Muslimedianews.com ~ Dengan
jumlah HTI yang hanya nol koma sekian persen [baca: Menakar Jumlah Massa HTI, Banyak atau Sedikit ?] dari total jumlah
umat Islam di Indonesia memang belum dianggap membahayakan bagi
pemerintah Indonesia, dalam arti mengganggu eksistensi NKRI. Tapi
meresahkanbagi umat Islam. Sekuat apapun mereka berteriak, NKRI tetap
NKRI. Apalah artinya jumlah tersebut, apalagi bagi militer Republik
Indonesia. Sekali dor... selesai.
Tapi bukan begitu caranya. Perlu diketahui, bahwa ajaran Hizbut Tahrir bertentangan dengan Aswaja/Ahlussunnah wal Jama'ah,
maka umat harus dicerdaskan dan umat harus mengetahui penyimpangan HTI
sehingga tidak hanya terpesona oleh tampilan-tampilan dhohir mereka dan tidak
termakan oleh doktrin-doktrin mereka. Agar sedikit "penyakit" (pemahaman
menyimpang) di tubuh umat Islam itu tidak menjelar ke tubuh yang sehat.
HTI
tidak akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, sebaliknya hanya
akan membawa Indonesia ke arah kehancuran seperti negeri-negeri di Timur
Tengah (Libya, Syria, dan sebagainya). Hidup di NKRI, meskipun
berbeda-beda suku, agama, ras, kepercayaan, terpisah pulau dan
sebagainya sudah hidup damai dengan nilai-nilai Islam yang sudah
tertanam. Bagi ormas seperti NU, Indonesia mirip dengan negara Madinah yang mempraktekkan Piagam Madinah.
Dulu,
dengan melihat masyarakat Yasrif yang majemuk, Rasulullah bahkan tidak
lagi menggunakan istilah ukhuwah Islamiyah, tetapi ukhuwah madaniyah,
persaudaraan untuk seluruh penduduk. Semua sama kedudukannya dalam
hukum, siapapun dia. Siapapun yang salah, tidak melihat sukunya harus
dihukum. Demikian sebaliknya. Inilah yang dinamakan tamaddun. Maka
Yasrif kemudian namanya dirubah menjadi Madinah.
Ini bukan soal
Khilafah, lebih pada soal siapa yang memperjuangkan khilafah, kualitas
orang-orang yang memperjuang khilafah, kualitas orang yang mau dijadikan
Khalifah. Sebab mereka bukan seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin
Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Abdul Aziz.
Lalu mengaku mau menegakkan Khilafah Nubuwwah?.
Mereka pikir,
Khilafah Nubuwwah akan diberikan pada orang-orang seperti HT. Dari
sekian banyak pemimpin pemerintahan Bani Umayyah, Abbasiyah, Umayyah II,
Seljuk, Ayyubiyah, Utsmaniyah dan sebagainya, siapa yang berkualitas
Rasyid ?. Tidak sembarang orang diberikan khilafah nubuwwuh. Berbeda
kalau sekedar merasa berkualitas. Lagi pula, Nabi SAW batasi masa
Khilafah Nubuwwh hanya 30 tahun.
HT hanya sebuah partai maka
HT tidak bisa disamakan dengan Islam, HT bukan implementasi dari ajaran Islam.
Sebaliknya HT membawa menyimpagan dalam ajarannya. Maka dakwah kepada
umat agar umat terhindar dari HT, bukan berarti menghalangi dakwah,
sebaliknya bagian dari dakwah Islamiyah itu sendiri.
Oleh : Ibnu Manshur , 31 Mei 2014
No comments
Post a Comment