BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Thursday, July 31, 2014

Sultan Muhammad Al Fatih dan Kebenaran Aqidah Aswaja

Muslimedianews.com ~ Dalam hadits riwayat al-Imâm Ahmad ibn Hanbal dan al-Imâm al-Hakim disebutkan bahwa  Rasulullah bersabda:

لَتُفْتَحَنّ الْقِسْطَنْطِيْنِيّةُ فَلَنِعْمَ الْأمِيْرُ أمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذلِكَ الْجَيْشُ (رَوَاهُ أحْمَد والْحَاكمُ)
“Kota Kostantinopel (Istanbul sekarang) benar-benar akan ditaklukan oleh seorang panglima. Panglima tersebut adalah sebaik-baiknya panglima dan sebaik-baiknya tentara” (HR Ahmad dan al-Hakim).


Hadits ini menjadi sebuah kenyataan setelah sekitar 800 tahun kemudian. Ialah ketika kota Istanbul takluk di tangan sultan Muhammad al-Fatih. Sebelum beliau, telah banyak panglima yang berusaha untuk menaklukan kota tersebut, termasuk ayah dari sultan Muhammad al-Fatih sendiri, yaitu sultan Murad ats-Tsani. Tentu tujuan mereka semua berkeinginan sebagai yang dimaksud oleh Rasulullah dalam pujiannya dalam hadits di atas. Namun ternyata hanya sultan Muhammad al-Fatih yang dapat menaklukan kota Kostantinopel hingga jatuh secara penuh ke dalam kekuasaan orang-orang Islam.

Sejarah telah mencatat bahwa sultan Muhammad al-Fatih adalah seorang Asy’ari tulen. Dalam akidah, beliau sangat kuat memegang teguh Ahlussunnah Wal jama’ah di atas madzhab Asy’ariyyah. Beliau sangat mencintai para ulama dan kaum sufi. Dalam hampir segala keputusan yang beliau tetapkan adalah hasil dari pertimbangan-pertimbangan yang telah beliau musyawarahkan dengan para ulama dan kaum sufi terkemuka. Bahkan sebelum beliau memutuskan untuk turun menaklukan kota Kostantin beliau bermusyawarah dengan guru-guru spiritualnya tersebut. Musyawarah di sini tidak hanya terbatas untuk membentuk mental dan spirit semata, namun juga pembahasan tentang metode, alat-alat perang, perbekalan dan lain sebagainya.

Kemudian salah satu senjata terpenting yang tertancap kuat dalam keyakinan sultan Muhammad al-Fatih adalah kekuatan tawassul. Karena itu, sebelum turun ke medan perang beliau melakukan tawassul dengan Rasulullah. Artinya beliau meminta kepada Allah agar diluluskan cita-citanya dengan menjadikan Rasulullah sebagai wasilah atau perantara dalam doanya. Dengan demikian hadits di atas, secara tersirat, memberikan pelajaran penting kepada kita bahwa tawassul adalah sesuatu yang telah disyari’atkan dalam Islam.

Pujian Rasulullah terhadap panglima penakluk Kostantin dalam hadits di atas adalah salah satu bukti kuat tentang  kebenaran akidah yang diyakini oleh panglima tersebut. Juga bukti kebenaran akidah dari bala tentara atau orang-orang yang saat itu bersamanya. Mereka itu semua adalah kaum Asy’ariyyah, kaum yang berkeyakinan akan kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya. Mereka berkeyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, bahwa Allah suci dari segala bentuk dan ukuran, dan bahwa Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Mereka adalah kaum yang berkeyakinan tentang disyari’atkannya tawassul, baik tawassul dengan para Nabi, maupun tawassul dengan para wali Allah atau orang-orang saleh lainnya. Karenanya, tidak sedikit dari bala tentara Sultan Muhammad al-Fatih saat itu adalah orang-orang yang berasal kalangan sufi dan para pengikut tarekat.

Oleh : Ust. Kholilurrahman Abu Fatih
Artikel Terkait :  
    « PREV
    NEXT »

    4 comments

    1. Oh ya ? Adakah bukti ilmiahnya referensi tersebut ?

      Indonesia yang ratusan tahun muslimnya banyak yg beraqidah dan berpemahaman seperti itu kok selalu tertimpa berbagai musibah ? Bencana alam, lumpur, tsunami, korupsi, banjir, kebakaran hutan, perpecahan, kemiskinan, kemelaratan dsb dsb.
      Padahal kekayaan alam Indonesia sangat banyak.

      Kenapa negeri gersang dan tandus yg mayoritas muslimnya dicap berpemahaman wahabi justru kok semakin kaya dan barokah ?

      ReplyDelete
    2. Sunni - Syafi'i -Asy'ariyy6 August 2014 at 08:15

      Kalau pakai pemahaman seperti ini justru akan menyerang diri anda sendiri.
      Lihat negara2 maju di eropa, amerika serikat, jepang, china, korea. Apa agama mereka? Bahkan banyak di antara mereka yg tidak bertuhan.
      Dan para ulama berkata: seburuk-buruk kekafiran adalah atheis (tidak bertuhan).

      Apalah arti dunia dan seisinya?
      Dunia dan seisinya tidak berharga sesayap nyamuk pun dibandingkan dengan negeri yang selamanya, negeri akhirat.

      Ingat hadits Nabi Shallallaahu 'Alayhi wa sallam?
      "Dunia adalah penjara bagi orang mu'min dan surga bagi orang kafir."

      ReplyDelete
    3. Maju dalam hal apa negara2 mayoritas non muslim yang anda sebut tersebut ? ketakwaannya ? barakah dari langitnya ? akhlak para remajanya ? masyarakatnya ?

      Hanya teknologi saja kan. Atau dalam urusan dunia saja.

      "Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." [QS Ar Ruum 30: 27]

      ReplyDelete
    4. bukti ilmiahnya cari sendiri bro sudah besar kok masih ingin disuapi aja..

      ReplyDelete