BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Sunday, July 12, 2015

Gus Najih: 'Jangan Tertipu dengan Jargon Khilafah ala Mereka'

Muslimedianews.com ~ KH. Muhammad Najih Maimoen, akrap disapa Gus Najih, terkait pandangannya terhadap Khilafah, mengatakan bahwa khilafah adalah hal yang pokok dalam kehidupan bermasyarakat. Menurutnya, adanya khalifah dapat menegakkan agama dan menjalankan syariat secara utuh.

"Khilafah merupakan hal yang sangat pokok dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan adanya seorang khalifah kita dapat menegakkan agama dan menjalankan syariat islam secara utuh. Mengangkat seorang khalifah merupakan kewajiban kita bersama untuk mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.", tuturnya, sebagaimana dilansir dalam situs NUGL pada 11 Juli 2015.

Meskipun Gus Najih menganggap demikian terhadap khilafah. Namun, Gus Najih menganggap pentingnya berfikir ulang dengan akal sehat dalam memperjuangkan khilafah bila yang memperjuangkan adalah orang-orang yang ajarannya menyimpang dari al-Qur'an dan Al-Hadits.

Gus Najih memperingatkan agar tidak ikut arus pemikiran penyeru khilafah yang ajarannya menyimpang tersebut, bahkan jangan sampai tertipu jargon khilafah ala mereka. Menurutnya, khilafah versi ajaran orang-orang menyimpang tersebut berbeda dengan khilafah yang dipahami olehnya.

"Tapi ketika yang menyerukan dan memperjuangkan adanya khilafah adalah orang-orang yang ajarannya menyimpang dari nash-nash Al Quran dan Hadits tentunya kita kaum muslimin harus berfikir kembali dengan akal sehat kita untuk tidak ikut arus dengan pemikiran mereka dan tidak tertipu dengan jargon khilafah ala mereka (khilafah yang menebarkan permusuhan, perpecahan dan kerapuhan akidah) yang tentunya berbeda dengan khilafah menurut kita (khilafah yang membawa kebahagian di dunia dan akhirat).",
tutur Gus Najih lebih lanjut.

Pada kesempatan lain, Gus Najih pernah menyatakan diri sebagai pro-khilafah tetapi menurutnya, khilafah harus berdiri diatas ideologi yang benar. Menurutnya, ideologi yang benar itu tidak dimiliki oleh Hizbut Tahrir. Hal itu pula yang membuat Gus Najih tidak bisa bersatu dalam pejuangan dengan HT.

"Kami selamanya pro khilafah, namun khilafah haruslah berdiri di atas ideologi yang benar.Inilah yang tidak dimiliki oleh HT yang membuat kami tidak bisa bertemu dan bersatu.", kata Gus Najih.

Pernyataan Gus Najih diatas setelah mengungkapkan bahwa banyak ditemukan kejanggalan dan pemikiran didalam kitab Hizbut Tahrir. Menurutnya, pendiri HT Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani mengadopsi ideologi sesat Muktazilah dalam memahami qadla' dan qadar. Hal tersebut tidak bisa diterima oleh Gus Najih.

"Setelah kami membaca kitab ''assyakhsyiyyah al islamiyyah'' kami menemukan banyak kejanggalan dan penyimpangan,diantaranya syaikh Taqiyuddin anNabhani mengurangi iman trhadap Qodlo Qodar, dengan mengatakan ''bahwa af'al ikhtiyariyah tdk masuk dalam ruang lingkup Qodlo'' ini berarti mengadopsi ideologi Mu'tazilah yg tdk kami terima.", terang Gus Najih.

Gus Najih juga menegaskan bahwa kaum pesantren melakukan kajian kitab-kitab ulama salaf dalam rangka menolek ideologi Muktazilah, sedangkan Hizbut Tahrir membawa ideologi tersebut, bahkan menyebarkannya ditengah umat Islam.

Dalam pengakuannya, Gus Najih juga menolak Wahhabi.

"Karena apa yang kami,kaum pesantren lakukan, mengaji kitab2 salaf tdk lain dalam rangka menolak ideologi mu'tazilah tersebut. disamping itu kami juga anti wahabby krena mrka menghalalkan darah para ulama dn umat islam di hijaz dgn alasan haramnya tawassul", jelas Gus Najih.

Baca : Gus Najih : Buku HTI Janggal, Menyimpang dan Mengadopsi Ideologi Muktazilah

red. Ibnu L' Rabassa

« PREV
NEXT »

1 comment

  1. Salim Al Fatih13 July 2015 at 13:41

    Kita harus mengakui bahwa Indonesia adalah negara yang terus berproses, berkembang dan berubah. Belum final. Ini dibuktikan dengan perubahan peraturan perundang-undangan yang terus terjadi. Bahkan UUD 45 telah mengalami 4 kali amandemen. Semua ini berimplikasi pada banyak sekali aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Persoalannya, kemana perubahan itu mesti dituju? Kampanye syariah dan Khilafah tak lain adalah ikhtiar untuk memberikan arah bagi perubahan ke arah yang baik, yaitu ke arah Islam; bukan ke arah sosialisme ataupun kapitalisme dan neoliberalisme yang diatasnamakan Pancasila. Hanya ke arah Islam sajalah—dengan menerapkan syariah sebagai ‘ilaju al-musykilati al-hayati al-insani (solusi persoalan hidup manusia)—kita bisa berharap terciptanya baldah thayyibah wa rabbun ghafur yang rahmatan lil alamin bagi Muslim maupun non-Muslim.

    ReplyDelete