728x90

468x60

Tuesday, January 31, 2017

Harlah NU 91: NU Sebagai Penyeimbang Nusantara


Lahirnya "Nahdatul Ulama" sebagai penyeimbang Nusantara, saat negara Saudi resmi dibentuk atas sponsor Inggris Amerika dan Zionis. Pada tahun 1924, Syarif Husein raja Hijaz (Makkah) yang berfaham Sunni diruntuhkan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran wahabi, paham yang juga dicampuri oleh kekuasaan zionis dan negara2 besar yg juga menjadi sekutu2 mereka saat itu hingga kini.

Kala itu perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam saat peralihan itu sangat berpengaruh dan sangat meresahkan para tokoh sunni ditanah arab, juga diNusantara. Raja Ibnu Saud sangat menginginkan supaya kekuasaannya bisa melebar sampai ke seluruh dunia, dengan dalil demi kejayaan Islam, ia berencana untuk meneruskan kekhilafahan Islam yang telah terputus di Turki pasca runtuhnya "Daulah Usmaniyah". Untuk itu, Raja Ibnu Saud berencana menggelar Muktamar Khilafah yang ada di Kota Suci Makkah sebagai penerus Khilafah yang terputus itu.


Keresahan yang amat dahsyat dirasakan oleh banyak tokoh sunni diNusantara kala itu wabil khusus Pendiri resmi Jam'iyah Nahdlatul Ulama' sendiri tak lain adalah Hadratus Syeikh K.H.M. Hasyim Asy'ari, satu-satunya pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ia melihat, kelak jika tidak ada penyeimbang ditanah air ini, paham baru yang dibawa oleh raja arab tersebut akan mengacaukan tatanan yang sudah sangat baik di negeri yang bernama INDONESIA.

Maka lahirlah NU dengan banyak pertolongan dari tokoh-tokoh besar kala itu. Tidak untuk apapun kecuali untuk membentengi dari paham Zionis yang meminjam tangan dari bangsa arab yg berpaham wahabi tersebut. Nusantara harus aman dari paham khilafah dan perpecahan yang mereka bawa atas nama Tuhan dan agama.


Pada tahun 1916 M, KH, Wahab Hasbullah bekerjasama dengan KH. Abdul Kahar di Surabaya yang juga didukung oleh masyarakat berhasil mendirikan sebuah gedung bertingkat di kampung Kawatan Gg. IV Surabaya yang kemudian dikenal sebagai perguruan “Nahdlatul Wathon” yang berarti “Pergerakan Tanah Air”. Gedung pemuda yang berilmu dan memiliki jiwa cinta tanah air. Setiap hendak dimulai kegiatan belajar dan mengajarpun, para murid diharuskan terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab, yang telah digubah dalam bentuk syair oleh KH. Wahab Hasbullah sebagai berikut :

Wahai bangsaku, wahai bangsaku,
Cinta tanah air bagian dari iman,
Cintailah tanah air ini wahai bangsaku,
Jangan kalian menjadi orang terjajah.
Sungguh kesempurnaan itu harus
Dibuktikan dengan perbuatan,
Dan bukanlah kesempurnaan itu
Hanya berupa ucapan.
Berbuatlah demi cita-cita,
Dan jangan hanya pandai bicara,
Dunia ini bukan tempat menetap,
Tetapi hanya tempat berlabuh.
Lahirlah selalu hadrotusyekh Hasyim Ashari,
Lewat sandal lusuhmu..kami mengikutimu..
Bergandeng tangan bersama seluruh keluarga kami..yang datang dari banyak tempat ibadah dan semua yg bernaung didalam negeri yg bernama Ibu Pertiwi.

31 Januari 1926 91 tahun lalu Mbah Hasyim melahirkan NU di Nusantara..entah bagaimana caranya nyatanya kami masih butuh "ruh"mu..untuk mencari sandal-sandal lusuh yg ingin kami cium dan kami dekap walau ia berbentuk jejak, mengais doa lewat mu, dan jatuh untuk membangun nama yang bernama NU, bukan untuk siapapun..tapi untuk negeri yang diciptakan untuk semua yg bernaung didalamnya atas kuasaNya dan atas takdirNya yang memiliki banyak keyakinan, suku dan budaya. Perbedaan yang harus menjadi rahmat bagi yg berfikir, bahwa itulah bagian dari kebesaranNya. Habluminallah dan habluminannas..BUKAN habluminalmuslimin.

Salam salaam bagi seluruh penyebar kedamaian..cinta dan gelak tawa..
Maaf lahir bathin..Alfatihah
31 Jan 2017
sumber fb: Ayi Suminar
« PREV
NEXT »