BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

OPINION

Opinion
Showing posts with label Internasional. Show all posts
Showing posts with label Internasional. Show all posts

Tuesday, December 10, 2019

Habib Ali Al-Jufri: Jangan Terprovokasi Orang Berbaju Putih yang Mengatasnamakan Islam


Tangerang – “Shalawat dan salam kepada Nabi saw perantara terbesar kita. Dan tercurah kepada keluarga dan sahabat dan pengikutnya. Diantara hal yang menggembirakan hati kita dan hati Rasulullah Saw. adalah perhatian yang besar kepada ajaran Rasul dari para ahli ilmu, dai dan para pemegang amanat rakyat.” Tutur Habib Ali Al-Jufri mengawali ceramahnya dalam acara Jalsatud Du’at di PP Alfachriyah Tangerang pimpinan Habib Jindan bin Novel Bin Jindan, Jum’at 13 April 2018.
Lanjutnya, kita ada di zaman fitnah, kekacauan dan gangguan. Segala keamanan hanya untuk orang-orang yang fokus mendekat kepada Allah Swt. Bahaya segala bahaya bagi yang mengurusi dunia. Nabi Saw. bersabda dalam Shahih Bukhari, “Aku tidak khawatir kamu menjadi musyrik, yang aku khawatirkan ketika Allah bukakan pintu duniawi kepadamu.”
Apakah masalah akan terjadi ketika pintu duniawi dibuka kepada kita? Bukan itu. Tapi maksudnya adalah kita menjadi mandiri. Apa makna kekhawatiran Rasulullah Saw.? Dibukakan dunia kepadamu seperti umat sebelum kalian. Maksudnya perangai kalian, moral kalian seperti umat sebelum kamu. Mereka berlomba-lomba untuk mencapai dunia. Sehingga hancur.
Rasulullah Saw. memperingatkan kita di Arab atau Timur Tengah tidak peka. Misinya setan adalah untuk menimbulkan keributan di antara kita. Tahris adalah upaya provokasi/adu domba antar kelompok. Provokasi akan berhasil karena dua hal; nafsu-nafsu yang siap menerima provokasi dan sebuah kejadian/isu untuk digoreng.
Nafsu itu berubah-ubah. Dari ammarah bissu’, lawwamah, muthmainnah, dan mardhiyah. Bahkan nafsu yang paling buruk juga berubah. Provokasi mencari target ketika nafsu sedang sedih, marah, dll. Rasulullah Saw. mengajarkan agar tidak marah/membina nafsu, jangan bersedih, dan banyak lagi bimbingan lain sebagaimana doa rabbana atina fiddunya hasanah, dst.
Pendakwah ke jalan Allah saat ini bertugas untuk menenangkan nafsu-nafsu ini agar sejalan dengan ajaran Rasulullah Saw. Peran pendakwah bukan memprovokasi kecuali pada jihad yang betul, dan syarat-syarat yang dibenarkan syariat. Bukan kalimat jihad yang dicuri dan disalahgunakan untuk kepentingan yang keliru, menipu atas nama jihad Islam.
Contoh, warna sorban ini adalah sorban merah terserah saya. Kamu mau apa? Seperti seseorang yang mengklaim ingin mendirikan Khilafah Islamiyah tapi mendzalimi dan membantai sesama muslim. Ini adalah pencurian dan penipuan atas nama jihad.
Dai harus menenangkan nafsu dan bukan malah menjadi budak nafsu. Provokasi adalah misi setan. Setiap orang yang fondasinya provokasi berarti mengikuti misi setan yaitu agar saling bermusuhan.
Perubahan yang terjadi di masa kita saat ini adalah yang dikatakan oleh Bapak Gatot Edi dari Kepolisian adalah seperti yang kami lihat sendiri di Timur Tengah. Di Timur Tengah ada dua sampai empat negara luluh lantak. Karena apa? Di jalan apa? Untuk apa? Katanya demi Khilafah Islamiyah. Yang lain katanya demi demokrasi dan kebebasan rakyat. Mereka hanyut di ombak fitnah. Sehingga negeri-negeri muslimin di Timur Tengah luluh lantak dipermainkan oleh negara-negara yang lain.
Kalau kamu bertanya kepada mereka yang bom bunuh diri di pasar, adalah tujuannya agar tokoh tertentu dibunuh, tetapi muslimin yang terbunuh. Dari mana mereka dapat senjata? Kami beli. Dari mana kamu beli? Dari beberapa negara. Kenapa untuk membunuh bangsamu sendiri? Mana klaim Khilafah? Semuanya adalah kebohongan.
Hasil dari klaim Khilafah adalah umat Islam berbaris mengantri mohon suaka ke negara lain, muncul pemurtadan kepada korban konflik. Inikah yang Anda sebut dengan Khilafah Islamiyah? Mana klaim Khilafah, demokrasi dan HAM yang dijadikan alat provokasi? Hati-hatilah. Jaga negeri kalian.
Saya tidak bicara tentang pemerintahan. Tapi jaga negeri kalian. Jangan terprovokasi dengan orang pakai baju putih yang mengatasnamakan Islam, demokrasi, liberalisme dll. untuk merusak dan menipu. Imam Mawardi mengatakan dalam kitabnya al-Ahkam as-Sulthaniyah, agama, akal, jiwa, kehormatan dan harga diri harus dijaga. Jika negara hancur, maka semuanya akan hancur.
Peran media sosial seperti apa yang dikatakan Menteri Agama KH. Lukman Hakim Saifuddin yang menyitir sebuah hadits:
كفى بالمرء كذبا أن يحدث بما سمع
Kita harus bijak menggunakan media sosial. Dimana kita menyikapi dengan bimbingan Allah Swt. yaitu ajaran tabayyun (cari kejelasan) dan tatsabbut (teguh pada ajaran agama). Sesungguhnya media sosial itu tetap tidak bisa diteliti dan dengan bijak jangan terpancing, harus tetap kroscek dan jangan andil dalam kebohongan.
Ada lagi sesuatu yang selalu berubah dalam hukum fiqih karena perbedaan zaman. Perlu kajian dan pembaharuan. Kita perlu mendalami lagi hukum fiqih. Semua masalah kita, dari nafsu dll. akan menjadi ringan dan kecil ketika kita duduk bersama Allah, curhat kepada Allah dengan menghidupkan hati kita dengan cahaya Allah.
Ini penting bagi pendakwah. Perkuat hubungan kita dengan Nabi Muhammad Saw. karena kalian mewakili Nabi Muhammad Saw. (Ust. Darul Qutni/Syaroni As-Samfuriy)

Thursday, February 28, 2019

Ulama Mesir Syekh Musthafa Zahran: Hizbut Tahrir itu Organisasi Politik

Banjar, NU Online
Salah seorang ulama dari Mesir, Syekh Musthafa Zahran menegaskan bahwa Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik. Hal itu ia katakan saat mengisi salah satu forum di Munas dan Konbes NU 2019, Rabu (27/2) malam di Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat.

Menurut informasi yang didapat NU Online dari Sya’roni As-Samfury, Syekh Musthafa Zahran Mesir adalah pakar dan peneliti aliran-aliran klasik dan kontemporer dalam Islam. Dia menjadi pemateri kedua dalam Munas dan Konbes NU 2019 setelah Syekh Taufiq Al-Buthi.

Dalam forum yang dimoderatori Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf ini, Syekh Musthafa Zahran mengawali dengan menyebutkan fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini. Perubahan masa dari Daulah Khilafah Utsmaniyah ke republik berkembang di berbagai tempat dan negara. Bagaimana menyikapi perubahan tersebut?

Di antara aliran kontemporer yang disebut Syekh Musthafa adalah Hizbut Tahrir, organisasi politik yang didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani.

"Hizbut Tahrir tidak mempunyai konsep yang utuh. Hanya mengambil atau mencomot sana-sini semboyan-semboyan dari khazanah-khazanah kitab klasik Islam lalu mecocokkannya sesuai selera mereka sendiri. Lalu dijual tanpa memahami dengan baik konsep-konsep dari jargon yang dijualnya itu,” tegas Syekh Musthafa Nahran.

Lebih dijelaskan oleh Syekh Taufiq Ramadhan Al-Buthi yang berupaya menambahkan keterangan Syekh Musthafa Zahran. Syekh Taufiq mengatakan bahwa Hizbut Tahrir didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani di Palestina. Namun dia menerima gaji dari Kerajaan Britania/Inggris. 

“Sedangkan Inggris tak memedulikan sama sekali tentang Khilafah Islamiyah. Adapun Al-Qaeda merupakan buatan Amerika yang diterjunkan di Afghanistan. Dan fenomena hadirnya ISIS oleh Abubakar al-Baghdadi tidak lepas dari sponsor dan dukungan Amerika,” ungkap Syekh Taufiq. (Fathoni)

Salah seorang ulama dari Mesir, Syekh Musthafa Zahran menegaskan bahwa Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik. Hal itu ia katakan saat mengisi salah satu forum di Munas dan Konbes NU 2019, Rabu (27/2) malam di Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat.

Menurut informasi yang didapat NU Online dari Sya’roni As-Samfury, Syekh Musthafa Zahran Mesir adalah pakar dan peneliti aliran-aliran klasik dan kontemporer dalam Islam. Dia menjadi pemateri kedua dalam Munas dan Konbes NU 2019 setelah Syekh Taufiq Al-Buthi.

Dalam forum yang dimoderatori Katib ‘Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf ini, Syekh Musthafa Zahran mengawali dengan menyebutkan fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini. Perubahan masa dari Daulah Khilafah Utsmaniyah ke republik berkembang di berbagai tempat dan negara. Bagaimana menyikapi perubahan tersebut?

Di antara aliran kontemporer yang disebut Syekh Musthafa adalah Hizbut Tahrir, organisasi politik yang didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani.

"Hizbut Tahrir tidak mempunyai konsep yang utuh. Hanya mengambil atau mencomot sana-sini semboyan-semboyan dari khazanah-khazanah kitab klasik Islam lalu mecocokkannya sesuai selera mereka sendiri. Lalu dijual tanpa memahami dengan baik konsep-konsep dari jargon yang dijualnya itu,” tegas Syekh Musthafa Nahran.

Lebih dijelaskan oleh Syekh Taufiq Ramadhan Al-Buthi yang berupaya menambahkan keterangan Syekh Musthafa Zahran. Syekh Taufiq mengatakan bahwa Hizbut Tahrir didirikan oleh Taqiyuddin an-Nabhani di Palestina. Namun dia menerima gaji dari Kerajaan Britania/Inggris. 

“Sedangkan Inggris tak memedulikan sama sekali tentang Khilafah Islamiyah. Adapun Al-Qaeda merupakan buatan Amerika yang diterjunkan di Afghanistan. Dan fenomena hadirnya ISIS oleh Abubakar al-Baghdadi tidak lepas dari sponsor dan dukungan Amerika,” ungkap Syekh Taufiq. (NUOnline/Fathoni)

Thursday, November 08, 2018

Indonesia dan Pancasila Dalam Pandangan Akademisi Arab


Oleh: Khariri Makmun
Direktur Moderation Corner
Peneliti Institute Hasyim Muzadi (IHM) 
Aktivis Pergerakan Rumah Gus Dur


Akhir-akhir ini gelombang kebencian terhadap kondisi Indonesia dan ideologi Pancasila berjalan secara massif dan terstruktur. 

Dan yang membuat kita miris justru gelombang kebencian ini dilakukan oleh sebagian kelompok Islam modernis atau islam tran-nasional, dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara kafir karena sistem pemerintahanya tidak menerapkan syariah islam dan Ideologi Pancasila dianggap sekuler atau tidak islami.

Pandangan yang terlalu naif dalam melihat kondisi Indonesia dan Ideologi Pancasila ini berbanding terbalik dengan cara pandang Mohamed Mestiri seorang akademisi Tunisia yang datang ke Indonesia dalam rangka menghadiri Seminar Internasional di Jakarta, pada pertengahan Oktober 2016.

Mestiri menyampaikan kesan positifnya tentang Indonesia yang ditulis melalai unggahan status pada dinding facebooknya.

Beliau mengatakan bahwa kunjungannya ke Indonesia memberi kesan indah bahwa negeri ini begitu cantik. Penduduknya ramah dan mampu mengungkapkan dimensi-dimensi keluhuran kemanusian yang sangat tinggi.

Indonesia memiliki lebih dari 500 suku, budaya dan bahasa dengan jumlah penduduk 250 juta. Hebatnya mereka tetap bersatu dibawah naungan ideologi Pancasila.

Ideologi Pancasila telah mampu mengukir visi dan cita-cita bangsa Indonesia menjadi bangsa yang toleran dan berkemajuan. 

Melalui Pancasila mereka mempertemukan nilai-nilai subtstansial agama, kepentingan bernegara dan prinsip-prinsip kemanusian yang utuh dan luhur. 

Sungguh bangsa Indonesia sangat paham, bagaimana nilai-nilai toleransi di junjung dan teori-teori ilmu diterapkan.
 
Mereka tidak memisahkan agama dari kemajuan zaman sebagaimana senyuman dan ketulusan yang tidak terlewatkan dari wajah santun dan bersahaja.

Mestiri menambahkan di negeri ini seseorang tidak  ditanya siapa anda ? Tapi akan ditanya kontribusi apa yang bisa anda berikan untuk tanah air?  

Di Indonesia, seorang muslim menghormati  penganut Budha, Hindu, Konghucu, Kristen dan Katolik dengan penghormatan yang tulus sebagaimana yang diajarkan dalam falsafah Pancasila. Pancasila telah menyatukan berbagai agama di Indonesia sebagaimana Piagam Madinah (Mitsaqul Madinah) yang dibuat oleh Rasulullah Muhammad SAW untuk menyatukan penduduk madinah yang heterogen (Yahudi, Nasrani, Ateis dan Islam) dalam ikatan kebangsaan dan saling melindungi satu sama lain.

Bangsa Indonesia bukan seperti bangsa lainnya. Mereka tidak suka dengan perdebatan tapi lebih memilih untuk mengambil hikmah dari setiap pembicaraan lalu mengamalkan,  mereka tidak suka meributkan narasi pidato tapi lebih menyukai isi dan substansi yang disampaikan, mereka juga tidak suka menonjolkan diri dan sombong, tapi lebih senang untuk rendah hati dan menerima apa adanya.

Di Indonesia agama islam diyakini sebagai agama yang menanamkam sikap konsistensi, kelembutan, dan mendorong pada sikap kompetitif dalam kebaikan. 

Di negeri ini, tingkat pengangguran, kriminalitas, angka bunuh diri, sangat kecil tidak seperti yang terjadi di dunia Arab, hal itu dikarenakan falsafah kebangsaan disandarkan pada maqosidul islam (prinsip-prinsip Islam) yang mensucikan esensi tawakkal, menjunjung tinggi makna keluarga dan menghubungkan ajaran agama dengan kehidupan.

Masjid dan musholla menjadi pusat kehidupan, sehingga ditempat kegiatan apa saja seperti kantor, mall, restoran, stadiun dll semua menyediakan musholla. 

Ilmu agama tidak dipisah dengan ilmu pengetahuan seperti yang terjadi di Tunisia. Ketika kita sedang merancang untuk mensinergikan antara ilmu syariah dan ilmu umum, ternyata Indonesia sudah melakukan hal itu sehingga hari ini kita menyaksikan kemajuan Universitas-universitas Islam di Indonesia yang telah membuka berbagai jurusan non agama seperti kedokteran, teknik, politik, Hubungan Internasional, syariah, dll.

Menurut pengakuan Mestiri dia telah menghadiri berbagai seminar internasional diberbagai negara dan menyampaikan  presentasi dari satu universitas ke universitas yang lain dengan berbagai macam bahasa, tapi di Indonesia dia  merasakan aura spiritual, kenyamanan dan moralitas yang membawa kedamaian dan ketenangan.

Dari Indonesia, negeri yang Indah Mestiri mengambil pelajaran bahwa hakekat ilmu adalah menghormati setiap jiwa untuk menggantungkan  cita-citanya setinggi mungkin, sehingga suatu bangsa dapat melangkah maju mencapai kemajuan dan peradaban baru.

Jika orang asing saja begitu mencintai dan mengapresiasi Indonesia serta Pancasila, maka sungguh naif jika masih ada sebagian diantara anak bangsa ini justru selalu berpandangan negatif terhadap negerinya dan ideologi Pancasila yang sarat dengan makna substansial agama. 

Pancasila bukan agama, tapi Pancasila mampu menyatukan agama-agama.

Sadarlah bahwa banyak negara yang iri dengan ideologi Pancasila setelah negerinya hancur ditangan kelompok mujahidin yang masing-masing mengklaim jihad mengatasnamakan ajaran agama. Mereka melakukan perang saudara dan tidak mempedulikan kehancuran negerinya. Apakah dengan cara seperti ini kita ingin membawa masa depan Indonesia?  

Zawiyah Alwasatiyah
Gunung Putri, Bogor

Tuesday, November 06, 2018

Mengapa Suriah Dihancurkan ?

Khariri Makmun 
Peneliti Institute Hasyim Muzadi
Aktivis Rumah Pergerakan Gus Dur

Perang di Suriah merupakan perang terburuk pada abad ini. Akibat dari perang ini, lebih dari 600 ribu orang  tewas, 6 juta warga tak berdosa mengungsi ke negara lain dan jutaan warga Suriah lainnya hidup tanpa masa depan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perang Suriah. Salah satu dari faktor tersebut adalah pergeseran Geo-politic global dan termasuk didalamnya kepentingan ekonomi dan sosial.
Pada 25 Mei 2000 Israel menarik pasukannya dari Lebanon Selatan (kecuali kawasan mazari sab'a). Penarikan pasukan Israel ini terjadi setelah mendapatkan perlawanan sengit dari milisi Hizbollah dengan dukungan persenjataan dan militer dari Suriah. Bahkan Pemerintah Suriah juga memberi bantuan rudal canggih buatan dalam negeri yang dapat menjangkau kawasan-kawasan pemukiman Yahudi serta menghancurkan markas-markas penting pasukan Israel di wilayah Lebanon Selatan. 
Dukungan militer dan persenjataan Suria terhadap hizbollah berhasil memukul mundur pasukan Israel dari Lebanon Selatan membuktikan bahwa Suriah merupakan salah satu poros kekuatan militer di Timur Tengah yang sangat berbahaya bagi Israel.
Faktor inilah yang menjadi salah satu sebab kenapa Suriah harus dihancurkan.
Ketika pasukan Koalisi dibawah kendali Amerika Serikat (AS) melakukan invasi ke Irak pada bulan Maret 2003 untuk membuktikan dirinya sebagai negara super power  yang bisa berbuat apapun demi kepentingannya, Colin Powel ,  Menteri Luar Negeri AS melakukan lawatan ke Suriah dan menyampaikan pesan kepada Presiden Basyar Asad agar Suriah segera menghentikan dukungan terhadap Hezbollah, Hamas dan memutuskan hubungan dengan Iran. 
Suriah menolak mentah-mentah usulan AS dan sejak saat itu Pemerintah Suriah justru membantu milisi-milisi Sunni dan Syiah untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan koalisi dibawah pimpinan AS. 
Meski pasukan koalisi berhasil menggulingkan rezim Saddam Husein, tetapi AS juga merasakan tekanan pasukan milisi sipil dukungan Suriah yang berani melakukan bom bunuh diri dikawasan-kawasan militer AS, sehingga akhirnya AS menarik pasukanya di Irak secara bertahap dan seluruh pasukan AS ditarik secara keseluruhan pada 18 Desember 2011. Dukungan Suriah terhadap milisi perlanan rakyat Irak terhadap koalisi AS, menyebabkan kecaman dan kemarahan negara-negara Barat.
Suriah juga aktif membantu gerakan rakyat Palestina untuk melawan Israel termasuk gerakan Hamas. Meski telah dibantu oleh pemerintah Suriah, akan tetapi kini Hamas justru memusuhi Pemerintah Asad. Mungkin inilah yang disebut membalas air susu dibalas  dengan air tuba.
Meskipun Suriah agak terlambat membebaskan wilayah Golan dari pendudukan Israel karena keunggulan persenjataan Isreal yang didukung AS dan bersamaan dengan runtuhnya Uni Soviet akan tetapi Suriah masih mampu melakukan keseimbangan kekuatan militernya di Timur Tengah. Suriah juga secara idealis menolak perjanjian atau membuka hubungan diplomatik dengan Israel serta aktif membantu gerakan-gerakan milisi Palestina untuk melawan Isreal.
Geopolitik dan ekonomi Suriah sangat strategis bagi AS dan Barat. Letak Suriah yang berada di tepi timur laut Mediterania, membuat Suriah sebagai pintu penghubung bagi 3 benua yaitu benua Asia, Eropa dan Afrika.
Dengan letaknya yang strategis maka Suria menjadi titik perlintasan perdagangan tiga benua tersebut. Letak geografi yang strategis ini membuat AS ingin menguasai Suriah, sehingga melalui Suriah, AS akan dapat mengalirkan jalur pipa Gas ke negara-negara Eropa. Demikian halnya untuk menjadikan Suriah sebagai jalur perlintasan perdagangan AS ke negara-negara Arab.
Bagaimana perang Suriah bisa terjadi sementara kekuatan Barat yakin bahwa rezim Asad tak mungkin ditumbangkan secara militer karena kemampuan Suriah dalam mengimbangi persenjataan Israel akan dapat memusnahkan Israel dari tanah Arab ?
Upaya pertama yang dilakukan oleh Barat adalah melatih aktivis anti pemerintah yang tujuannya adalah untuk menlakukan oposisi terhadap pemerintah Basyar Asad dengan menyebarkan isu korupsi dan menghambat upaya reformasi birokrasi yang dilakukan oleh Asad.
Para aktifis anti Asad yang disusupkan oleh barat melakulan agenda pembusukan dalam dua tahap, pertama, menghentikan gelombang modernisasi Suriah yang dicanangkan Basar Asad sejak tahun 2000. Para aktivis anti Asad ini melakukan manuver untuk menggagalkan modernidasi Suriah, karena jika Suriah semakin modern akan menambah kemajuannya diberbagai bidang termasuk ekonomi dan militer.
Tahap kedua dengan cara menyusupkan pejabat-pejabat penting dalam pemerintahan Asad dengan tujuan untuk menyebarkan citra buruk pemerintah untuk menghancurkan martabat dan harga diri pemerintah serta untuk memutus hubungan antara pemerintah dengan rakyat.
Upaya kedua, melakukan skenario krisis ekonomi terutama di daerah-daerah yang sudah direncanakan sebagai titik awal badai krisis dimulai seperti wilayah Homs. 
Di propinsi Homs pejabat pemerintah dikondisikan untuk berhadapan dengan warganya. Ketegangan antara pejabat pemerintah dan warga semakin meningkat ketika harga meteran air dirumah-rumah penduduk mencapai USD 6000 dan biaya pembangunan kamar flat kecil diwilayah-wilayah miskin membutuhkan biaya suap perizinan yang mahal.
Krisis ekonomi yang diskenariokan oleh Barat cukup berhasil untuk menyulut kemarahan warga Suriah terhadap rezim Asad. Disamping itu kelompok milisi islam radikal yang sudah dibiayai dan dipersenjatai oleh pihak luar negeri sudah siap mamainkan peranya untuk memprovokasi para pemuda menuju medan pertempuran melawan pemerintah.
Para aktivis anti asad menyebarkan kampanye hitam dan menggemakan istilah "musim semi arab" dan meneriakkan ajakan ganti pemimpin melalui jihad. Mulai saat itu, saluran berita-berita Arab yang terhubung dengan kepentingan Barat menayangkan aksi demo dari kelompok radikal yang anarkis dan melakukan perusakan terhadap gedung-gedung pemerintah dan fasilitas umum.
Jumlah kelompok radikal yang memancing aksi demo anarkis tidak lebih dari 8% dari penduduk Suriah. Kelompok ini sebenarnya menjadi korban isu sara yang dihembuskan oleh propaganda media-media anti Asad. Dan bermula dari sinilah perang Suriah dimulai.
Diantara  warga Suriah yang terkena dampak krisis ekonomi dan yang menuntut reformasi administrasi serta ekonomi adalah  para demonstran, yang percaya bahwa demonstrasi ini ditujukan untuk "kebebasan dan martabat." Tetapi mereka dengan cepat sadar bahwa ada skenario buruk dibalik demonstrasi. Maka sebagian diantara mereka meninggalkan demo saat suasana mulai panas dan senjata demonstran mulai diarahkan kearah polisi.
Ketika krisis Suriah mulai memanas, barisan anak muda dari  berbagai belahan dunia begitu mudahnya datang dan bergabung dengan ISIS atau Jabhatun Nushroh di wilayah Suriah untuk memerangi pasukan pemerintah. Bantuan bagi Jihadis yang akan bergabung dengan ISIS sudah disiapkan mulai dari tiket pesawat, uang saku, honor bulanan, pemandu di perbatasan, donator yang siap mengucurkan biaya, ribuan ulama yang memprovokasi fatwa jihad serta ratus stasiun televisi yang menyebarkan berita perang agama di Suriah. Agitasi dan penyebaran informasi perang Suriah yang menyesatkan inilah yang mendorong anak-anak muda tertarik untuk ikut berjihad dengan iming-iming surga.
Maka wajar jika hanya dalam waktu sekejap puluhan ribu mujadihidin dari berbagai negara dengan mudah masuk Suriah dan siap bertempur melawan pasukan pemerintah Asad.
Perang Suriah bertujuan untuk menghancurkan Suriah tapi para musuh Suriah tidak berhasil menguasai dan  menundukkanya. Faktor-faktor yang membuat Suriah masih mampu mempertahankan diri cukup banyak, diantaranya adalah kecintaan dan kepercayaan rakyat terhadap Basyar Asad sebagai pemimpin mereka. Bahkan kecitaan masyarakat Suriah di wilayah-wilayah konflik sangat besar, karena mereka semakin tahu siapa yang mengkhianati Suriah dan siapa yang mengangkat kemulyaan dan kebanggan kepada negara. Perlawaanan rakyat dan kegigihan tentara Suriah membuat Suriah hingga hari ini masih tetap eksis.
Begitu juga dengan dukungan koalisi strategis yaitu Rusia, Iran dan Hizbollah yang tetap setia menemani Suriah dalam menghadap konspirasi global menghancurkan Suriah. Baik konspirasi militer dan konspirasi media propaganda untuk menggiring opini Internasional bahwa perang Suriah adalah bagian dari perang agama dan perang sektarian Sunni Syiah. 
Opini yang menyesatkan inilah yang memperkeruh krisis Suriah dan menipu kelompok radikal untuk menjadikan Suriah sebagai medan jihad hingga hari ini.
Perlahan tapi pasti, krisis Suriah akan berakhir, meski kehancuran terjadi diberbagai sektor dan lini, pemerintah Suriah sudah mampu menguasai sebagian besar wilayah Suriah. Semoga Suriah dapat segera kembali sebagai bangsa besar dan kembali menjadi pusat keilmuan Islam Aswaja yang kondusif bagi para pelajar yang akan menuntut ilmu agama di negeri Syam tersebut. Kita semua merindukan negeri Syam yang damai dan menjadi kiblat bagi Islam Ahlusunnah wal Jamaah di tanah air.
6 Nov. 2018
Moderation Corner
Gunung Putri Bogor.

Wednesday, October 10, 2018

Mewaspadai Jalan Kekerasan Politik Versi Timur Tengah

Sejak masuknya agenda islam politik trans nasional ala Timur Tengah yang bertumpu pada perjuangan politik merebut kekuasaan dengan menggunakan simbol-simbol agama untuk memanipulasi umat, maka wacana dan wawasan politik islam menjadi semakin sempit, rigid dan kaku.
Di media sosial yang menjadi medan pertempuran politik dunia maya diwarnai dengan ekspresi kebencian, permusuhan, hasutan, fitnah dan hoax. Setidaknya ada 4 strategi yang dilakukan oleh kelompok islam politik trans nasional menghadapi tahun politik 2019.
Strategi pertama yang ditempuh oleh islam politik tran nasional adalah membenci pemerintah, menjadikan alat negara sebagai musuh, seluruh kebijakan penguasa dianggap keliru, partai-partai koalisi pendukung pemerintah dianggap penjilat. Sikap ini setiap hari digelorakan kepada umat dan dipublikasi melalui media sosial dengan bumbu ayat dan hadis.
Strategi kedua, adalah menurunkan tingkat kredibilitas ulama yang betul-betul ulama, tapi tidak sepaham dengan perjuangan politik mereka. Siapapun ulama yang tidak mengikuti arus pemikiran politik mereka maka dianggap ulama su' (ulama jahat), ulama yang harus di jauhi dan diserang dengan berbagau macam hoax. 
Sedangkan orang-orang biasa yang tingkat keilmuan agamanya rendah bisa dinobatkan sebagai ulama atau ustadz selama mereka memiliki pandangan yang sama dengan garis perjuangan politik mereka.
Ketika ulama yang benar-benar memiliki kapabilitas dan akhlak sebagai seorang ulama dihancurkan karakternya, maka para aktivis islam politik ini akan mudah menguasai opini publik dan mengontrol umat melalui fatwa-fatwa agama yang disesuaikan dengan kepentingan politik mereka.
Strategi ketiga adalah meminta bantuan kekuatan asing untuk melakukan manuver dan intervensi disaat terjadi kekacauan. Bantuan asing bisa berupa pendanaan (finansial) dan pengiriman milisi atau kelompok sipil bersenjata.
Strategi keempat adalah memecah umat dalam dua arus, pertama umat yang mendukung kepentingan politik islam trans nasional dan kedua umat yang tidak mendukung kepentingan politik islam.
Pembelahan umat dalam dua kubu dimaksudkan untuk mengukur kekuatan pendukung dan kekuatan lawan. Jika kristalisasi dukungan terhadap islam politik semakin besar maka mereka akan menempuh dua cara, pertama, cara konstitusional dengan cara melakukan perubahan rezim melalai pemilu dan kedua, menempuh cara revolusi atau menggulingkan kekuasaan melalui kekerasaan.
Konsekwensi dari kekerasan politik adalah perang saudara, chaos, negara hancur, ancaman pemisahan (sparatis),  jatuhnya korban sipil serta munculnya berbagai macam problem sosial serta kemanusian.
Bagi kelompok islam politik trans nasional menegakkan sistem pemerintahan islam dan penerapan syariat islam merupakan suatu kewajiban. Dua tujuan politik ini harus diperjuangkan meskipun ambisi tersebut harus berakhir dengan kehancuran negara. 
Inilah barangkali catatan mengerikan yang bisa kita lihat dari perkembangan Islam politik di negara-negara Timur Tengah seperti Irak, Libia, Syria dan Yaman.
Kecurigaan mengenai masuknya elemen islam politik trans nasional ditengah perhelatan pilpres 2019 sangat terasa. Aura kebencian dan perpecahan yang didesain untuk membuat gangguan stabilitas dan kekacaun begitu dekat kita rasakan.
Jika tidak diwaspadai, kondisi gerakan islam politik trans nasional di Indonesia akan melaju kencang tanpa kontrol dan perlahan-lahan menabrak apa saja termasuk menabrak konstitusi, menabrak, falsafah bernegara, menabrak sistem politik serta menabrak islam sendiri, sebagai agama dan norma yang moderat.
Ditengah kekeringan wacana keagamaan yang moderat dan humanis, maka tak ada salahnya bagi kita untuk kembali pada cara pandang guru bangsa kita yaitu Gus Dur dalam mengharmoniskan hubungan antara agama dan negara.
Menurut Kiai Hasyim Muzadi saat menyampaikan orasi ilmiah di Monash University, Australia, Gus Dur membawa agama melalui tiga pendekatan yang sangat luas dan fleksibel. 
Pertama, Pendekatan filosofis, makna dari agama itu sendiri. Agama Tidak sekedar teks dari agama itu. Kedua. Etis, agama ditampilkan sebagai nilai-nilai kesopanan universal. Ketiga, Humanis:  menghadirkan agama sebagai persaudaraan kemanusian yang utuh.
Ketiga pendekatan ini mengalahkan pendekatan legal formal atau hukum-hukum fikih, tetapi selalu mencari alternatif apa yg sebaiknya baik utuk manusia. Gus dur bertumpu pada esensi agama bukan pada hukum legal formal agama. Yang tidak dilepas oleh gus dur adalah teologi. Tapi wujud dari teologi itu harus tampil dalam bentuk etika, humanisme dan folosofi.
Jika 3 Pendekatan yang dilakukan oleh Gus Dur ini diletakkan pada konsepsi hubungan antara agama dan negara atau antara islam dan politik, maka hubungan keduannya akan harmonis dan tidak menimbulkan ketegangan.
Kultur politik Indonesia tidak sama dengan kultur politik Timur Tengah, meski pengaruh pemikiran politik islam sama-sama kuat di kedua wilayah ini, akan tetapi perbedaan budaya dan karakter masyarakat menjadi alasan kenapa politik di Timur Tengah berbeda dengan politik di Indonesia.
Berkaca dari pengalaman negara-negara Timur Tengah yang dihancurkan oleh prilaku politik yang berlandaskan pada penafsiran teks-teks agama yang sempit, kaku dan menghalalkan kekerasan maka saatnya seluruh komponen bangsa menyadari bahwa bekerjasama dengan kelompok ini akan mengakibatkan Indonesia menuju pada masa depan yang suram serta jatuh dalam jurang kehancuran. 
Wallahu a'lam.
Khariri Makmun
Peneliti Institute Hasyim Muzadi (IHM)
Direktur Moderation Corner

Wednesday, September 19, 2018

Rekomendasi AICIS 2018 Desak Pemerintah Lakukan Deradikalisasi Segala Lini


Palu; Pertemuan para sarjana muslim dunia yang digelar selama tiga hari mendesak agar pemerintah Indonesia dan pemerintah negara-negara Islam lain di kawasan agar mengambil langkah kongkrit guna mengerem laju radikalisasi yang semakin mengkhawatirkan.

Pertemuan para sarjana dan pemikir muslim dalam forum The 18 th Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) di Institut Agama Islam negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah 17-20 September 2018 ini merekomendasikan lima poin yang perlu dipertimbangkan pemerintah negara-negara islam agar radikalisme dapat dilokalisir dan dijauhkan dari generasi muda.

Pada penutupan sidang AICIS, juru bicara Prof. Dr. Nur Chaedi SC mengungkapkan, para praktisi studi Islam dari berbagai negara telah melakukan 63 panel dan 7 special panel yang menghasilkan banyak input bagi dunia islam terkini. Panel-panel ini telah menyaring berbagai fenomena radikalisme di berbagai negara di dunia.

Telah terjadi kesepakatan yang bulat dari para panelis dalam sidang-sidang AICIS, bahwa tak ada penjelasan tunggal dan sederhana pada kasus radikalisme dan berbagai masalah pelik yang dihadapi masyarakat muslim saat ini. “Krisis dunia islam dilatar belakangi berbagai hal yang sifatnya multidimensional,” kata Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini di 
IAIN Palu, (19/9).

Indonesia dan negara-negara muslim lain tengah dilanda radikalisme yang semakin mengkhawatirkan. Model pokok yang dapat ditangkap secara umum adalah adalah adanya trasformasi paham radikal kepada generasi muda yang disuntikkan oleh para ideolog radikal melalui dialog.

“Paham radikal sangat cepat merasuk apabila diterima kalangan muda yang dilanda frustasi dengan berbagai fenomena sosial seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran dan berbagai macam kondisi tidak idel lainnya” tambahnhya. Radikalisme kalangan muda, kata Nur Chaedi, juga tidak bisa dipisahkan dari perubahan sosial yang cepat, modernisasi, dan globalisasi.

Untuk itulah forum yang diparkarsai Kementerian Agama RI ini menghasilkan simpulan, bahwa menangani radikalisme tidak bisa dilakukan melalui satu jalur. Bila selama ini pemerintah negara-negara Islam cenderung berfokus pada pendekatan ideologi, kini saatnya mengambil pendekatan bidang ekonomi, budaya, dan sosial.

AICIS adalah forum kajian keislaman yang diprakarsai Indonesia sejak 18 tahun lalu. Pertemuan para pemikir islam ini menjadi barometer perkembangan kajian Islam dan tempat bertemunya para pemangku kepentingan studi islam dunia.

Keynote speaker dalam serangkaian sidang ini adalah Menetri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin dan Dominik Müller Ph.D dari Max Planck Institute for Social Anthropology, Jerman, yang merupakan pakar antropologi agama yang penelitiannya berbasis di asia tenggara termasuk indonesia. Pembicara asing lainnya adalah Prof. Dr. Hans Christian Gunther dari Albert Ludwig Universitat, Freiburg, Jerman, Dr. Hew Wai Weng dari University Kebangsaan Malaysia, dan Dr. Ken Miichi dari Waseda University, Jepang.

Lima Butir Rekomendai AICIS:

1. Terdapat kebutuhan untuk meninjau beberapa perspektif lama dalam studi islam dan masyarakatnya.
2. Perspektif terbaru studi islam perlu menilik kembali akar sejarahnya dalam membangun model Islam moderat sebagaimana yang ada di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara.
3. Bentuk Intoleransi saat ini terwujud dalam berbagai bentuk yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor ideologis maupun instrumen lain yang semuanya memerlukan respon dan strategi lanjutan. Diperlukan koeksistensi untuk membangun toleransi dan perdamaian melalui berbagai program dan aksi yang relevan.
4. Pemahaman yang signifikan tentang radikalisme di kalangan muda akan melahirkan kemungkinan strategi dan jalan keluar yang terpadu serta langkah-langkah yang komprehensif untuk memutus rantai radikalisme dan terorisme.
5. Selain pendekatan ideologi dan program deradikalisasi, langkah-langkah dalam bidang ekonomi, budaya, dan pendekatan sosial harus segera diambil untuk mengikis pengaruh radikalisme dan terorisme.

Wednesday, July 18, 2018

Presiden Mikronesia Lakukan Kunjungan Kenegaraan dan Pulang Kampung Ke Ambon

Presiden Joko Widodo hari ini menerima kunjungan kenegaraan Presiden Federasi Mikronesia, Peter Martin Christian, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Kunjungan Presiden Mikronesia ke Indonesia ini akan dilanjutkan dengan serangkaian agenda kunjungan ke Kota Bandung dan Kota Ambon.
Dalam pernyataan pers bersama selepas pertemuan bilateral, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa menjadi kehormatan tersendiri bagi Indonesia untuk menerima kunjungan pertama Presiden Christian ke Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Presiden. Sebab, Indonesia diketahui memiliki tempat tersendiri bagi Presiden Mikronesia yang mulai menjabat tahun 2015 lalu itu.
"Indonesia merupakan negara yang tidak asing bagi Presiden Christian. Beliau memiliki darah keturunan Indonesia yaitu keturunan Maluku generasi ketiga di Mikronesia," ujar Presiden Jokowi.
Oleh karenanya, dalam kunjungannya ini, Presiden Christian juga diagendakan untuk mengunjungi Ambon yang diakui sendiri olehnya sebagai tanah kelahiran nenek moyang beliau.
"Dalam kunjungan ke Indonesia ini beliau juga akan pulang kampung ke Ambon. Ini merupakan bukti bahwa ikatan antarmasyarakat kedua negara sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu," tutur Jokowi.
Atas kesempatan tersebut, Presiden Christian menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Presiden Joko Widodo. Ia mengatakan bahwa kunjungannya ke Indonesia ini, selain dalam kapasitasnya sebagai presiden, merupakan kunjungannya sebagai peziarah ke tanah nenek moyang.
"Bapak Presiden, saya ingin mengucapkan terima kasih atas upayanya yang memungkinkan saya mengunjungi Ambon, tanah nenek moyang kami. Sebagai tambahan dari kunjungan saya sebagai presiden, ini juga merupakan kunjungan saya dalam kapasitas sebagai peziarah ke tanah nenek moyang," ucap Presiden Christian.
Untuk diketahui, iring-iringan kendaraan rombongan Presiden Mikronesia memasuki area Istana Kepresidenan Bogor sekira pukul 10.00 WIB. Ketibaannya disambut dengan pasukan nusantara, korps musik, dan pasukan berkuda oleh Paspampres. Para pelajar SD dari Kota Bogor yang mengenakan pakaian adat Nusantara turut menyemarakkan suasana dengan mengibarkan bendera kedua negara.
Dalam penyambutan tamu negara kali ini, turut dilakukan penanaman pohon oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Christian di halaman belakang Istana Bogor. Jenis tanaman yang ditanam keduanya ialah pohon ulin atau kayu besi.
Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, Menteri Perdagangan Enggartias Lukito, serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Bogor, 18 Juli 2018

Friday, July 13, 2018

Momen Bersejarah itu Telah Tiba, Prestasi Menyatukan Kita: Menjadi Pemuda Indonesia



Saat Zohri (Lalu Muhammad Zohri), pemuda Indonesia yang belum genap 18 tahun, mencapai garis finish pertama, kemudian dinobatkan menjadi pemuda tercepat sedunia,  pihak IAAF lekas mengunggah video detik-detik menjadi juara.  Saya merinding dan terharu saat menyaksikannya. Saya ulang beberapa kali.  Dan saya sempat meneteskan air mata. Yah,  haru dan bangga. Saya langsung tergerak untuk menulis dan merangkai kata. Bertekad untuk mengkabarkan pada dunia. Bahwa pemuda Indonesia itu hebat,  memiliki mutiara-mutiara yang terpendam, yang pasti akan muncul ke permukaan,  dan jadi berharga di tangan yang tepat. Zohri adalah salah satu mutiara itu. 

Setelah saya tulis sekenanya,  dengan menampilkan fakta yang ada,  akhirnya banyak sekali respon dari kolega, wartawan, yang kebetulan namanya tersimpan di HP saya. Responnya pun beragam. Ada yang mengapresiasi, dan itu mayoritas. Tapi ada juga yang sebagian, selalu melihat sisi lemahnya, mulai dari "kemana official", "nggak ada bendera", "pencitraan" dan komentar nyinyir lainnya. 

Ala kullin

Saya sungguh tak mengira respon Bangga dan apresiasi dari bangsa terhadapnya luar biasa. WA di HP saya terus dibanjiri ucapan selamat atas prestasi Zohri. Pastinya,  mereka mengucapkan untuk Zohri, bukan untuk saya. Hanya karena mereka tahunya nomor HP saya, dan informasi itu wasilah saya, maka ucapan selamat itu mampir lewat saya, untuk sang juara. 

Tidak hanya apresiasi berupa ucapan. Setelah ditampilan sosok zohri dengan latar belakangnya, banyak yang kontak n bertekad memberikan hadiah untuknya. Zohri adalah sosok sederhana dari keluarga santri di kampung,  kecamatan Pemenang Lombok Utara.  Kakaknya menjadi Sekretaris Pengurus Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Lombok Utara. Lewat Ketuanya,  saya komunikasi dengan kakaknya yang perempuan, dg penuh kesahajaan. 

Tawaran hadiah mengalir deras. Ada dari biro perjalanan haji dan umroh, mau memberikan hadiah umroh. Bupati Lombok Utara berkomitmen untuk membangunkan rumah, dengan meminta Camat Pemenang mencarikan tanah yang memadai. Dirut salah satu BUMN menyampaikan kepada saya, akan memberi  satu kilogram emas sebagai tabungan. Ada media penyiaran yang komitmen membantu 300 juta rupiah. Ada komunitas masyarakat yang izin membuat pawai sebagai selebrasi ucapan selamat dan terima kasih.  Itu baru yang lewat saya. Lewat jalur saya. Belum lagi apresiasi langsung,  lewat PASI,  lewat keluarga,  dan lewat jalur lainnya. 

Terlepas itu semua, saatnya kita berpikir positif,  memberi apresiasi atas sebuah prestasi. Sekecil apapun itu. Zohri telah berprestasi besar. Tapi ia memulainya dari yang kecil, dan terus dipupuk. Melalui sekolahnya di SMP di bawah asuhan gurunya, sang perempuan yang penyabar. Lantas masuk PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar), institusi milik Kemenpora sebagai kawah candradimuka pemuda pelajar untuk mengasah minat bakatnya, hingga ia masuk pelatnas dan masuk PPON.

Prestasi itu juga tidak datang tiba-tiba. Butuh kerja keras, cerdas,  dan berkesinambungan. Butuh kerja sama seluruh pihak. Ada bakat dan semangat anak, ada pelatih yang memiliki dedikasi,  ada lingkungan yang mendukung, ada pemerintah yang memfasilitasi,  dan ada dukungan masyarakat. Bahkan,  saat di Finlandia,  Dubes RI juga terlibat aktif dalam kompetensinya, memberikan layanan kewarganegaraan, hingga penyediaan menu ala Indonesia. 

Apresiasi itu juga tidak muncul dengan tiba-tiba. Menpora Imam Nahrawi memiliki peran penting dalam menyemarakkan apresiasi atas prestasi kaum muda,  di berbagai bidangnya. Untuk zohri,  Menpora menegaskan sejak awal,  ada apresiasi khusus dari Kemenpora. Bonus 250 juta.  Menpora terus menyemangati, memotivasi, mendorong, dan memprioritaskan bentuk2 penghargaan dan apresiasi atas berbagai prestasi yang lahir dari generasi muda kita. Seluruh program dan kegiatan harus diorientasikan pada prestasi, dan pendukungan kaum muda dalam pencapaian prestasi. Prestasi dalam berbagai bidang,  dengan pendekatan kecerdasan berganda

Terhadap prestasi, kita perlu apresiasi. Dan alhamdulillah, jiwa kebersamaan itu masih hidup subur di tengah masyarakat kita yang guyub dan penuh kekeluargaan. Melampaui kepentingan sektoran dan sekat-sekat primordial. 

Prestasi menyatukan kita, dari pemuda Indonesia untuk Dunia. 

Wassalam
Asrorun Niam Sholeh
Deputi Pengembangan Pemuda Kemenpora

Thursday, July 12, 2018

M Zohri Pemuda Indonesia Ukir Prestasi Pelari Tercepat Sedunia


Lalu Muhammad Zohri, nama seorang pemuda Indonesia kelahiran NTB 1 Juli 2000, baru saja menjadi manusia tercepat sedunia, dan meraih emas di Kejuaraan Dunia Atletik U-20, menjadi juara dunia, mengalahkan lawan-lawannya dari berbagai negara.
Lalu memenangi medali emas setelah finis terdepan dalam final lari 100 meter putra yang dilangsungkan di Tampere, Finlandia, Rabu (11/7/2018). Dia juga mencatat rekor terbaiknya, dengan waktu 10,18 detik.
Atlet muda berusia 18 tahun itu mengalahkan dua pelari Amerika Serikat, Anthony Schwartz dan Eric Harrison, yang sama-sama mencatat waktu 10,22 detik.
Pencapaian Lalu merupakan sejarah baru dalam dunia atletik Indonesia.
"Saya sangat gembira dengan catatan waktu terbaik saya dan rekor junior nasional. Sekarang, saya akan mempersiapkan diri untuk Asian Games bulan depan," kata Lalu di situs resmi Federasi Atletik Dunia (IAAF).
"Saya sangat bangga. Ini adalah sebuah pengalaman luar biasa dan ini sangat bagus untuk karier saya," ujarnya.
Ia adalah salah satu atelt pelatnas Asian Games 2018, di bawah binaan Kemenpora. Kemenpora secara khusus memberikan apresiasi luar biasa atas prestasi dunia dan dedikasinya yang telah mengharumkan nama bangsa.
"Pemuda hebat yang mengharumkan bangsa dengan prestasi. Dia punya potensi luar biasa, dan dibimbing secara benar, disalurkan secara baik. Pemuda hebat bisa dari berbagai bidang, termasuk skill berlari, yang dengan pembimbingan yang baik akan melahirkan prestasi", ujar Deputi Pengembangan Pemuda Asrorun Niam Sholeh, yang mengaku merinding saat menyaksikan video detik-detik kemenangan Lalu dalam lomba, Kamis (12/7/2018)
Selamat, engkaulah sosok muda ideal. Berprestasi di bidangnya masing-masing. Pemuda punya potensi, potensi n kecerdasan yang beragam.
Prestasi telah ditorehkan. Nama harum bangsa telah dihasilkan. Kegembiraan sudah dirasakan. Kini, saatnya kembali fokus, tantangan berprestasi di Asian Games sudah menanti.
"Jika sudah tunaikan suatu tugas, segera mulai menyongsong tugas baru di penuh optimisme. Dan setelah usaha optimal, kepada Tuhanlah kita berharap".

Wednesday, July 11, 2018

NU Taiwan Islamkan penduduk Taipei setiap minggu

Muslimedianews.com ~ Pengurus Cabang Istimewa (PIC) NU Taiwan setiap minggu menerima permintaan penduduk Taipei yang ingin menjadi pemeluk agama Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadat.

Ketua PCINU Taiwan Agus Susanto di Taipei, Senin, mengatakan fenomena ini terjadi dalam 2-3 tahun terakhir dimana minat penduduk Taipei dan Taiwan untuk menjadi pemeluk agama Islam meningkat.

"Setiap minggu ada saja permintaan dari penduduk asli yang ingin masuk Islam," ujar Agus.

Dia sudah menyiapkan segala hal proses permindahan agama atau keyakinan tersebut menjadi mudah.

"Kami sudah mempersiapkan ustadz yang berkompeten untuk itu agar secara agama prosesinya sah dan memenuhi syarat-syaratnya," ucap Agus.

Keinginan masuk Islam juga terjadi di kalangan buruh migran (TKI) yang semula berbeda keyakinan dan setelah bekerja di Taiwan berinteraksi dengan TKI lainnya lalu mendapat hidayah untuk memeluk Islam.

Agus menyatakan tidak selalu perpindahan agama itu disebabkan karena keinginan pria Taiwan untuk menikah dengan TKI yang dalam hal ini menjadi fenomena baru dalam 3-4 tahun terakhir.

Sebagian bersar TKI muslimah, lanjut dia, dan data PCI-NU menyatakan tidak sedikit dari mereka adalah alumni dari madrasah atau pondok pesantren NU. Sehingga lebih mudah PCINU untuk membina dan menguatkan keyakinan mereka.

Dia juga menangkap fenomena bahwa perilaku TKI yang ramah, mudah senyum, sopan dalam berpakaian dan berperilaku serta istiqomah menjalankan keyakinannya menjadi faktor penyebab penduduk Taiwan untuk memeluk Islam.

"Jadi tidak hanya sekadar ingin menikah, tetapi karena adab dan akhlak TKI yang menjadikan mereka tersentuh, meski diyakini hidayah itu tetap milik Allah," kata Agus.

Lalu bagaimana dengan pembinaan selanjutnya bagi mualaf tersebut? Agus menyatakan bahwa PCI-NU sudah membuat paket informasi yang diperlukan untuk memperdalam agama dan konsultasi tatap muka kapan saja, sesuai kebutuhan mualaf.

PCINU Taiwan berdiri pada tahun 2007, diprakarsai oleh sejumlah TKI yang aktif dalam wadah pengajian rutin yang kemudian difasilitasi sepenuhnya oleh PBNU, dan kini memiliki 11 ranting di Taiwan.

antara news

Thursday, June 28, 2018

Indonesia Ajak Negara-Negara Islam Bersatu Promosikan Islam Moderat


Indonesia mengajak negara-negara Islam bergerak bersama dalam promosi moderasi agama. Ajakan ini disampaikan Ketua Delegasi Indonesia Muchlis M Hanafi saat mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berbicara pada Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah di Baghdad.

Menurut Muchlis, kesalahpahaman terhadap konsep dasar keislaman menjadi salah satu faktor munculnya ekstremisme dan terorisme. Ideologi dan pemikiran garis keras ini menyebar dalam berbagai literatur dan media, baik cetak maupun elektronik.  Untuk itu, negara-negara Islam harus merapatkan barisan dan bergandengan tangan untuk meng-counter ideologi tersebut dengan cara serupa dan membentengi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kubangan pemikiran radikal. 

“Semua akses menuju pemikiran radikal harus ditutup rapat-rapat. Pada saat yang sama kita juga harus bergerak mempromosikan wacana keagamaan yang moderat,” tegas Muchlis di Baghdad, Selasa (26/06). 

Melalui berbagai program, terutama pendidikan agama dan keagamaan, lanjut Muchlis, Pemerintah Indonesia bersama ormas-ormas Islam terus memperkuat moderasi Islam sebagai sebuah manhaj keberagamaan. Apalagi, sejak pertama kali ke Indonesia, DNA Islam Indonesia adalah tawassuth dan wasathiyyah, sehingga Islam mampu berasimilasi dengan budaya lokal yang sangat beragam.

“Melalui forum ilmiah semacam ini, kita dapat berbagi pengalaman dalam mengembangkan dan memperbaharui wacana keagamaan yang lebih dinamis, harmonis, dan humanis. Dengan bersatu, menghargai keragaman dan menghormati perbedaan kita akan mampu menciptakan dunia yang lebih aman dan damai, tanpa ISIS,” tuturnua.

Mukhlis menekankan, pemikiran agama yang radikal harus dilawan dengan counter narasi, bukan dengan cara kekerasan. Penanggulangan dan penanganan paham radikal dengan cara represif justru akan menimbulkan masalah baru.

"Paham dan pemikiran keagamaan radikal harus dilawan melalui counter narasi secara komprehensif dan terus menerus agar tidak melebar dan menjadi laten. Penanganannya tidak selalu dengan cara kekerasan yang justru dapat memunculkan problem baru", ujarnya.

Delegasi Al-Azhar Mesir, Shaikh Dr. Hamid Abu Thalib menyambut baik gelaran konferensi ini. Menurutnya, semangat yang diusung sesuai prinsip Al-Azhar yang selalu memegang teguh prinsip moderat dan Islam rahmatan lil ‘alamin. Menurutnya, moderat merupakan karakter yang tidak mungkin dipisahkan dari Islam.

Thalib menambahkan,  kontribusi konkrit Al-Azhar dalam mengembangkan Islam moderat adalah memberi beasiswa kepada generasi muda dari puluhan negara. Al-Azhar juga mengirim ratusan ulama ke hampir seluruh negara-negara di dunia untuk menyebarkan moderasi Islam.  Al-Azhar juga mengadakan pelatihan bagi imam-imam masjid dan para khatib. 

“Al-Azhar telah lama membangun "Markazan Alamiyan" yang mencetak dan menerbitkan tulisan, rekaman, dan video tentang pemahaman Islam yang moderat dalam 30 bahasa,” urainya.

Wakil Delegasi Pelestina Dr. Khamis Mahmud Salim juga menggarisbawahi pentingnya memegang teguh pesan bahwa Nabi Muhammad diutus sebagai rahmat bagi semesta. Juga tentang dakwah dengan hikmah dan bermartabat. Khamis Mahmud juga berharap dukungan dari seluruh kaum muslimin, khususnya persatuan dari negara-negara Arab untuk melindungi Masjidil Aqsha.

Sementara Delegasi dari Australia Dr Salim Salwan (Sekjen Darul Fatwa Australia) menegaskan bahwa tidak ada kaitan antara Islam dengan radikalisme dan ekstremisme. Islam tidak mengenal pemahaman seperti itu. Salim mengajak peserta konferensi terus mengembangkan Islam moderat yang menjunjung tinggi toleransi.

Konferensi Internasional Moderasi dan Islam Wasathiyah ini berlangsung dua hari, 26 – 27 Juni 2018. Delegasi Indonesia yang menghadiri konferensi terdiri dari tujuh orang, yaitu: Muchlis M Hanafi (Ketua Delegasi, mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), Muhyiddin Junaidi (MUI), Ikhwanul Kiram Masyhuri (Alumni Al Azhar), Saiful Mustafa (UIN Maliki Malang/NU), Fathir H Hambali (Alumni Syam), Auliya Khasanofa (Muhammadiyah/UMT), dan Thobib Al-Asyhar (Kemenag). (Thobib)

Tuesday, June 26, 2018

Delegasi Indonesia Hadiri Konferensi Islam Moderat di Irak


Delegasi Indonesia hari ini,  Minggu (24/06),  bertolak ke Baghdad,  Irak. Mereka akan mengikuti Konferensi Internasional tentang Wasathiyah dan Islam Moderat. 

Konferensi ini digelar oleh Dewan Wakaf Sunni Republik Irak. Delegasi Indonesia terdiri dari tujuh orang, yaitu: Muchlis M Hanafi (Ketua Delegasi, mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin), Muhyiddin Junaidi (MUI), Ikhwanul Kiram Masyhuri (Alumni Al Azhar), Saiful Mustafa (UIN Malang/NU), Fathir H Hambali (Alumni Syam), Auliya Khasanofa (Muhammadiyah), dan Thobib Al-Asyhar (Kemenag).

"Saya mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin selaku ketua delegasi. Konferensi ini akan berlangsung dari Senin - Rabu mendatang," terang Muchlis M Hanafi di Bandara Soekarno-Hatta jelang bertolak ke Baghdad, Minggu (24/06).

Menurut Muchlis,  Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mendukung upaya pembangunan kembali Irak, baik di bidang politik maupun ekonomi. "Kita berharap ke depan akan semakin erat, terutama dalam mengembangkan pemahaman keagamaan yang moderat," terang Muchlis. 

Sebagai Ketua Delegasi,  Muchlis akan ikut berbicara pada kesempatan konferensi tersebut. Muchlis mengaku akan menyampaikan paparan tentang dunia tanpa ISIS. 

Menurutnya,  setelah kekalahan ISIS di Irak dan Suriah, kini banyak negara di Eropa, Afrika dan Asia merasa dihantui oleh “arus balik” atau ‘returnis’ ISIS ke negara asal mereka. Terdesak di Irak dan Suriah, sel-sel gerakan ISIS akan menyebar di beberapa negara dengan membawa pemikiran ekstrem radikal berikut keahlian dalam menyusun strategi. Bukan tidak mungkin mereka mentransfer pemikiran dan keahliannya kepada kelompok-kelompok ekstrem di tingkat lokal. 

Dalam konteks ini, Muchlis menilai perlu kerja sama internasional dalam penanggulangan terorisme dan ekstremisme untuk mencegah kemunculan “ISIS baru”. Paling tidak, meminimalisir dampak negatifnya dan membatasi ruang geraknya. 

Selain itu,  diperlukan juga upaya untuk meluruskan kesalahpahaman terhadap beberapa konsep dasar keislaman yang selama ini menjadi salah satu faktor kuat munculnya ekstremisme dan terorisme. Negara-negara Islam harus merapatkan barisan dan bergandengan tangan untuk meng-counter ideologi tersebut dan membentengi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kubangan pemikiran radikal. 

"Semua akses menuju pemikiran radikal harus ditutup rapat-rapat. Pada saat yang sama kita juga harus bergerak mempromosikan wacana keagamaan yang moderat," jelasnya. 

Melalui berbagai program, terutama pendidikan agama dan keagamaan, lanjut Muchlis, Pemerintah Indonesia dengan didukung oleh ormas-ormas Islam berkomitmen untuk terus memperkuat moderasi Islam sebagai sebuah manhaj keberagamaan. Sejak pertama kali ke Indonesia, DNA Islam Indonesia adalah tawassuth dan wasathiyyah, sehingga Islam mampu berasimilasi dengan budaya lokal yang sangat beragam.

"Melalui forum ilmiah semacam ini, kita dapat berbagi pengalaman dalam mengembangkan dan memperbaharui wacana keagamaan yang lebih dinamis, harmonis dan humanis. Dengan bersatu, menghargai keragaman dan menghormati perbedaan kita akan mampu menciptakan dunia yang lebih aman dan damai, tanpa ISIS," jelasnya.

Konferensi ini akan membahas empat tema besar,  yaitu: Pertama,  peran organisasi keagamaan dalam melindungi masyarakat dari paham ekstrimisme; 

Kedua, perbaikan pemahaman konsep-konsep kunci dalam memerangi ekstrimisme (kewarganegaraan,  jihad,  loyalitas dan kebebasan,  ketundukan kepada Allah,  proses pemikiran dalam memahami dan memaknai ajaran Islam); 

Ketiga,  lingkungan sosial dan perannya dalam upaya memerangi ekstrimisme; dan keempat,  peran lembaga pemerintah dan organisasi sosial masyarakat dalam mencegah kebangkitan ISIS.

Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kementerian Agama RI
Dr. MASTUKI, M.Ag

Wednesday, June 13, 2018

Memahami Pesan Rahmah KH Yahya Cholil Staquf dari Sudut Pandang yang Berbeda

Muslimedianews ~ Begitulah peranan Pak Kiai Yahya Cholil Staquf. Datang sbg pribadi, tapi mendadak sorot mata, baik yg memuji maupun mencela, tertuju padanya, pada NU ormas terbesar di dunia, pada Indonesia negeri terbesar di dunia. Bergema kemana-mana!

Tiba-tiba dunia mafhum peranan apa yg bisa dimainkan oleh Kiai, NU dan Indonesia. Konsisten membawa pesan yg melampaui keadilan yg diperebutkan dan perdamaian yg dipertarungkan, yaitu pesan Rahmah. 

Rahmah tidak hanya menuntut tapi memberi keadilan. Pesan untuk pihak yg bertikai.
Betapa sering kita menuntut atas nama keadilan, tapi tanpa Rahmah, kita hanya akan menuntut, dan lupa untuk juga memberi keadilan. Ini pesan yg menohok.

Anda menuntut hak atas tanah, tapi sudahkah anda jg memberi keadilan pada pihak lain.

Pahamkah anda apa yg dituju Kiai Yahya?

Pesan Rahmah disampaikan dg cara yg Rahmah. Tak ada caci-maki; tak ada penghakiman pada pihak yg bertikai, tapi semua yg paham bisa merasakan pembelaan yg jelas pada perdamaian dan rekonsiliasi. 

Yang berharap akan keluar cacian pada pihak tertentu, pasti kecewa. Inilah Rahmah!

‘I stand with palestine’ dimaknai lewat pesan Rahmah. Bukan dipahami secara literal “saya berdiri” karena pesan Rahmah disampaikan dg kalem dan duduk santai. Mendukung Palestina bukan krn membenci Israel, tapi karena perwujudan Rahmah. Itupun disampaikan tanpa nada heroik. Kalem!
Dunia telah melihat seorang Kiai dari Rembang, datang atas nama pribadi ke Yerussalem, bicara dengan datar dan kalem, mencari titik temu (kalimatun sawa) lewat konsep Rahmah yg merangkul, bukan memukul.

Aku menyebutnya suara adem dan kalem dari Rembang menyampaikan pesan langit
Peradaban dunia saat ini terancam oleh konflik global. Tiga jantung persoalan harus ditembus utk menyampaikan pesan Rahmah. Sebelumnya Kiai Yahya sdh ke gedung putih ketemu Wapres Amerika, lantas ke Yerussalem, tinggal satu lagi: ketemu putra mahkota MBS di Saudi Arabia.
Anda boleh tidak setuju dg apa yg dilakukan Kiai Yahya. Tapi jangan meremehkan pesan Rahmah yang dibawanya untuk perdamaian dunia. Ini adalah pesan langit. Anda mungkin tidak menyadarinya, tapi Kanjeng Nabi ada di sana saat pesan Rahmah itu diucapkan Kiai Yahya.
“Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali sebagai rahmat untuk semesta alam”
Setiap umat Muhammad yang menggaungkan kembali pesan Rahmah yg telah diajarkan Nabi, sejatinya akan didampingi dan dibela oleh Nabi Muhammad.

Ini bukan lagi masalah Kiai Yahya, NU dan Indonesia.

Pesan langit sdh disampaikan Kiai Yahya. Caci-maki sdh beliau terima. Banyak pihak berlepas diri. Banyak pihak meninggalkannya. Namun mereka yg paham bahwa ini pesan langit, akan menyebut asma-Nya dan bershalawat pada Kanjeng Nabi. 

Mari kita terus sampaikan pesan Rahmah ini🙏


Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama
Australia - New Zealand

Monday, June 11, 2018

PBNU Apresiasi Pemerintah Indonesia atas Terpilihnya Menjadi Anggota DKTT PBB

PBNU memberikan apresiasi atas terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (DK-PBB) untuk periode 2019-2020, dalam pemilihan yang dilakukan oleh Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB di New York sebagaimana dilansir laman kemlu.go.id (8/06).
berikut petikan apresiasi PBNU yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini dalam rilisnya :
Saatnya Indonesia wujudkan perdamaian dunia
Bismillahirrohmanirrohim.
Merespons atas terpilihnya Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dengan ini kami menyatakan:
  1. Mengapresiasi penuh atas prestasi dan pencapaian Pemerintah Indonesia di kancah Internasional. Ditetapkannya Indoneesia sebagai Anggota Tidak Tetap DK PBB adalah momentum yang tepat untuk mewujudkan komitmen Indonesia guna memperjuangkan perdamaian dunia.
  2. Mendukung penuh segala upaya pemerintah Indonesia dalam segenap usaha memperjuangkan perdamaian dan keamanan dunia. Kepercayaan masyarakat Internasional hendaknya tidak disia-siakan dan harus dibuktikan dengan kerja nyata mewujudkan apa yang disebut sebagai perdamaian dan keamanan internasional.
  3. Mendorong pemerintah Indonesia untuk terus mengupayakan dan mengampanyekan aganda strategis tentang kemerdekaan Palestina. Sesuai dengan amanat Muktamar 33 NU di Jombang bahwa Kemerdekaan Palestina adalah persoalan yang sangat penting dan harus terus diperjuangkan.
  4. Mendorong pemerintah untuk menyuarakan isu-isu strategis seperti soal perang terhadap terorisme dan radikalisme. Indonesia harus bisa menjadi rujukan dan referensi bukan saja dalam hal komitemen untuk memberantas terorisme dan radikalisme, namun juga soal model dan penanganannya.
  5. Mendorong pemerintah untuk memanfaatkan keanggotannya dalam DK PBB sebagai wahana untuk mendorong isu-isu strategis pembangunan salah satunya dengan jalan memajukan prespektif negara-negara berkembang agar bisa bersaing dengan negara-negara maju.Demikian, semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita semua.Wassalam.
Jakarta, 10 Juni 2018
DR. Ir. HA Helmy Faishal Zaini
Sekretaris Jenderal PBNU

Wednesday, August 03, 2016

Muhammadiyah, NU dan Nasib Dunia Islam

Jakarta, Muslimedianews ~ Pengungsi, orang yang meninggalkan kampung halamannya menuju negeri yang aman, jumlahnya, laporan CNN Indonesia, 59,5 juta jiwa. Mereka berasal dari negeri berpenduduk yang memeluk agama Islam, sebagian besar di Timur tengah, beberapa negeri masuk Afrika.
 
Kawasan Muslim yang aman hari ini relatif hanya di Asia Tenggara, dengan Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sebagai negeri yang paling banyak Muslimnya. Namun demikian, bom mudah meledak di sana-sini karena terorisme.

Ke depan, para pemimpin dan penduduk kawasan ini tidak mungkin hanya berstatemen bahwa Asia Tenggara ini akan baik-baik saja atau bedoa semoga kita baik-baik saja, kecuali kita tidak peduli dengan masa depan dunia, ( tidak ada kalimat "utamanya dunia Muslim"). Harus ada langkah-langkah preventif yang akurat. Kita tahu, hari ini batas-batas antarnegeri hanya berupa bayang-bayang, lantaran teknologi informasi.
Dari kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki peran penting, wilayahnya besar, penduduknya banyak, ekonomi dan politik relatif stabil. Tapi kita punya problem aku yang susah dipecahkan: pemimpin dan segenap, birokrasi, serta aparatnya, korupsi, ketidakadilan, pendidikan, partai politik, sistem ekonomi, hingga malas dan miskinnya kepala kita dari kebudayaan dan visi ke depan.

Dalam benak saya, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah punya potensi besar untuk turut andil, berkontribusi agar Indonesia maju.

Nahdlatul Ulama punya pesantren, jaringan sosial, komunitarianisme yang masih dapat diandalkan. Muhammadiyah punya perguruan tinggi, kelas menengah yang relatif banyak, juga jaringan sosial.
Namun, kedua organisasi yang berdiri sebelum republik ini masih memiliki bolong-bolong di sana sini. Setidaknya, ada tiga lubang besar pada NU dan Muhammadiyah.

Pertama, pemimpin-pemimpin mereka sangat normatif, tidak banyak melakukan terobosoan.

Kedua, kedua organisasi tersebut tidak begitu perhatian sama anakmudanya. Organisasi-organisasi kepemudaan sibuk di dalam.

Ketiga, keduanya jarang bertemu, bersinergi, oleh karena itu secara otomatis jarang tukar humor.

Mohon maaf saya tidak bisa memberi contoh atau beberapa rincian dari ketiga poin di atas. Dan mohon tidak juga mencantumkan apresiasi-apresiasi pada agenda kedua organisasi yang keren-keren. Karena tulisan ini hanya perasaaan saja. Baper saja, alias bawa perasaan, kata anak sekarang. 

Saya merasa dua organisasi ini lambat sekali bila dibandingkan perubahan dunia yang begitu cepat, baik perubahan ilmu pengetahuan yang sangat kita butuhkan ataupun perubahan dunia yang menistakan rasa kemanusiaan bersama. []

 
 
 
Oleh: Hamzah Sahal, Pegiat film. Aktif di NUTIZEN.