Penunjukan posisi waketum kepada guru besar agroindustri UGM ini didasarkan atas pertimbangan keaktifannya selama ini. Meskipun tinggal di Yogyakarta, Pak Maksum, begitu dia biasa dipanggil, setiap minggu, bahkan bisa dua atau tiga kali, datang ke Jakarta. “Sebagai intektual ahli pertanian, beliau memiliki kedekatan dan pembelaan dengan para petani,” tuturnya menjelaskan salah satu pertimbangan.
Kiai Said juga menambahkan, keseimbangan wilayah juga menjadi salah satu pertimbangan. Saat ini Rais Aam KH Ma’ruf Amin barasal dari Banten, Ketua Umum KH Said Aqil Siroj (Jawa Barat) Katib Aam Yahya Staquf (Jawa Tengah) Wakil Rais Aam KH Miftahul Akhyar (Jatim) sehingga sangat tepat jika posisi wakil ketua umum diduduki kader NU dari Yogyakarta.
“Selama lima tahun aktif sebagai ketua PBNU, tidak ada komplain dari lembaga atau badan otonom terhadap beliau,” katanya.
“Beliau juga anaknya Kiai Machfoed dari Demak,” kata Kiai Said menambahkan.
Ia mengaku, amanah tersebut sangat berat tetapi ia berkomitmen untuk menjalankan kepercayaan yang telah diberikan tersebut dengan baik, katanya di kampus Universitas NU Indonesia, Jakarta, Rabu (16/3).
Salah satu visinya adalah bagaimana proses kaderisasi di lingkungan NU diperbaiki, belajar dari pengalaman pribadinya, yang tiba-tiba diminta bergabung dengan NU, meskipun sebelumnya tidak pernah aktif di organisasi pengkaderan NU seperti IPNU atau Ansor.
Kepada salah seorang kiai di pesantren Krapyak, ia mengaku pernah bertanya, “Apakah saya ini NU atau bukan,” oleh kiai tersebut dijawab. “Lho sampean sebelum lahir saja sudah NU.”
Wakil Katib Syuriyah PBNU KH Mujib Qolyubi mengapresiasi dipilihnya Prof Maksum ini. “Beliau figur yang ikhlas dan sederhana,” paparnya. Kiai Mujib mencontohkan, meskipun seorang professor, jika di Jakarta, ia cukup tidur di ruang kerjanya di Lt 2 gedung PBNU.
Civitas akademika UNU Indonesia, Rabu siang menggelar doa bersama agar Prof Maksum mampu menjalankan amanah yang diembannya dengan baik. (Mukafi Niam)
No comments
Post a Comment