BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Wednesday, March 20, 2019

UNUSIA Respon Maraknya Radikalisme Islam di Kampus


Tak dapat dipungkiri, radikalisme dalam segala gradasi, tipologi, dan variannya, telah menjadi isu yang kerap muncul dalam Perbincangan. Mulai dari obrolan warung kopi, liputan media, diskusi di televisi, saling sahut di media sosial, hingga ke forum akademik yang lebih serius dalam menganalisis permasalahan radikalisme dan hal-hal berkenaan isu tersebut.
Dalam keseharian, ekspresi beragama yang menampakkan semangat revivalisme dengan mudah dapat dilihat. Dalam skala tertentu, realitas harian kita juga diwarnai oleh orang-orang dengan cita dan harapan tentang kejayaan Islam akan datang sebagaimana dahulu kala pernah terjadi. Kejayaan ini tentu bukan hanya tentang bagaimana ilmu pengetahuan berkembang pesat di era Abbasiyah, bukan pula hanya bagaimana Islam berhasil berlayar dan diterima di berbagai tempat dengan jalan damai. Namun Kejayaan yang dimaksud adalah juga tentang bagaimana Islam diterapkan sebagi sebuah sistem, bagaimana Islam dihadirkan bukan hanya di ruang privat melainkan juga di ruang publik. Singkatnya, Islam meliputi segalanya, kaffah.

Alhasil, fenomena kerinduan terhadap Kejayaan Islam di masa lalu itu tak sekadar mengendap di kepala seseorang. Ia menyublim menjadi sebuah gagasan yang tersistematisasi sedemikian rupa dan teraktualisasi kedalam pola pikir, pola tindak, dan dalam spektrum tertentu ideologi politik. 
Secara Sosiologis, gagasan yang oleh sementara kalangan diyakini sebagai bagian dari domain keimanan ini, pada gilirannya harus menemui kenyataan di mana ia bertumbuh di ladang yang sudah ditumbuhi gagasan yang tak sewarna. Apa mau dikata, gesekan pemikiran tak terhindarkan. terlebih ketika ia dianggap bagian dari Keyakinan, suka atau tidak akan berujung pada klaim kebenaran. Berkenaan dengan klaim kebenaran di mana kelompok tertentu merasa paling benar, tentu akan berdampak pada soal toleransi  dan semacamnya. 
Menyikapi hal ini, LPPM UNUSIA melakukan penelitian di delapan kampus di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.  Penelitian bertema "Reproduksi Sosial Radikalisme Islam di Kampus" ini merupakan suatu ikhtiar guna memotret jejak pandangan radikal yang diproduksi, direproduksi, dan disirkulasikan di ranah kampus melalui sejumlah instrumen yang melibatkan baik organisasi intra maupun ekstra kampus. Penelitian ini juga mencoba memotret bagaimana kampus sebagai pusat kegiatan akademis tak dapat menghindar dari sirkulasi pandangan dunia yang beragam, termasuk di dalamnya radikalisme. Melalui penelitian ini, Tim peneliti LPPM UNUSIA bersama peneliti dari tiap kota mencoba memetakan siapa aktor pengembang serta pendukung gagasan-gagasan radikal berbasis agama, serta bagaimana proses perkembangan radikalisme tersebut dan bagaimana pihak otoritas kampus menyikapi kondisi demikian. 
Dalam temuan kami, kami mencatat bagaimana kelompok-kelompok dengan cara pandang ini mencoba mengisi posisi-posisi pada organisasi mahasiswa intra kampus sebagai artikulasi politik di level kampus yang menandai bahwa ideologi politik yang mereka bawa mendapat tempat secara konstitusional di level kampus. 
Aktivisme guna merebut posisi-posisi kunci ini juga dilakukan sebagai upaya memenangkan arena di mana untuk selanjutnya regenerasi ideologi dipastikan berkesinambungan. Sementara keberadaan organisasi ekstra kampus lainnya yang mengusung paham moderat, tidak serta merta dapat diasumsikan sebagai jaminan terbendungnya gagasan yang berseberangan. 

Menyikapi hal ini, pihak otoritas kampus merespon dengan berbagai hal. Menyikapi pembubaran HTI misalnya, melalui Keputusan Rektor No.823/UN7.P/HK/2018, UNDIP membentuk Tim Anti Radikalisme UNDIP (TIMARU). Tim ini bekerja untuk mencari cara untuk membendung pengaruh radikalisme di lingkungan kampus di antaranya dengan membuat kriteria bagi narasumber yang dapat diundang ke kampus. Senada dengan UNDIP, UNNES juga melakukan langkah pengawasan terhadap kegiatan mentoring guna memantau sirkulasi  ideologi tertentu. Pihak kampus mensyaratkan bahwa mentor harus memperoleh ijin dari dosen pengampu dan kegiatan mentoring berada di bawah TIM pengajar Pendidikan Agama Islam. Kegiatan lain juga dilakukan di antaranya dengan mengundang narasumber dari kalangan tokoh-tokoh moderat. 

Hasil penelitian tersebut akan dibahas lebih mendalam oleh sejumlah narasumber dari Tim Peneliti, akademisi dan tentu melibatkan tokoh masyarakat sebagai wujud partisipasi aktif dalam sebuah diskusi publik yang dihelat pada selasa (19/3) di FIB UNDIP, Semarang. 
Acara yang digelar sejak 09.00 hingga 13.00 WIB ini menghadirkan Mh, Nurul Huda M,Si, (Ketua LPPM UNUSIA), Yasir Alimi, Ph.D (Dosen Antropologi UNNES), Prof.Dr. Mudjahirin Thohir (Ketua FKUB) serta Dr. Amirudin (Kaprodi Antropologi FIB UNDIP). 

Tim Media LPPM UNUSIA
« PREV
NEXT »

No comments