Tapi ada juga orang yang ingin menjadi pemimpin dengan jalan pintas, yaitu dengan menghalalkan segala cara untuk menduduki jabatan yang selalu diimpi-impikan.
Bahkan sering kali terjadi dalam perebutan jabatan itu, ada pihak yang sengaja menggunakan cara-cara kotor, politik uang, politik curang hingga berusaha pembunuhan karakter terhadap rival-rivalnya.
Sungguh peristiwa-peristiwa yang demikian rancau ini, sangat merusak akhlaq dan moral bangsa, khususnya bagi generasi penerus bangsa ke depan.
Kewibawaan jabatanpun sudah semakin luntur di mata masyarakat, dan yang tersisa hanyalah sifat kediktatoran dan egoisme yang kira-kira dapat diungkapkan: “Kalau kamu taat, kamu akan selamat, tapi kalau kamu tidak taat, kamu bakal kiamat.”
Hal itu berlaku untuk umum, baik dalam urusan yang positif serta sejalan dengan hukum syariat, maupun dalam urusan kebijakan yang negatif serta berlawanan dengan hukum syariat. Baik kebijakan yang pro rakyat maupun yang kontra kepentingan rakyat, maka masyarakatpun seakan-akan diharuskan untuk patuh dan tunduk kepada keputusan para pejabat publik.
Tentunya kondisi yang demikian ini sangat kontradiksi dengan tata cara para pemimpin Islam jaman dahulu yang terkenal bijaksana dan dapat memberikan tauladan yang baik, bahkan nyaris sempurna dalam dunia kepemimpinan.
Sebut saja ketika Sayyidina Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, beliau memanggil Imam Salim bin Abdullah, Imam Muhammad bin Ka’ab Al-Qardhi, Imam Raja’ bin Haiwah, beliau berkata kepada mereka, “Aku telah diberi cobaan ini (memegang kekuasaan) , maka nasihatilah aku.”
Subhanallah, Sayyidina Umar bin Abdul Aziz mengangggap jabatan khilafah itu sebagai cobaan.
Maka Imam Salim bin Abdullah berkata kepada beliau, “ Jika engkau ingin selamat dari siksa Allah, puasalah dari kesenangan dunia dan berbukalah ketika datang kematian.”
Sedang Imam Muhmmad bin Ka’ab Al-Qardhi berkata, “Jika engkau ingin selamat dari siksa Allah, jadikan orang muslim yang besar sebagai ayah bagimu dan muslim yang sedang sebagai saudaramu serta muslim yang kecil sebagai anakmu. Maka hormatilah ayahmu, muliakan saudaramu, dan sayangilah anakmu. “
Adapun Imam Raja’ bin Haiwah berkata kepada beliau, “Jika engkau ingin selamat dari siksa Allah, cintailah kaum muslim seperti engkau mencintai dirimu, dan bencilah apa yang engkau tidak sukai pada mereka seperti engkau membenci apa yang engkau tidak suka terjadi pada dirimu. “
Ust. Luthfi Bashori, via pejuangislam
No comments
Post a Comment