BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Monday, February 29, 2016

Insaniyah dan FPIP Kalbar Gelar Dialog Tangkal Radikalisme Bersama Para Siswa


Landak, Muslimedianews ~ Dialog publik dengan tema "Pesantren Sebagai Kultur Budaya Masyarakat dalam Menangkal Radikalisme" digelar di Pon_Pes Al-Multazam Kampung Tanjung Sosor, Desa Sungai Segak, Kec. Sebangki Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, pada Ahad (28/2/2016).

Acara yang dilaksanakan oleh Ikatakan Santri dan Alumni Al-Khaliliyah (INSANIYAH) dan Forum Peduli Ibu Pertiwi (FPIP) Kalbar ini dikemas dengan Tur Dakwah (TURDA) atau bakti sosial selama satu minggu.

Tak kurang 80 orang hadir dalam dialoog baik dari tamu undangan, santri maupun siswa Kelas 1-3 MA Al-Multazam.

Busyiri Anwar selaku Kepala Sekolah menyambut baik acara dialog yang dihelat di sekolahnya dan berharap para siswanya dapat mengikutinya dengan maksimal.

"Kalian saya acungin jempol apabila dialog ini berjalan dengan maksimal, karena kalian (Siswa) adalah Agen Of Change agen perubahan bangsa ini, mau dibawa kemana Bangsa ini ke depannya tergantung pada kalian semua", ungkap Kepala Sekolah MA Al-Multazam.

Senada dengan Busyiri Anwar, Ketua FPIP yang diwakili oleh Mustain Billah juga sangat mendukung kegiatan dialog ini. Menurutnya, kegiatan tersebut dapat menumbuhkan rasa kerukunan diantara sesama, dan dapat memperbaiki moral bangsa serta untuk menangkal radikalisme agar tidak masuk Kalimantan Barat.

"Kami dari FPIP sangat mendukung kegiatan ini guna untuk membangun kerukunan Antar suku dan etnis, Agama dan adat istiadat yang ada, membangun NKRI dan memperbaiki moral bangsa serta mewaspadai gerakan radikalisme atau terorisme jangan sampai ada di Kalimantan Barat," dukung Mustain Billah.

Syarif Syaifuddin, SE, MM. yang menjadi pembicara dalam sesi dialog itu mengungkapkan sudah ada 70 orang yang masuk jaringan teroris ISIS di Kalimantan Barat. 
"Faham-faham radikal mulai muncul di Indonesia. Kalau kita berbicara tentang gerakan radikalisme atau ISIS, di Kalimantan Barat itu sudah 70 orang yang masuk jaringan ISIS, sedangkan di Indonesia 600-700 orang. Domain masuknya yaitu dari berbagai sektor yang pertama dari perjalanan Umroh dan TKI di Timur Tengah," ungkap Syarif.

Faktor radikal, lanjut Syarif, itu ada karena tingginya jumlah kebodohan, nilai politik, kemiskinan dan psikologis. Ia mencontohkan begitu banyaknya sekarang ini yang menginginkan Negara Indonesia sebagai Negara Islam. 

Syarif Syaifuddin memberikan solusi untuk atasi radikalisme di Indonesia khususnya di kalangan pemuda. "Solusinya yaitu harus punya Tri Dharma perguruan tinggi yaitu jenjang pendidikan yang lebih luas, sistem pendidikan yang difasilitasi oleh Pemerintah, dan revitalisasi kurikulum yang berbasis Agama, saran Syarif.
Sementara itu Abu Hizam, STI, anggota DPRD Kalbar yang juga Ketua Ansor Kab. Landak, dalam dialog itu menjelaskan ada 5 faktor penyebab seseorang terjerumus dalam radikalisme dan terorisme. Salah satunya, adalah lemahnya pendidikan Pancasila sebagaimana ia kutip dari Presiden RI pertama, Ir. Soekarno.

"Radikalisme itu adalah gerakan yang ingin merubah tatanan agama melalui gerakan halus maupun keras dengan drastis. Lalu kemudian kenapa muncul radikalisme yang mengatas namakan agama, karena besarnya pengaruh agama terhadap perubahan dunia. Sehingga teramat banyak sekali yang menjadikan agama sebagai wadah gerakan bagi terorisme, apalagi agama Islam yang mayoritas pengikutnya sangat mudah untuk menyalah tafsirkan tentang jihad yang dibahasakan di dalamnya. Yang kedua yaitu sistem keadilan yang tidak merata. Yang ketiga yaitu banyaknya kemiskinan ekonomi, karena kebanyakan ketika kita miskin maka akan mudah masuk bujuk rayu dari ajakan faham radikalisme tersebut. Yang keempat lemahnya penegakan hukum untuk terorisme. Yang ke lima masih rendahnya pemahaman Pancasila atau pendidikan Pancasila. Sebagaimana fatwa Soekarna "Jadikanlah Pancasila, sebagai Jalan Menuju Baldatun Toiyibatun Warabbun Ghafur" jalan yang diridhoi dan akan dijauhkan dari kekerasan. Apabila Pancasila itu kita jadikan pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara, maka tidak akan ada lagi yang namanya radikalisme maupun terorisme".


Rep. Ahmad Fauzi Muliji/ Mustain Billah. Foto: Mustain Billah.
« PREV
NEXT »

No comments