolah dan pelayanan, pengibaran bendera hitam-putih disetiap fasilitas yang dikontrol. Di Raqqa bahkan mereka melakukan otoritasi perlindungan konsumen untuk standar makanan.
ISIS telah meningkatkan kekuatannya dengan merekrut ribuah relawan asing di Suriah, beberapa dari Eropa dan Amerika Serikat, dan diperkirakan memiliki lebih dari 10.000 laki-laki di bawah kendalinya. Adapun sumber daya, di dapat dari jaringan pemerasan di Mosul yang mendahului penarikan pasukan AS, dan pada bulan Februari menguasai lapangan gas Conoco yang memiliki nilai finansial besar, dikatakan bernilai ratusan ribu dolar seminggu, dari Jabhat al-Nusra di Deir Ezzor, Suriah.
Sekarang ISIS telah menguasai Mosul, dan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk mendukung klaimnya bahwa mereka adalah kelompok jihad terkemuka.
“Isis sekarang menyajikan dirinya sebagai alternatif ideologis mengungguli al-Qaida dalam komunitas jihad dan secara terbuka menantang legitimasi pemimpin al-Qaida Ayman al-Zawahiri,” kata Charles Lister, di Brookings Institution, Doha, dalam makalah bulan lalu.
“Karena itu telah semakin menjadi gerakan transnasional dengan tujuan langsung jauh melampaui Irak dan Suriah.” (the guardian/rt)
Sumber via arrahmah.co.id
ISIS atau ISIL?
The Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) atau The Islamic State in Iraq and Levant (ISIL), Al-Sham telah paling sering diterjemahkan dari bahasa Arab sebagai Levant, maka sering juga disebut ISIL. Hal itu sebelumnya dikenal sebagai Jama’at al-Tawhid wal Jihad, Al-Qaeda di Negara Islam Irak.
Dalam perang Sipil di Syuriah (Syam), kelompok ini awalnya tidak terlibat langsung. Abu Muhammad al-Joulani, anggota ISI mendirikan Jabhat al-Nusra pada pertengahan 2011, yang kemudian menjadi kelompok jihad utama dalam perang di Suriah. Joulani menerima dukungan dan dana dari ISIS dan Baghdadi.
Tetapi Al-Baghdadi berusahan mendapatkan pengaruh kuat atas Jabhat al-Nusra dengan langsung memperluas operasi ISI ke Suriah, membentuk ISIS pada bulan April tahun lalu. Perbedaan atas ideologi dan strategi segera menyebabkan pertikaian pahit. ISIS berbalik menjadi terlalu ekstren dan brutal, tidak hanya untuk Jabhat al-Nusra, tetapi untuk al-Qaeda itu sendiri, mengarah pada penolakan publik oleh Ayman al-Zawahiri, pemimpin Al-Qaida, yang bulan lalu Menyerukan agar ISIS meninggalkan Suriah dan kembali ke Irak.
Pada saat itu ISIS telah kehilangan basis di Suriah untuk Jabhat al-Nusra dan sekutunya. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa ISIS adalah kekuatan yang telah menguasai dan menghancurkan kota Mosul, kota kedua terbesar di Irak. ISIS sekarang mengontrol wilayah yang membentang dari tepi Timur Aleppo, Suriah, untuk Fallura di Irak Barat, dan sekarang kota utara Mosul.
ISIS telah menunjukkan kekejaman dan kebrutalan di wilayah Suriah yang berada di bawah kontrolnya, Allepo Timu, dan Kota Raqqa. Bulan Februari ISIS dianggap bertanggung jawab atas kematian pendiri kelompok Salafi Ahrar Al-Sham dan pemimpin kelompok itu di Allepo, Muhammad Bahaiah, yang memiliki hubungan dekat dengan pemimpin seior al-Qaida. ISIS juga bertanggung jawab atas pembunuhan pemimpin Jabhat al-Nusra di Provinsi Idlib, Abu Muhammad al-Ansari, bersama dengan istri, anak-anak dan kerabatnya.
Meski dengan reputasi brutal ISIS telah menunjukkan flkesibilitas di Irak untuk mendapat dukungan Sunni di utara Irak melawan pemerintah Syiah yang dipimpin Nouri al-Maliki. Mushreq Abbas, jurnalis Irak untuk situs al-Monitor, menjeleaskan bagaimana Baghdadi telah menampilkan dirinya sebagai alternatif kepada pemimimpin Sunni, pemimpin suku, dan ulama moderat untuk menentang pemerintah pusat.
“Sampai saat ini, agamawan tidak dianggap sebagai ancaman oleh pasukan Baghdadi… ketika suku-suku menolak untuk mengibarkan bendera ISIS di Falluja, Baghdadi memerintahkan pasukannya untuk tidak mengibarkan bendera dan mencoba mengkooptasi para pejuang dari kelompok bersenjata, klan suku, atau agamawan,” kata Abbas
Berbeda dengan tentara Irak, Pasukan ISIS memiliki motivasi tinggi, pertempuran semakin sengit, dan dilengkapi dengan persiapan yang baik, menurut para analis.
“Ini sudah berjalan seperti negara. Ia memiliki semua kelengkapan negara, bukan hanya satu yang diakui secara internasional,” Douglas Ollivant dari New America Foundation, mengatakan pada Washington Post.
Pengadilan berjalan, sekolah dan pelayanan, pengibaran bendera hitam-putih disetiap fasilitas yang dikontrol. Di Raqqa bahkan mereka melakukan otoritasi perlindungan konsumen untuk standar makanan.
ISIS telah meningkatkan kekuatannya dengan merekrut ribuah relawan asing di Suriah, beberapa dari Eropa dan Amerika Serikat, dan diperkirakan memiliki lebih dari 10.000 laki-laki di bawah kendalinya. Adapun sumber daya, di dapat dari jaringan pemerasan di Mosul yang mendahului penarikan pasukan AS, dan pada bulan Februari menguasai lapangan gas Conoco yang memiliki nilai finansial besar, dikatakan bernilai ratusan ribu dolar seminggu, dari Jabhat al-Nusra di Deir Ezzor, Suriah.
Sekarang ISIS telah menguasai Mosul, dan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk mendukung klaimnya bahwa mereka adalah kelompok jihad terkemuka.
“Isis sekarang menyajikan dirinya sebagai alternatif ideologis mengungguli al-Qaida dalam komunitas jihad dan secara terbuka menantang legitimasi pemimpin al-Qaida Ayman al-Zawahiri,” kata Charles Lister, di Brookings Institution, Doha, dalam makalah bulan lalu.
“Karena itu telah semakin menjadi gerakan transnasional dengan tujuan langsung jauh melampaui Irak dan Suriah.” (the guardian/rt)
Sumber via arrahmah.co.id
No comments
Post a Comment