Muslimedianews.com ~ Umumnya jenjang sekolah dasar yang dikenal adalah SD (Sekolah Dasar), baik negeri (SDN) maupun SD swasta. Unit pendidikan yang setara dengan SD adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI). Apa beda SD dan MI ?. Perbedaan keduanya terletak pada kurikulum atau mata pelajaran yang diajarkan didalamnya yaitu mata pelajaran agama.
SD hanya ada satu mata pelajaran yang mengajarkan keagamaan, sedangkan MI memiliki banyak mata pelajaran agama Islam. Madrasah Ibtidaiyah berada dibawah naungan Kementerian Agama (Kemenag), sedangkan SD berada dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Belakangan muncul istilah baru di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan itu SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), yaitu sekolah dasar yang memberikan tambahan jam pelajaran agama, maupun kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan. Beragam istilah lain muncul juga, misalnya SD Islam Plus, MI Plus, dan lain sebagainya.
Munculnya SDIT merupakan sesuatu yang janggal karena Pertama, untuk tingkat pendidikan yang sama sudah ada Madrasah Ibtidaiyah yang memang memberikan pelajaran agama sangat komplek. Kedua, disinyalir adanya upaya mempersempit ruang Madrasah Ibtidaiyah yang notabene lebih banyak dimiliki oleh kelompok muslim mayoritas, Ketiga, SDIT ternyata kebanyakan dikelola oleh kelompok-kelompok Islam tertentu yang berbeda dengan muslim mayoritas.
Dalam perkembangannya, SDIT sudah mulai beragam, tidak lagi mencerminkan suatu kelompok ideologi tertentu karena beberapa sekolah SDIT nampaknya juga ada yang didirikan oleh kalangan muslim mayoritas dengan alasan-alasan tertentu. Sehingga tidak semua SDIT mencerminkan kelompok PKS (misalnya).
Tetapi ada baiknya menyimak alasan kenapa beberapa orang tidak memilih memasukkan anaknya ke SDIT. SDIT yang dimaksud disini adalah SDIT yang dikelola oleh kalangan PKS yang beberapa hari lalu memecat seorang guru karena alasan beda politik, alias tidak memilih calon yang diusung oleh PKS.
Seorang kompasiane, Doni (2013) mengungkapkan alasannya sebagai berikut:
***
Saya tak tertarik untuk ikut-ikutan memasukkan anak saya untuk sekolah di SDIT manapun, mengapa?
SD hanya ada satu mata pelajaran yang mengajarkan keagamaan, sedangkan MI memiliki banyak mata pelajaran agama Islam. Madrasah Ibtidaiyah berada dibawah naungan Kementerian Agama (Kemenag), sedangkan SD berada dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Belakangan muncul istilah baru di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan itu SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu), yaitu sekolah dasar yang memberikan tambahan jam pelajaran agama, maupun kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan. Beragam istilah lain muncul juga, misalnya SD Islam Plus, MI Plus, dan lain sebagainya.
Munculnya SDIT merupakan sesuatu yang janggal karena Pertama, untuk tingkat pendidikan yang sama sudah ada Madrasah Ibtidaiyah yang memang memberikan pelajaran agama sangat komplek. Kedua, disinyalir adanya upaya mempersempit ruang Madrasah Ibtidaiyah yang notabene lebih banyak dimiliki oleh kelompok muslim mayoritas, Ketiga, SDIT ternyata kebanyakan dikelola oleh kelompok-kelompok Islam tertentu yang berbeda dengan muslim mayoritas.
Dalam perkembangannya, SDIT sudah mulai beragam, tidak lagi mencerminkan suatu kelompok ideologi tertentu karena beberapa sekolah SDIT nampaknya juga ada yang didirikan oleh kalangan muslim mayoritas dengan alasan-alasan tertentu. Sehingga tidak semua SDIT mencerminkan kelompok PKS (misalnya).
Tetapi ada baiknya menyimak alasan kenapa beberapa orang tidak memilih memasukkan anaknya ke SDIT. SDIT yang dimaksud disini adalah SDIT yang dikelola oleh kalangan PKS yang beberapa hari lalu memecat seorang guru karena alasan beda politik, alias tidak memilih calon yang diusung oleh PKS.
Seorang kompasiane, Doni (2013) mengungkapkan alasannya sebagai berikut:
***
Saya tak tertarik untuk ikut-ikutan memasukkan anak saya untuk sekolah di SDIT manapun, mengapa?
No comments
Post a Comment