Penggambaran itu kita lihat saat ini. Beberapa orang yg ingin mencium Hajar Aswad ada yang rela menyakiti sesama jamaah supaya ia bisa meraih Hajar Aswad. Ada pula yang menyewa Joki supaya bisa meraih Hajar. Di tengah kesibukan ingin mencium Hajar, ada juga yang mencopet dompet atau handphone jamaah. Dan peristiwa tidak pantas itu terjadi di depan pintu Bait Allah yang disucikan.
Jauh dari Baitullah dan hajar aswad, perilaku yang sama kita saksikan setiap hari, khususnya di medsos, seperti Facebook ini. Setiap hari orang menukil ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi hanya untuk menyakiti perasaan sesama umat Islam. Padahal, untuk menyakiti perasaan orang lain, cukup katakan saja "asu", "kampret", "belegug", "bedegul", "koplok sia", atau "tai laso". Tidak perlu dalil agama digunakan.
Perilaku yang sama juga kita saksikan ketika praktek sogok menyogok pun dilakukan dengan dalih melaksanakan tuntutan ajaran agama dan untuk memuliakan agama. Padahal, tidak ada rumusannya bahwa kemuliaan diraih dengan cara-cara kehinaan.
Intinya, banyak yang kita lupakan dari pemahaman beragama. Kita lebih mementingkan kehadiran tapi mengesampingkan kedekatan. Ketika dekatpun kita lebih mementingkan kebutuhan, tapi melupakan ketenangan. Akibatnya, cara beragama kita lebih didominasi rasa takut. Padahal, agama adalah rahmat. Dan tidak sepantasnya orang yang mengharapkan rahmat, selalu menebar laknat.
انما يخوف الشيطان أولياؤه
Ust. Abdi Kurnia Djohan
No comments
Post a Comment