BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Saturday, August 04, 2018

Jamaah NU Klaten Berdoa Bersama dalam Rangka HUT RI ke-73


Klaten~ Ada banyak cara memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Umat muslim di Jonggrangan, Klaten, membuat acara bertajuk “Dzikir dan Doa Bersama dalam Rangka HUT RI ke-73”. Acara dilangsungkan di Masjid Al Qowiyyu, Jonggrangan (4/8).  

Sebelum acara inti, kelompok Hadroh Al Husna Jonggrangan menyemarakkan suasana. Beberapa senandungsholawat dan qosidah dilantunkan untuk menyambut ratusan jamaah yang terus memadati lokasi acara. 

Acara dipimpin langsung oleh Habib Syekh bin Nuh Al Haddad dengan pembacaan Rotib Al Haddad. Ulama karismatik asal Solo ini dalam pembukaannya menyampaikan doa untuk Indonesia.
“Mari kita membaca Rotib Al Haddad. Mudah-mudahan Indonesia aman, tentram. Khususnya klaten” doa beliau.
Sebelum memimpinbacaan Rotib Al Haddad, beliau mengijazahkan rotib ini kepada seluruh jamaah yang hadir. Beliau juga  menjelaskan tata cara pembacaan salah satu untaian dzikir yang sangat populer di Indonesia ini.

Setelah selesai pembacaan Rotib Al Haddad, acara kemudian dilanjutkan dengan tausiah yang disampaikan oleh Kyai Ahmad Munawir. Kiai muda asal Demak ini mengawali ceramahnya  dengan mengajak hadirin untuk bersyukur kepada Allah Swt. Dalam tausiahnya, beliau menjelaskan tentang rotib al haddad sebagai wasilah.

“Mujahadah merupakan salah satu wasilah untuk wusul kepada Allah Swt” ungkapnya dengan bahasa Jawa.

Kiai yang karib disapa Kyai Nawir ini kemudian menjelaskan beberapa pengertian, baik menurut bahasa maupun istilah. Menurut beliau, mujahadah merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah Swt.

“Semoga hati kita dimudahkan untuk membersihkan nafsu-nafsu yang buruk setelah membaca Rotib Al Haddad.”

Menurut beliau, salah satu ciri mujahadah ini berhasil adalah pelakunya memiliki hati yang tenang dan tidak mudah emosi.   Keberhasilan ini dapat diraih dengan istikomah. Tidak cukup hanya dibaca sekali atau dua kali.

“Mujahadah merupakan salah satu sarana untuk mengakui kesalahan kepada Allah Swt, kemudian bertaubat dengan taubat nasuha.”

Kontributor: Pekik Nur Sasongko

« PREV
NEXT »

No comments