728x90

468x60

Saturday, October 29, 2016

Maria al-Qibtiyyah: Istri Nabi Saw dari Mesir


Jakarta, Muslimedianews ~ Paska perang Khaibar tahun 7 Hijriyyah, Nabi Saw. mendapatkan hadiah dari Muqauqis, raja Iskandaria Mesir  1000 misqal emas, 20 potong baju yang halus, bighal bernama duldul, himar yang diberi nama ya’fur, dan 4 budak. Diantaranya adalah dua wanita cantik yang masih memiliki ikatan persaudaraan. Salah satunya bernama Mariyah bint Syam’un, gadis manis nan cantik berkulit putih dan berambut kriting ini dari desa Hifn. Parasnya mirip dengan Hajar, istri Nabi Ibrahim as. 

Awalnya Nabi Saw. mengagumi kedua budak wanita tersebut, namun ia kemudian berdoa:

“ Allahumma ikhtar li nabiyyika” Ya Allah pilihkanlah (salah satu dari keduanya) untuk Nabi Mu.” 
Kemudian Allah Swt memerintahkan Nabi Saw. untuk memilih Mariyah. Sedangkan budak wanita lainnya yang bernama Syirin itu kemudian diberikan Nabi Saw., kepada Hassan bin Tsabit al-Anshori.

Setelah menjadi milik Nabi Saw. Mariyah pun melahirkan seorang putra yang diberi nama Ibrahim pada bulan Dzul Hijjah tahun 8 Hijriyyah. Dan kelahiran anak ini sempat membuat istri istri Nabi Saw. yang lain cemburu. Namun, ketika berumur 16 bulan paska diakikahi, Ibrahim meninggal dunia. Bertepatan dengan meninggalnya putra kesayangan Nabi itu, gerhana bulan tejradi. Pada saat itu banyak orang mengaitkan fenomena alam ini dengan wafatnya Ibrahim bin Muhammad. 

 Isu itu pun membuat resah Nabi Saw. yang mengharuskan beliau mengkonfirmasi bahwa gerhana matahari atau gerhana bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah Swt dan fenomena alam biasa yang terjadi atas kehendak Sang Pencipta Alam dan tidak ada kaitannya dengan kematian siapapun. Maka dari itu, Nabi mengatakan: 

“Apabila kalian mendapati fenomena ini, ingatlah Allah” Demikian pesan Nabi (HR: al-Bukhari dan Muslim).

Mariyah menghembuskan nafas terakhirnya di masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab tahun 16 Hijriyyah, lima tahun setelah wafatnya Nabi Saw.. Ia dimakamkan di Baqi’ pada bulan Muharram. Umar juga turut menshalati jenazah nya.



Oleh: Annisa Nurul Hasanah, Peneliti Hadis di el-Bukhari Institute.

« PREV
NEXT »