Muslimedianews, Bekasi ~ Majelis maulid menggema di seantero Masjid Muhammad Ramadhan Bekasi pada Kamis (24/04/2014) bakda 'Isya. Maulid sekaligus peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW bisa terselenggara setelah Masjid MMR diamankan Pemkot Bekasi. Sebelumnya, kegiatan seperti ini tidak diperbolehkan selama beberapa tahun. Saat itu, Masjid MMR Bekasi dipegang DKM lama yang akhirnya dimonopoli kelompok tertentu yang menganut paham Islam radikal.
Para jama'ah yang berbeda paham dengan DKM lama kesulitan menyelenggarakan aktivitas dan pengajian dalam masjid. Anehnya, kepengurusan DKM lama justru malah mengundang ustadz-ustadz radikal seperti Abu Bakar Ba'asyir, bahkan deklarasi teroris ISIS Indonesia yang berasal dari Suriah pun pernah diselenggarakan di Masjid MMR lama.
Jama'ah yang kesal dan tidak ingin masjidnya dijadikan ajang terorisme protes dan mengadu kepada Pemerintah Kota Bekasi Selatan. Pemkot menjawab aduan para jama'ah dengan mengamankan masjid dan mengganti kepengurusan DKM lama dengan yang baru yang terbebas dari paham radikal. Kini, suasana Masjid Muhammad Ramadhan kembali normal seperti dulu, yang menerima semua aliran madzhab.
Dalam sambutan peringatan Maulid dan Isra Mi'raj sekaligus tasyakuran atas terbentuknya kepengurusan DKM baru, Ketua DKM Sukandar Ghozali, yang juga anggota Pimpiman Daerah Muhammadiyah Bekasi mengatakan saat ini Masjid Ramadhan terbuka untuk semua mazhab dan aliran umat Islam. Semua ditampung dan boleh melakukan kegiatan di Masjid Ramadhan.
”Masjid Mohammad Ramadhan bukan milik satu golongan, tapi milik semua umat Islam”, ujarnya.
Sukandar Ghozali merupakan salah satu warga dan pendiri pendiri Masjid Mohammad Ramadhan. Dijelaskannya, sudah sejak 2009 dicoba melakukan regenerasi dan pergantian kepengurusan DKM, tetapi selalu gagal karena DKM yang lama tidak mau dicopot. DKM lama dibawah kepemimpinan Nanang beranggapan bahwa DKM Masjid statusnya otonom dan tidak berada dibawah Yayasan Al-Anshar.
Ketua DKM baru ini juga mengatakan Nanang belakangan berubah, terlalu dipengaruhi paham pemikiran Abu Bakar Ba’asyir (JAT). Sejak 2004-2009 perjalanan DKM itu normal. Tapi sejak 2009, perubahan wacana pemikiranNanang itu mempengaruhi program kegiatan di Masjid Ramadhan. Banyak kegiatan cenderung ekslusif, yang membuat warga sekitar resah.
“Kami sudah lama menasehati dan berkali-kali mengingatkan. Tapi tetap tak ada perubahan. Beberapa kali dicoba untuk melakukan pergantian DKM juga selalu ditentang. Ustadz Nanang beranggapan DKM Masjid tidak di bawah Yayasan Al-Anshar. Begitu terus berulang-ulang. Maka Pemkot mengambil alih DKM dan mengadakan pergantian DKM dan saya mendapat amanah menjadi Ketua DKM.”
Sebagai Ketua DKM MMR yang baru, ia pun sering mendapat ancaman fisik maupun non-fisik, tapi itu tidak membuatnya mundur, bahkan hampir dibacok. Ia pun menyatakan dirinya punya laskar yang siap membantu, melindungi, dan menjaganya.
“Sejak menjadi Ketua DKM berbagai ancaman fisik dan non fisik terus saja terjadi. Ancaman non fisik itu dilancarkan melalui sms, dan ancaman fisik langsung ditujukan kepada diri saya. Tapi saya tidak gentar dan tidak mundur walau hampir dibacok”, ujar Sukandar.
"Saya ini kan juga penasehat FBR. Jadi saya punya laskar, yang bisa membantu, menjaga dan melindungi saya. Menjadi Ketua DKM ini perjuangan hidup-mati, untuk mempersatukan umat. Dari kami nanti akan ada penjelasan resmi tentang fakta-fakta terkait Masjid Mohammad Ramadhan ini. Nanti akan disiarkan melalui Radio Dakta”, lanjut Sukandar Ghozali.
Berkat perjuangan orang-orang seperti Sukandar Ghozali inilah, sekarang para jama'ah merasakan manfaat masjid MMR seperti sedia kala. Para jama'ah kini dapat leluasa menggelar kajian Islam ahlussunnah yang sebelumnya tidak diperbolehkan. Majelis Maulid dan Isra Mi'raj adalah salah satu contoh nyata. Acara itu dihadiri Camat Bekasi Selatan Abi Hurairah, para Lurah se-Bekasi Selatan, Ketua DKM baru Drs. H. Sukandar Ghozali, serta ustadz Zainal Arifin, serta ratusan hadirin lainnya dari warga sekitar masjid, serta dari tempat lainnya.
Acara diramaikan dengan alunan indah musik rebana sejak ba’da Maghrib disertai pembacaan tahlilan. Pembaca acara menyatakan bahwa acaranya pada malam itu adalah “Maulid di penghujung dan Isro’-Mi’raj di awalan”.
Camat Bekasi Selatan Abi Hurairah menegaskan bahwa baru sekarang bisa mengadakan pergantian DKM. Masyarakat pun senang karena status masjidnya ditingkatkan menjadi Masjid Raya Bekasi Selatan yang berarti Pemkot ikut bertanggung jawab dalam hal pendanaan masjid.
”Dan kini status Masjid Ramadhan ditingkatkan dari Masjid Jami’, menjadi Masjid Raya Bekasi Selatan”, kata Camat Bekasi Selatan.
Alhamdulillah, ketentraman Masjid Muhammad Ramadhan/ Masjid Raya Bekasi sudah kembali, tidak ada lagi paham-paham radikal yang bercokol di masjid ini.
Alhamdulillah, dengan barokah Rosullullah yang mulia dan kesayangan Allah , ahirnya persatuan ,toleransi dan dakwah islam yang santun sebagai perwujudan islam rahmatan lilalamin tercapai, memang islam radikal dan yang suka memonopoli kebenaran tidak akan mendapat simpati dari muslimin Indonesia apalagi dari non muslim dan anak bangsa yang lain, kaum takfiri radikal bukan dinegeri ini tempatnya., jangan dianggap bodoh ulama2 bangsa ini, muslimin indonesia sudah jauh sangat maju intelektualitas dan pemikirannya, justru golongan takfiri yang harus mencontoh Indonesia, jangan rusak persatuan yang sudah susah payah dibina.
ReplyDelete