Dalam tausiyahnya seusai membaca Tahlil dan Yasin, Kiai Said menuturkan bahwa orang yang sudah meninggal itu bisa mendengar orang yang masih hidup. Ia juga mengatakan bahwa amalan-amalan baik dan doa yang kita kirimkan untuk orang yang sudah meninggal itu akan sampai pahalanya kepada mereka.
Lebih lanjut, Kiai Said menjelaskan bahwa susunan bacaan tahlilan yang diamalkan oleh warga NU juga mengandung banyak makna, fungsi, filosofi dan faedah. Seperti pembacaan surat Al Fatihah sebanyak 7 kali sebelum tahlilan dimaksudkan untuk membangun jembatan spiritual (silatur ruh) kepada para nabi, khususnya Nabi Muhammad, para sahabat, ulama-ulama dan almarhum sendiri. Adapun surat Yasin dipilih dalam bacaan tahlilan adalah karena surat Yasin itu begitu luar biasa dan ada satu ayatnya yang menyinggung kehidupan setelah kematian untuk hari pembalasan.
“Tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, dan lainnya itu bukan budaya Hindu-Budha sebagaimana selama ini banyak orang yang meyakini, tapi itu budaya (Islam) Campa yang dibawa ke Nusantara,” jelas Kiai yang fasih menyebutkan silsilah tersebut.
KH Abdurrahman Utsman sendiri merupakan salah satu cucu dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Dia menikahi Ny Hj Siti Khodijah, Putri dari KH Hasyim Asy’ari. Ia juga merupakan salah satu pendiri Pagar Nusa (lembaga pencak silat NU) dan ayah dari ayah dari H Aizzudin Abdurrahman (Guz Ais), salah satu ketua PBNU.
Menurut situs jombang.nu.or.id, ia meninggal setelah menjalani perawatan medis di RSUD Jombang karena terkena sakit tumor empedu dan dimakamkan di makam keluarga PP Mambaul Maarif Denanyar- Jombang. (Ahmad Muchlishon/Mukafi Niam)
sumber via nu.or.id
No comments
Post a Comment