BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Monday, August 04, 2014

Fatwa Imam Ibnu Hajar tentang Sampainya Pahala al-Qur'an pada Mayyit

Muslimedianews.com ~ Ulama Ahli Hadis yang sangat dikenal dalam Islam, Syaikh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani al-Syafii (bermadzhab Syafii), yang hidup antara 773-852 H atau 1372-1448 M, dengan karya terpopulernya Fathul Bari Syarah Sahih al-Bukhari, ternyata beliau mengeluarkan fatwa sampainya pahala yang dikirim untuk mayit, baik sedekah, bacaan al-Quran dan sebagainya.

Fatwa beliau tersebut dicantumkan dalam sebuah tulisan yang beliau tulis dalam sebuah pertanyaan dan beliau jawab sendiri. Fatwa ini terdapat dalam salah satu kitab beliau kumpulan 40 hadis (al-Arbain al-Mutabayinah al-Sama’), sebagaimana beberapa ulama ahli hadis memiliki karya kumpulan 40 hadis seperti Arbain Nawawiyah, dan sebagainya.

أسئلة من خط الشيخ ابن حجر العسقلاني والجواب عليها جمع شيخ الإسلام القسطلاني
تحقيق عبد الله محمد حسن محمد حسن اسماعيل الشافعي
“Beberapa pertanyaan dari tulisan Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani dan jawabannya yang dikumpulkan oleh Syaikhul Islam al-Asqalani. Ditahqiq oleh Abdullah Muhammad, Hasan Muhammad dan Hasan Ismail al-Syafii”.

Berikut Fatwa al-Hafidz Ibnu Hajar:

وَأَمَّا قوْلُهُ هَلْ يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ ثَوَابُ الْقِرَاءَةِ سَوَاءٌ قُرِئَ عِنْدَ قَبْرِهِ أَوْ غَائِبًا عَنْ قَبْرِهِ وَهَلْ لَهُ ثَوَابُ الْقِرَاءَةِ بِكَامِلِهَا أَوْ ثَوَابُ مُسْتَمِعٍ فَهَاتَانِ مَسْأَلَتَانِ الثَّانِيَةُ مِنْهُمَا مُفَرَّعَةٌ عَنِ الْأًوْلَى وَقَدْ قَدَّمْتُ مَذْهَبَ الْحَنَابِلَةِ فِي ذَلِكَ وَأَنَّ الْقَارِئَ إِذَا قَصَدَ بِقِرَاءَتِهِ أَنَّهَا عَنِ الْمَيِّتِ نَفَعَتْهُ وَوَصَلَ ثَوَابُهَا لَهُ وَأَنَّ مِنْهًمْ مَنْ قَالَ لَا يُشْتَرَطُ الْقَصْدُ ابْتِدَاءً بَلْ إِذَا قَرَأَ ثُمَّ أَهْدَى ثَوَابَ ذَلِكَ لِلْمَيِّتِ وَصَلَ إِلَيْهِ وَذَكَرْتُ مَا رَجَّحَ بِهِ الْقَوْلَ الْأَوَّلَ وَعَلَى الْقَوْلَيْنِ فَلَا فَرْقَ عِنْدَ هَؤًلَاءِ بَيْنَ الْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ أَوْ غَائِبًا عَنْهً وَكَانَ ثَوَابُ الْقِرَاءَةِ يَحْصُلُ لِلْمَيِّتِ فِي الْحَالَيْنِ ...
“(Pertanyaan) Apakah pahala bacaan al-Quran bisa sampai kepada mayit, baik dibaca di kubur atau jauh dari kuburnya. Dan apakah ia mendapat pahala bacaan al-Quran secara sempurna atau pahala mendengarkan? (Jawaban al-Hafidz Ibnu Hajar). Ini ada 2 masalah, yang kedua merupakan pengembangan dari yang pertama. Dan sudah saya sampaikan sebelumnya dari madzhab Hanbali bahwa jika pembaca al-Quran bertujuan membacanya untuk mayit, maka akan bermanfaat untuk mayit dan pahalanya sampai kepadanya. Sebagian ulama lainnya tidak mengharuskan hal tersebut di awal. Bahkan jika seseorang membaca al-Quran kemudian menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka sampai kepadanya. Dan saya sudah menyebut pendapat yang mengunggulkan pendapat pertama. Berdasar pada 2 pendapat tersebut, tidak ada perbedaan apakah dibaca di kubur atau jauh dari kubur, dan pahala bacaan al-Quran telah diperoleh bagi mayit dalam dua kondisi tersebut.”...

وَقَدْ وَرَدَتْ عَنِ السَّلَفِ آَثَارٌ قَلِيْلَةٌ فِي الْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ ثُمَّ اسْتَمَرَّ عَمَلُ النَّاسِ عَلَيْهِ مِنْ عَهْدِ أَئِمَّةِ الْأَمْصَارِ إِلَى زَمَانِنَا هَذَا فَأَجَبْتُ فِي ذَلِكَ مَا أَخْرَجَهُ الْخَلَّالُ فِي كِتَابِ الْجَامِعِ لَهُ قَالَ حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ أَحْمَدَ الدَّوْرِي قَالَ سَأَلْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ تَحْفَظُ فِي الْقِرَاءَةِ عَلَى الْقُبُوْرِ شَيْئًا قَالَ لَا قَالَ وَسَأَلْتُ يَحْيَى بْنَ مَعِيْنٍ فَحَدَّثَنِي عَنْ مُبَشِّرِ بْنِ إِسْمَاعِيْلَ الْحَلَبِي قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ اللَّجْلَاجِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ إِنِّي إِذَا أَنَا مُتُّ فَضَعْنِي فِي الَّلْحْدِ وَقُلْ بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ وُسَنَّ عَلَيَّ التّرَابَ سَنًّا وَاقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِي بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَأَوَّلِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا فَإِنِّي سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُوْصِي بِذَلِكَ ثُمَّ أَخْرَجَ الْخَلَّالُ مِنْ وَجْهٍ آخَرَ أَنَّ أَحْمَدَ كَانَ فِي جَنَازَةٍ فَلَمَّا دُفِنَ الْمَيِّتُ جَاءَ رَجُلٌ ضَرِيْرٌ يَقْرَأُ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ لَهُ أَحْمَدُ يَا هَذَا إِنَّ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ بِدْعَةٌ فَقَالَ لَهُ مُحَمَّدُ بْنُ قُدَامَةَ يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا تَقُوْلُ فِي مُبَشِّرٍ الْحَلَبِي قَالَ ثِقَةٌ فَذَكَرَ لَهُ عَنْهُ هَذَا الْحَدِيْثَ فَقَالَ لَهُ أَحْمَدً ارْجِعْ إِلَى الرَّجُلِ وَقُلْ لَهُ يَقْرَأُ
“Sungguh telah sampai atsar sedikit dari ulama Salaf dalam hal membaca al-Quran di kubur, kemudian terus diamalkan oleh orang-orang sejak masa para Imam di perkotaan hingga zaman kami. Maka saya menjawab dengan riwayat yang dikeluarkan oleh al-Khallal dalam kitab al-Jami’. Ia berkata: Abbas bin Ahmad ad-Dauri telah bercerita kepada kami. Abbas bertanya kepada Ahmad bin Hanbal: “Apakah anda hafal sesuatu tentang baca al-Quran di kubur?” Ahmad menjawab: “Tidak”. Abbas berkata: “Saya bertanya kepada Yahya bin Main, lalu ia menceritakan kepada saya dari Mubasyir bin Ismail al-Halabi, ia berkata telah bercerita Abdurrahman bin Ala’ bin Lajlaj kepada saya, dari bapaknya. Bapaknya berkata: “Jika aku mati, maka letakkanlah aku di liang lahat, bacakanlah Bismillah wa ala sunnati Rasulillah. Kemudian tutuplah debu dengan perlahan dan bacakanlah di dekat kepalaku surat al-Fatihah dan awal al-Baqarah serta akhir al-Baqarah. Aku mendengar Ibnu Umar berwasiat demikian”.

" Al-Khallal juga meriwayatkan dengan jalur lainnya bahwa Ahmad (bin Hanbal) menghadiri pemakaman janazah. Setelah dimakamkan, ada orang laki-laki buta membaca al-Quran di dekat kubur tersebut. Ahmad berkata kepadanya: Wahai saudara! Membaca di dekat kubur adalah bid'ah. Kemudian Muhammad ibnu Qudamah bertanya kepada Ahmad bin Hanbal: “Wahai Abu Abdillah. Apa penilaianmu tentang Mubasysyir al-Halabi?” Ahmad menjawab: “Ia orang terpercaya”. Ibnu Qudamah lalu menyampaikan riwayat hadis tersebut. Kemudian Imam Ahmad berkata kepada Ibnu Qudamah: “Kembalilah, dan katakan pada lelaki tadi agar membacanya!”


وَقَالَ الْخَلَّالً أيْضًا حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرٍ الْمَرْوَزِي سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ حَنْبَلٍ يَقُوْلُ إِذَا دَخَلْتُمُ الْمَقَابِرَ فَاقْرَأُوْا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَاجْعَلُوْا ذَلِكَ لِأَهْلِ الْمَقَابِرِ فَإِنَّهُ يَصِلُ إِلَيْهِمْ وَرَوَى أَيْضًا عَنِ الزَّعْفَرَانِي قَالَ سَأَلْتُ الشَّافِعِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ لَا بَأْسَ بِهِ
وَهَذَا نَصٌّ غَرِيْبٌ عَنِ الشَّافِعِي وَالزَّعْفَرَانِي مِنْ رُوَاةِ الْقَدِيْمِ وَهُوَ ثِقَةٌ وَإِذَا لَمْ يَرِدْ فِي الْجَدِيْدِ مَا يُخَالِفُ مَنْصُوْصَ الْقَدِيْمِ فَهُوَ مَعْمُوْلٌ بِهِ وَلَكِنْ يَلْزَمُ مِنْ ذَلِكَ أَنْ يَكُوْنَ الشَّافِعِي قَائِلًا بِوُصُوْلِ ثَوَابِ الْقُرْآنِ لِأَنَّ الْقُرْآنَ أَشْرَفُ الذِّكْرِ وَالذِّكْرُ يَحْتَمِلُ بِهِ بَرَكَةً لِلْمَكَانِ الَّذِي يَقَعُ فِيْهِ وَتَعُمُّ تِلْكَ الْبَرَكَةُ سُكَّانَ الْمَكَانِ وَأَصْلُ ذَلِكَ وَضْعُ الْجَرِيْدَتَيْنِ فِي اْلقَبْرِ بِنَاءً عَلَى أَنَّ فَائِدَتَهُمَا أَنَّهُمَا مَا دَامَتَا رَطْبَتَيْنِ تُسَبِّحَانِ فَتَحْصُلُ الْبَرَكَةُ بِتَسْبِيْحِهِمَا لِصَاحِبِ الْقَبْرِ وَلِهَذَا جُعِلَ غَايَةُ التَّخْفِيْفِ جَفَافَهُمَا وَهَذَا عَلَى بَعْضِ التَّأْوِيْلَاتِ فِي ذَلِكَ وَإِذَا حَصَلَتِ الْبَرَكَةُ بِتَسْبِيْحِ الْجَمَادَاتِ فَبِاْلقُرْآنِ الَّذِي هُوَ أَشْرَفُ الذِّكْرِ مِنَ الْآدَمِي الَّذِي هُوَ أَشْرَفُ الْحَيَوَانِ أَوْلَى بِحُصُوْلِ الْبَرَكَةِ بِقِرَاءَتِهِ وَلَا سِيَّمَا إِنْ كَانَ الْقَارِئُ رَجُلًا صَالِحًا وَاللهُ أَعْلَمُ
Al-Khallal juga berkata: “Telah bercerita Abu Bakar al-Marwazi kepada kami, saya mendengar Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, berkata: Jika kalian masuk ke kuburan maka bacalah surat al-Fatihah, al-Falaq, al-Nas dan al-Ikhlas. Serta jadikan bacaan itu untuk ahli kubur. Sebab akan sampai kepadanya”. Al-Khallal juga meriwayatkan dari Za’farani, ia bertanya kepada al-Syafii tentang membaca al-Quran di kubur. Syafii menjawab: “Tidak apa-apa”

Ini adalah penjelasan yang asing dari al-Syafii. Za’farani adalah perawi qaul qadim yang terpercaya. Jika dalam qaul jadid tidak ada yang berbeda dengan penjelasan qaul qadim, maka qaul qadim inilah yang diamalkan. Tetapi, dari penjelasan ini al-Syafii tentunya berpendapat dengan sampainya bacaan al-Quran, karena al-Quran adalah dzikir yang paling mulia. Dzikir dapat membawa berkah untuk tempat yang dibacakan. Dan berkah tersebut dapat menyebar kepada para penghuni tempat itu. Dasarnya adalah (Nabi) meletakkan 2 pelepah kurma di kubur, berdasarkan faidah kedua pelepah tadi dapat bertasbih selama masih basah. Maka dapat berkah bagi penghuni kubur dengan tasbih pelepah tadi. Oleh karenanya kalau sudah kering maka menjadi akhir dari keringanan siksa di kubur. Ini sebagian takwil mengenai hadi diatas. Jika dengan tasbihnya benda mati saja sudah dapat berkah, apalagi dengan al-Quran yang merupakan dzikir paling mulia yang dibaca oleh manusia yang menjadi makhluk paling mulia juga, maka lebih utama untuk mendapatkan berkah bacaan al-Quran, terlebih jika yang membacanya adalah orang saleh”


Ust. Muhammad Ma'ruf Kozin | Malang, 3 Agustus 2014.
« PREV
NEXT »

1 comment

  1. azfandama asril4 August 2014 at 22:39

    Kalau pun ada sunnahnya..maka sudah dicontohkan pada saat Nabi Muhammad meninggal dunia dan sudah dicontohkan pada sahabat-sahabat Nabi..dan sudah dijalankan di negara di mana Islam dilahirkan yaitu di negara Arab Saudi

    ReplyDelete