Muslimedianews.com ~ "Ahlul Bait semuanya adalah Sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ". Demikian penjelasan Guru Mulia al Habib Umar bin Hafidz Hafidzohullah
saat Teleconference Pengajian Kitab Adabul Alim Wal Muta'allim, karya
pendiri NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'arie, yang diadakan PBNU
bekerjasama dengan Majelis al Muwasholah Baina Ulama'il Muslimin di
Lantai VIII Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama' (PBNU), Rabu sore, 6
Desember 2017.
Beliau menyampaikan bahwa Manhaj Ahlissunnah wal Jama'ah tidak membedakan pengagungan (ta'dzim) antara sahabat dan ahlul bait. Ada manhaj yang ghuluw dan ifroth wattafrith (ekstrim), yaitu
yang mengagungkan Ahlul Bait dan menghina sahabat dan ada juga yang
sebaliknya. Menurut Guru Mulia, al Habib Umar Hafidzhohullah, 160 ribu
sahabat adalah ahlul jannah (penghuni surga). "Kalau kita sebut ahlul bait maka adalah sahabat nabi. Semua ahlul bait adalah sahabat, termasuk Sayyidina Hasan dan Husein" katanya. Bahkan Sayyid Ja'far Shodiq menyatakan, "Aku dilahirkan Sayyidina Abu Bakar dua kali".
Mbah Hasyim Asy'ari Rohimahulloh menurut Habib Umar Hafidzohulloh, sangat dalam pemahamannya (rusukh) terhadap Ahlussunnah Wal Jama'ah. Hal itu dapat dari muqoddimah Adabul Alim, kitab karyanya. Yaitu penyebutan kalimat "Wa ala alihithoyyibin wa shohbihitthohiriin ajma'in (Keluarga Nabi yang baik dan Para Sahabatnya yang suci). Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'arie mengagungkan mereka tanpa kecuali.
Dilihat dari sanad ilmunya, kata Habib Umar, Kyai Hasyim Asy'arie
belajar dengan Sayyid Abbas al Malikiy. Sayyid Abbas ini di zamannya,
banyak bertemu ulama' Hadromaut dan saling bertukar ijazah, ketika
mereka pergi haji. Karena itu ada Ittisholussanad (persambungan
sanad) antara mereka. Dengan demikian, Kakeknya Habib Umar, yaitu al
Habib Salim bin Hafidz dan Mbah Hasyim adalah satu guru, yaitu Sayyid
Abbas al Malikiy Rohimahullah.
Selanjutnya, al Habib Umar Hafidzohulloh, menjelaskan hadis kewajiban
orang tua terhadap anak. Yaitu, memang harus diberi nama yang baik.
Kebanyakan perilaku yang tidak baik itu karena nama. Jika ada yang
namanya baik, tapi berperilaku tidak baik, jumlahnya sedikit. Kewajiban
selanjutnya, yaitu memberikan susuan yang baik. Karena susu dapat
mempengaruhi kepribadian. Karena itu isteri juga harus makan yang baik.
Maka zaman dahulu kalau menyusui anak sambil dzikir dan baca al Qur'an.
Pengertian al Huda yang dikatakan Ibnu Sirin dalam kitab adalah yaitu
tauhid dan i'tiqod. al Habib Umar Hafidzohulloh juga menjelaskan tentang
pentingnya belajar adab. Sayyidina Hasan al Basri Rohimahulloh
adalah generasi kedua dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Tapi
perhatian beliau kepada adab, luar biasa. ada orang belajar sama Imam
Malik, 20 tahun. 18 tahun belajar adab, 2 tahun belajar ilmu. Dia
menyesal kenapa tidak 20 tahun saja dia belajar adab. Padahal Imam Malik
Rodliyallohu Anhu luar biasa. Kalo beliau wafat, mungkin ilmunya masih
ada gantinya, namun adabnya tidak bisa. al Habib Umar juga menjelaskan
bahwa seseorang hendaknya bermusafir agar ia dapat mendidik dirinya.
Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'arie Rohimahulloh menurut al Habib Umar Hafidzohulloh adalah ahludzzauq dan al arif bilah
yang berhasil menggabungkan antara ilmu iman, islam dan ihsan. Inilah
manhaj para kyai indonesia sehingga mereka dapat mencapai derajat ihsan
dan mencapai syahadatul ghoib. Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah al Mizanul Akbar,
karena itu, ajak Habib Umar, mari kita jadikan Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam menjadi tindakan kita, pemikiran kita. Bagaimana setiap
masalah dikembalikan kepada Baginda Rasul, jadikan Baginda Rasul sebagai
hakim. Umat Islam banyak yang terkecoh, dengan pemikiran, pemahaman,
pandangan dan kepribadian. Masuknya pemikiran orang yang berseberangan
dengan Nabi. Masuk di sekolah-sekolah kita. Jadikan Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai suri tauladan kita dan jadikan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai ukuran.
Sebelum pengajian, guru mulia terlebih dahulu mengucapkan ribuan
terimakasih kepada acara ini dan seluruh yang hadir. Sebelum kitab
Adabul Alim, beliau lebih dulu membaca kitab karangan Syekh Yahya yang
menceritakan siroh dan sifat Rasulullah Shalllallahu alaihi Wa
Sallam. Kitab itu merupakan kesimpulan dari pengarang. Selesai beliau
mengarang, beliau dijumpai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan
Baginda Rosul sangat gembira dan ditepuk punggung beliau oleh Baginda
Rasul. Untuk membuktikan hal tersebut, al Habib Abu Bakar al Aydrus al
Adny dan Syaikh Abu Bakar Asseggaf saat naik haji ke Mekah, bersinggah
menemui Syekh Yahya al Amri, dan berkata kepadanya, "Kami ingin melihat bekas telapak tangan Nabi yang mulia".
Karena yang minta adalah cucu Rasulullah, maka hal itu akhirnya beliau
tampakkan. Dan terbukti ada bekasnya. Suatu hal yang sangat luar biasa.
Di akhir pengajiannya, al Habib Umar menitipkan kirim salam kepada
kyai-kyai yang tidak hadir dan terimakasih atas kunjungan para kyai di
Tarim beberapa waktu yang lalu. "Bulan depan nanti mengaji lagi" katanya. Insya Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Pengajian Teleconference ini terselenggara berkat kerjasama antara
Majelis al Muwasholah Baina Ulama'il Muslimin dan Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama' (PBNU). Perwakilan Majelis al Muwasholah, al Habib
Sholeh al Jufri Hafidzohulloh, mengatakan Majelis al Muwasholah telah
berdiri dan aktif bekerja sejak 2007 yang dibentuk ulama bersama Habib
Umar saat mengadakan pertemuan internasional ulama' Singapura, Brunei,
dan Timur Tengah di Wisma Kopo, di Bogor. "Alhamdulillah sejak 10 tahun telah mengadakan dauroh ilmiah, majelis-majelis dan multaqo Ulama".
Di antara tempat-tempat kegiatan Majelis al Muwasholah adalah di Jawa
Timur, Pamekasan, tempat Kyai Rofii. Di Lirboyo tiga tahun lalu, Haul
Masyasyikh pada tahun 2007. Di Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, yang
jadi ketua panitia Gus Sholah. "Kurang lebih 3000 ulama di daerah
hadir untuk memfatihahi para ulama' di antaranya Mbah Hasyim dan ulama
lainnya yang sudah berjasa dan menyatukan umat, mendidik bangsa, patut
kita hauli dan dihadiri langsuung oleh Habib Umar, kita buat dauroh juga
di Tarim, kita ajak para ulama' Indonesia ziarah". Kerjasama terakhir adalah kerjasama dengan NU di Hotel Crown, bersma KH Miftahul Akhyar demi kepentingan bangsa dan umat.
Pengajian Teleconference ini, menurut al Habib Sholeh al Jufrie adalah program perdana Ngaji Bareng Habib Umar. Kitabya adalah kitab pilihan al Habib Umar sendiri. "Saya ajukan beberapa kitab Mbah Hasyim, ini (Adabul Alim) yang beliau pilih"
katanya. Beliau berharap semoga setelahnya kita dapat menelurkan
hal-hal bermanfaat untuk NU dan umat Islam di Indonesia dan dimana saja
berada. Semoga mendapatkan keberkahan dengan kerjasama ini, sebagaimana
prinsip at ta'awun alal birri wattaqwa dan Yadullohi Ma'al Jama'ah. Beliau
menambahkan bahwa umat Islam saat ini banyak problematika, yaitu adanya
manusia-manusia yang ingin memecah belah bangsa kita dan NKRI yang
lebih dalam lagi akan memecah belah umat Islam itu sendiri. Dengan
Muwasholah diharapkan kita berperan aktif menjaga umat Islam dari saling
benci, tuduh, dan menyalahkan, membunuh sebagaimana terjadi di belahan
dunia lainnya, "Jangan sampai terjadi di negeri kita, wabilkhusus
yang ada di NU, yang dahulu para alim ulama telah menjaga aktif dan
melahirkan NKRI yang berdiri atas jasa dan peran ulama, sepatutnya
dipertahankan dengan kerjasama".
Sementara itu, Sekjen Tanfidziyah PBNU, Helmi Faisal, Hafidzohulloh
menyampaikan bahwa Majelis muwasholah sudah bekerjasama dalam berbagai
kesempatan. Tugas NU, menurutnya, jika dilihat dari gugus fungsinya,
adalaah sebagai jam'iyyah diniyah ijtima'iyyah. Tugas pertama wathoniyah dan kedua diniyah. Dalam peran tafaqquh fiddin,
NU sudah terlibat dalam pendidikan karakter. Tak kurang Dr. Sutomo,
mengatakan bahwa jauh sebelum Hindia Belanda mendirikan sekolah,
pesantren telah menjadi mata air ilmu bagi bangsa. Pesantren menjadi
pilar utama. NU sebagai peran pemersatu umat/liyundziru qouman. Indonesia
memiliki banyak suku. Negara lain tidak serumit Indonesia, seperti
Yaman, Suriah dan Turki. Di Indonesia sudah macam-macam. Warna kulit
beda-beda. Rasanya beda. Bung Helmi bersyukur, Alhamdulillah NU telah
jadi bagian utama NKRI. Meminjam bahasa Presiden, Kapolri dan Panglima
TNI, tanpa NU, negara sudah bubar. Dia berharap semoga majelis ini
menjadi penggerak kebangsaan dan spirit keagamaan. Dan mengucapkan
selamat Ngaji Bareng. semoga kita mendapat keberkahan.
Sambutan lainnya, dari KH. Miftahul Akhyar (Wakil Rois Am Syuriah PBNU)
mengatakan Mbah Hasyim Asy'ari Rohimahulloh adalah pendiri NU dan
peletak pondasi awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebelum pengajian berlangsung, diadakan dialog interaktif terlebih
dahulu sambil menunggu koneksi dengan Yaman. Dipimpin moderator Ust Nur
Yaqin dari Wakil Sekjen PBNU. Dalam dialog itu terdapat tiga pertanyaan
dari peserta pengajian, yaitu Ustadz Gufron, Kuningan Jakarta Selatan,
Gus Nur dari Bekasi dan Darul dari Depok. Ustadz Ghufron bertanya soal
polemik Islam nusantara yang dinilainya menjadi masalah dan
dikotomisasi?.
Pertanyaan itu dijawab oleh Sekjend PBNU bahwa al Maghfur Lah, KH.
Abdurrahman Wahid, (Gus Dur) sering menyampaikan adanya perbedaan
paradigma hubungan antara agama dan negara. Pertama, paradigma
universal, agama dan negara sama. Kedua, sekularistik, tidak ada
hubungan agama dan negara, yaitu di Eropa, dll. Ketiga, paradigma
simbiotik dan harmoni, yaitu di kawasan asia dan Indonesia, yang kita
anut. Islam Nusantara adalah wujud hal itu. Manhajul Fikr.
Konflik yang kerap terjadi adalah karena gagal faham. Di Indonesia,
Indonesia negara bangsa tapi ada UU Perkawinan, UU Haji, dst. Indonesia
sudah bersyariah tanpa label syariah. Pengalaman model dakwah yang
dikembangkan di berbagai tempat mengajarkan bahwa Islam yang masuk
melalui jalur peperangan dan budaya berbeda. Seperti Spanyol, saat ini
tinggal cerita dan museum saja, karena dakwahnya via perang. Akhirnya
melahirkan dendam sejarah. Di Indonesia, para Wali Songo dakwahnya
dengan menggelar konser wayang. Tiket masuknya dengan membayar syahadatain. Muncullah istilah sekatenan. Hal ini harus kita yakini sebagai sebuah kebenaran dakwah yang dibawakan oleh ulama'.
Pertanyaan kedua disampaikan Darul dari Depok yaitu apa makna Darul
Islam di kitab Bughyatul Mustarsyidin yang menjadi rujukan Fatwa Ulama
NU tahun 1936 di Banjarmasin untuk menetapkan kawasan Hindia Belanda
sebagai Darul Islam? Pertanyaan ini dijawab KH Mustofa Aqil Siradj yaitu
maknanya bisa darussalam. Juga dapat dimaknai Darussholah. Banyak
maknanya. Tidak hanya satu. "Pirang-pirang maknane" kata beliau
yang intinya tidak kontradiktif dengan istilah NKRI sebagai Darussalam
yang sering dikemukakan oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, (Ketua Umum
PBNU) Hafidzohulloh.
Pertanyaan ketiga dari Gus Nur, Bekasi, yang mengeluhkan hujatan dan
bully kepada NU. Dijawab oleh al Habib Sholeh al Jufri, Solo, dari
Majelis al Muwasholah yaitu agar warga NU jangan
terpancing untuk berubah adab dari garis ulama'. Banyak NU dibully.
Jangan terpancing untuk membalas keburukan dengan keburukan. Kita aktif
hidupkan akhlak aswaja, karakter kyai. Sekalipun manhajnya beda, jangan
membuat front dengan kelompok lain. Habib Sholeh mohon kita harus aktif
dakwah. Kita lihat kisah Nabi Yusuf Alaihissalam ketika dipenjara.
Orang-orang penjara melihat Nabi Yusuf seperti Rasul, cerdas dan
menyejukkan. Ketika dia menjadi menteri, kesan itu juga terlihat. Habib
Sholeh mendoakan semoga NU berjaya dan memimpin bangsa.
Sementara itu, al Habib Ahmad bin Novel Jindan Hafidzohulloh
dalam sambutannya menyatakan bahwa NU memiliki andil yang sangat besar
dalam mendirikan bangsa dan menyebarkan agama ke seluruh dunia.
Fondasinya adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai rahmat
bagi semesta alam. Salah satu sifat Rasulullah Shalllallahu Alaihi
Wasallam adalah turut menderita kalau musuhnya menderita. Tidak ada
manusia yang seperti itu. Para ulama dan Wali Songo, kata Habib Ahmad,
mewariskan kasih sayang. Ini fondasi awal sejak pertemuan murid dan
guru. "Kakek saya belajar dengan Kyai kholil Bangkalan dan bersahabat dengan KH Hasyim Asy'ari".
Beliau menyampaikan hadis musalsal bil awwaliyah kepada saya. agar
merahmati dan menyayangi orang yang ada di muka bumi. Kata beliau "Aku wasiatkan engkau kasih sayang segala sesuatu sekalipun kepada binatang yang sunnah dibunuh, seperti kalajengking". Inilah ajaran orang-orang tua kita, kata Habib Ahmad.
Sambutan lain dari Prof Dr KH Mahfudz, Hafidzohulloh dari
akademisi NU yang menyampaikan pentingnya menegaskan perbedaan kampus NU
dengan yang lain. Kader NU harusnya bisa mewarnai lembaga pendidikan
dengan pemikiran NU / Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'arie. Mewarnai
pendidikan dengan kitab Adabul Alim Wal Muta'allim karya Mbah Hasyim. "Kalau tidak bisa mewarnai sistem pendidikan, NU bubar saja" tegasnya.
Ranting NU Panmas
No comments
Post a Comment