728x90

468x60

Thursday, November 08, 2018

Indonesia dan Pancasila Dalam Pandangan Akademisi Arab


Oleh: Khariri Makmun
Direktur Moderation Corner
Peneliti Institute Hasyim Muzadi (IHM) 
Aktivis Pergerakan Rumah Gus Dur


Akhir-akhir ini gelombang kebencian terhadap kondisi Indonesia dan ideologi Pancasila berjalan secara massif dan terstruktur. 

Dan yang membuat kita miris justru gelombang kebencian ini dilakukan oleh sebagian kelompok Islam modernis atau islam tran-nasional, dengan alasan bahwa Indonesia adalah negara kafir karena sistem pemerintahanya tidak menerapkan syariah islam dan Ideologi Pancasila dianggap sekuler atau tidak islami.

Pandangan yang terlalu naif dalam melihat kondisi Indonesia dan Ideologi Pancasila ini berbanding terbalik dengan cara pandang Mohamed Mestiri seorang akademisi Tunisia yang datang ke Indonesia dalam rangka menghadiri Seminar Internasional di Jakarta, pada pertengahan Oktober 2016.

Mestiri menyampaikan kesan positifnya tentang Indonesia yang ditulis melalai unggahan status pada dinding facebooknya.

Beliau mengatakan bahwa kunjungannya ke Indonesia memberi kesan indah bahwa negeri ini begitu cantik. Penduduknya ramah dan mampu mengungkapkan dimensi-dimensi keluhuran kemanusian yang sangat tinggi.

Indonesia memiliki lebih dari 500 suku, budaya dan bahasa dengan jumlah penduduk 250 juta. Hebatnya mereka tetap bersatu dibawah naungan ideologi Pancasila.

Ideologi Pancasila telah mampu mengukir visi dan cita-cita bangsa Indonesia menjadi bangsa yang toleran dan berkemajuan. 

Melalui Pancasila mereka mempertemukan nilai-nilai subtstansial agama, kepentingan bernegara dan prinsip-prinsip kemanusian yang utuh dan luhur. 

Sungguh bangsa Indonesia sangat paham, bagaimana nilai-nilai toleransi di junjung dan teori-teori ilmu diterapkan.
 
Mereka tidak memisahkan agama dari kemajuan zaman sebagaimana senyuman dan ketulusan yang tidak terlewatkan dari wajah santun dan bersahaja.

Mestiri menambahkan di negeri ini seseorang tidak  ditanya siapa anda ? Tapi akan ditanya kontribusi apa yang bisa anda berikan untuk tanah air?  

Di Indonesia, seorang muslim menghormati  penganut Budha, Hindu, Konghucu, Kristen dan Katolik dengan penghormatan yang tulus sebagaimana yang diajarkan dalam falsafah Pancasila. Pancasila telah menyatukan berbagai agama di Indonesia sebagaimana Piagam Madinah (Mitsaqul Madinah) yang dibuat oleh Rasulullah Muhammad SAW untuk menyatukan penduduk madinah yang heterogen (Yahudi, Nasrani, Ateis dan Islam) dalam ikatan kebangsaan dan saling melindungi satu sama lain.

Bangsa Indonesia bukan seperti bangsa lainnya. Mereka tidak suka dengan perdebatan tapi lebih memilih untuk mengambil hikmah dari setiap pembicaraan lalu mengamalkan,  mereka tidak suka meributkan narasi pidato tapi lebih menyukai isi dan substansi yang disampaikan, mereka juga tidak suka menonjolkan diri dan sombong, tapi lebih senang untuk rendah hati dan menerima apa adanya.

Di Indonesia agama islam diyakini sebagai agama yang menanamkam sikap konsistensi, kelembutan, dan mendorong pada sikap kompetitif dalam kebaikan. 

Di negeri ini, tingkat pengangguran, kriminalitas, angka bunuh diri, sangat kecil tidak seperti yang terjadi di dunia Arab, hal itu dikarenakan falsafah kebangsaan disandarkan pada maqosidul islam (prinsip-prinsip Islam) yang mensucikan esensi tawakkal, menjunjung tinggi makna keluarga dan menghubungkan ajaran agama dengan kehidupan.

Masjid dan musholla menjadi pusat kehidupan, sehingga ditempat kegiatan apa saja seperti kantor, mall, restoran, stadiun dll semua menyediakan musholla. 

Ilmu agama tidak dipisah dengan ilmu pengetahuan seperti yang terjadi di Tunisia. Ketika kita sedang merancang untuk mensinergikan antara ilmu syariah dan ilmu umum, ternyata Indonesia sudah melakukan hal itu sehingga hari ini kita menyaksikan kemajuan Universitas-universitas Islam di Indonesia yang telah membuka berbagai jurusan non agama seperti kedokteran, teknik, politik, Hubungan Internasional, syariah, dll.

Menurut pengakuan Mestiri dia telah menghadiri berbagai seminar internasional diberbagai negara dan menyampaikan  presentasi dari satu universitas ke universitas yang lain dengan berbagai macam bahasa, tapi di Indonesia dia  merasakan aura spiritual, kenyamanan dan moralitas yang membawa kedamaian dan ketenangan.

Dari Indonesia, negeri yang Indah Mestiri mengambil pelajaran bahwa hakekat ilmu adalah menghormati setiap jiwa untuk menggantungkan  cita-citanya setinggi mungkin, sehingga suatu bangsa dapat melangkah maju mencapai kemajuan dan peradaban baru.

Jika orang asing saja begitu mencintai dan mengapresiasi Indonesia serta Pancasila, maka sungguh naif jika masih ada sebagian diantara anak bangsa ini justru selalu berpandangan negatif terhadap negerinya dan ideologi Pancasila yang sarat dengan makna substansial agama. 

Pancasila bukan agama, tapi Pancasila mampu menyatukan agama-agama.

Sadarlah bahwa banyak negara yang iri dengan ideologi Pancasila setelah negerinya hancur ditangan kelompok mujahidin yang masing-masing mengklaim jihad mengatasnamakan ajaran agama. Mereka melakukan perang saudara dan tidak mempedulikan kehancuran negerinya. Apakah dengan cara seperti ini kita ingin membawa masa depan Indonesia?  

Zawiyah Alwasatiyah
Gunung Putri, Bogor
« PREV
NEXT »