Donald Trump Ingin Tutup Akses Umat Islam ke Amerika Serikat
Amerika Serikat, Muslimedianews ~ Bakal calon presiden utama dari kubu Republik, Donald Trump, menyerukan "penutupan total dan menyeluruh" masuknya warga muslim ke Amerika Serikat. Ini adalah pernyataan paling provokatifnya dalam kampanye pencalonannya sebagai presiden AS.
Pernyataan ini dia sampaikan setelah terjadi penembakan massal di California oleh suami istri muslim yang diyakini telah teradikalisasi oleh para ekstremis, padahal para pesaingnya berusaha merenungkan cara meningkatkan keamanan nasional AS.
Pada pidato selama 50 menit di kapal perang USS Yorktown Senin waktu AS, Trump membacakan keras-keras salah satu bagian pernyataannya bahwa penghentian masuknya muslim ke negara itu harus diterapkan "sampai para wakil rakyat kita bisa memecahkan apa yang sebenarnya tengah terjadi".
"Kita tak punya pilihan," kata Trump seraya menyatakan para radikal islamis ingin membunuh orang-orang Amerika.
"Keadaannya semakin buruk saja. Kita akan mengalami lebih banyak (peristiwa) World Trade Center," kata dia menunjuk serangan 11 September 2001.
Trump bahkan mengutipkan hasil jajak pendapat yang menunjukkan kebencian warga Amerika terhadap penduduk muslim.
Pernyataan Trump ini dikritik kubu Demokrat dan Gedung Putih. "Kita memiliki dalam Undang Undang kita, menghormati kebebasan beragama," kata salah seorang pembantu utama Presiden Barack Obama, Ben Rhodes, seperti dikutip AFP.
Anggota DPR Kecam Pernyataan Anti-Muslim Donal Trump
Anggota DPR, Maman Imanulhaq, mengecam pernyataan Donald Trump yang melarang Muslim ke Amerika Serikat.
"Dari awal saya sudah bilang Donald Trump itu rasis dan anti agama tertentu," kata Imanulhaq, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa.
Ia menyebutkan, masyarakat Amerika Serikat sendiri berharap, Trump tidak diusung jadi calon presiden dari Partai Republik.
"Mereka malu, sebagai negara besar tempat orang urban justru kecam banyak imigran urban Meksiko. Padahal Amerika Serikat adalah simbol kebinekaan itu dihargai termasuk plural agama," kata politisi PKB itu.
Katanya, adanya anggapan bahwa Islam itu identik dengan teroris adalah tidak benar.
"Pemikiran warga dunia masih teroris identik Islam. Padahal teroris itu musuh semua agama. teroris bukan musuh Islam juga tidak ada satu agama pun dukung agama," kata dia.
Secara terpisah, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, juga telah menegaskan, perang melawan teror bukanlah perang melawan Islam.
Muslim AS Minta Trump Berhenti Sebar Kebencian
Warga Muslim Amerika Serikat meminta Donald Trump berhenti menganjurkan kekerasan setelah bakal calon presiden AS dari Republik ini menuntut imigrasi Muslim ke AS dihentikan setelah seorang pegawai toko di New York dipukuli karena latar belakang kejahatan akibat kebencian.
Trump melontarkan gagasannya setelah terjadi penembakan massal di California yang dilakukan sepasang suami istri Muslim yang diduga telah teradikalisasi.
"Dia memberi orang-orang hak untuk melukai kami," kata Ahmed Shedeed yang hijrah ke Amerika Serikat dari Mesir pada 1980 lulusan sarjana pertanian yang kemudian mengusahakan sebuah biro perjalanan.
"Saya meminta dia, saya memohon kepada dia. Itu harus dihentikan, semua tuduhan ini. Pandanglah komunitas Muslim sebagai bagian dari mosaik Amerika dan kami adalah bagian dari Amerika. Kami tak akan pergi ke mana-mana," kata Shedeed yang juga direktur Pusat Islam Jersey City.
Warga Muslim Amerika mengaku takut. Mereka membicarakan perempuan berhijab yang diludahi, seorang pengemudi taksi Muslim yang ditembak pada Hari Thanksgiving dan kepala babi yang ditaruh di luar sebuah mesjid di Philadelphia.
Beberapa jam sebelum Trump mengeluarkan seruan akhir imigrasi muslim, para pemimpin komunitas dari New Jersey bertemu dengan jaksa untuk meminta menangani kejahatan berlatarbelakang kebencian kepada Muslim.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mengaku telah mendokumentasikan gelombang kekerasan, vandalisme dan tindakan diskriminasi bulan lalu.
"Ini sembrono dan sungguh bukan Amerika. Donald Trump terlihat lebih seperti pemimpin gerombolan penjahat ketimbang pemimpin bangsa besar seperti bangsa kita," kata direktur eksekutif CAIR Nihad Awad dalam jumpa pers di Washington, DC, seperti dikutip AFP. (
(Antara/Mukafi Niam/ NU Online)
No comments
Post a Comment