Muslimedianews.com ~ DALIL KESUNNAHAN DZIKIR TAHLILAN 7 HARI, HARI KE-40, 100 DAN 1000
WAHABI: “Anda harus meninggalkan Tahlilan 7 hari, hari ke 40, 100, dan ke 1000. Kalau tidak anda akan masuk neraka.”
SUNNI: “Apa alasan Anda mewajibkan kami meninggalkan Tahlilan tujuh hari, hari ke-40, 100 dan 1000?”
WAHABI: “Karena itu tasyabbuh dengan orang-orang Hindu. Mereka orang kafir. Tasyabbuh dengan kafir berarti kafir pula.”
SUNNI: “Owh, itu karena Anda baru belajar ilmu agama. Coba Anda belajar di pesantren Ahlussunnah Wal-Jama’ah, Anda tidak akan bertindak sekasar ini. Anda pasti malu dengan tindakan Anda yang kasar, dan sangat tidak Islami. Ingat, Islam itu mengedepankan akhlaqul karimah, budi pekerti yang mulia. Bukan sikap kasar seperti Anda.”
WAHABI: “Kalau begitu, menurut Anda acara Tahlilan dalam hari-hari tersebut bagaimana?”
SUNNI: “Justru acara dzikir Tahlilan pada hari-hari tersebut hukumnya sunnah, agar kita berbeda dengan Hindu.”
WAHABI: “Mana dalilnya? Bukankah pada hari-hari tersebut, orang-orang Hindu melakukan kesyirikan.”
SUNNI: “Justru karena pada hari-hari tersebut, orang Hindu melakukan kesyirikan dan kemaksiatan, kita lawan mereka dengan melakukan kebajikan, dzikir bersama kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan Tahlilan. Dalam kitab-kitab hadits diterangkan:
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:ذَاكِرُ اللهِ فِي الْغَافِلِيْنَ بِمَنْزِلَةِ الصَّابِرِ فِي الْفَارِّيْنَ. (رواه الطبراني في الكبير والأوسط، وصححه الحافظ السيوطي في الجامع الصغير).
“Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang berdzikir kepada Allah di antara kaum yang lalai kepada Allah, sederajat dengan orang yang sabar di antara kaum yang melarikan diri dari medan peperangan.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [9797] dan al-Mu’jam al-Ausath [271]. Al-Hafizh al-Suyuthi menilai hadits tersebut shahih dalam al-Jami’ al-Shaghir [4310]).
Dalam acara tahlilan selama tujuh hari kematian, kaum Muslimin berdzikir kepada Allah, ketika pada hari-hari tersebut orang Hindu melakukan sekian banyak kemungkaran. Betapa indah dan mulianya tradisi tahlilan itu.
WAHABI: “Saya tidak menerima alasan dan dalil Anda. Bagaimanapun dengan Tahlilan pada 7 hari kematian, hari ke-40, 100 dan 1000, kalian berarti menyerupai atau tasyabbuh dengan Hindu, dan itu tidak boleh.”
SUNNI: “Itu karena Anda tidak mengerti maksud tasyabbuh. Tasyabbuh itu bisa terjadi, apabila perbuatan yang dilakukan oleh kaum Muslimin pada hari-hari tersebut persis dengan apa yang dilakukan oleh orang Hindu. Kaum Muslimin Tahlilan. Orang Hindu jelas tidak Tahlilan. Ini kan beda.”
WAHABI: “Tapi penentuan waktunya kan sama?”
SUNNI: “Ya ini, karena Anda baru belajar ilmu agama. Kesimpulan hukum seperti Anda, yang mudah mengkafirkan orang karena kesamaan soal waktu, bisa berakibat mengkafirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
WAHABI: “Kok bisa berakibat mengkafirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”
SUNNI: “Anda harus tahu, bahwa kesamaan waktu itu tidak menjadi masalah, selama perbuatannya beda. Coba Anda perhatikan hadits ini:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ يَوْمَ السَّبْتِ وَيَوْمَ اْلأَحَدِ أَكْثَرَ مِمَّا يَصُومُ مِنْ اْلأَيَّامِ وَيَقُولُ إِنَّهُمَا عِيدَا الْمُشْرِكِينَ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أُخَالِفَهُمْ. (رواه أحمد والنسائي وصححه ابن خزيمة وابن حبان).
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad, melebihi puasa pada hari-hari yang lain. Beliau bersabda: “Dua hari itu adalah hari raya orang-orang Musyrik, aku senang menyelisihi mereka.” (HR. Ahmad [26750], al-Nasa’i juz 2 hlm 146, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Dalam hadits di atas jelas sekali, karena pada hari Sabtu dan Ahad, kaum Musyrik menjadikannya hari raya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menyelisihi mereka dengan berpuasa. Sama dengan kaum Muslimin Indonesia. Karena orang Hindu mengisi hari-hari yang Anda sebutkan dengan kesyirikan dan kemaksiatan, yang merupakan penghinaan kepada si mati, maka kaum Muslimin mengisinya dengan dzikir Tahlilan, sebagai penghormatan kepada si mati.
WAHABI: “Owh, iya ya.”
SUNNI: “Saya ingin tanya, Anda tahu dari mana bahwa hari-hari tersebut, asalnya dari Hindu?”
WAHABI: “Ya, baca Kitab Weda, kitab sucinya Hindu.”
SUNNI: “Alhamdulillah, kami kaum Sunni tidak pernah baca kitab Weda.”
WAHABI: “Awal mulanya sih, ada muallaf asal Hindu, yang menjelaskan masalah di atas, sering kami undang ceramah pengajian kami. Akhirnya kami lihat Weda.”
SUNNI: “Itu kesalahan Anda, orang Wahabi, yang lebih senang belajar agama kepada muallaf, dan gengsi belajar agama kepada para Kiai Pesantren yang berilmu. Jelas, ini termasuk bid’ah tercela.”
WAHABI: “Terima kasih ilmunya.”
SUNNI: “Anda dan golongan Anda tidak melakukan Tahlilan, silahkan. Bagi kami tidak ada persoalan. Tapi jangan coba-coba menyalahkan kami yang mengadakan dzikir Tahlilan.”
Insy Allah bersambung
WAHABI: “Anda harus meninggalkan Tahlilan 7 hari, hari ke 40, 100, dan ke 1000. Kalau tidak anda akan masuk neraka.”
SUNNI: “Apa alasan Anda mewajibkan kami meninggalkan Tahlilan tujuh hari, hari ke-40, 100 dan 1000?”
WAHABI: “Karena itu tasyabbuh dengan orang-orang Hindu. Mereka orang kafir. Tasyabbuh dengan kafir berarti kafir pula.”
SUNNI: “Owh, itu karena Anda baru belajar ilmu agama. Coba Anda belajar di pesantren Ahlussunnah Wal-Jama’ah, Anda tidak akan bertindak sekasar ini. Anda pasti malu dengan tindakan Anda yang kasar, dan sangat tidak Islami. Ingat, Islam itu mengedepankan akhlaqul karimah, budi pekerti yang mulia. Bukan sikap kasar seperti Anda.”
WAHABI: “Kalau begitu, menurut Anda acara Tahlilan dalam hari-hari tersebut bagaimana?”
SUNNI: “Justru acara dzikir Tahlilan pada hari-hari tersebut hukumnya sunnah, agar kita berbeda dengan Hindu.”
WAHABI: “Mana dalilnya? Bukankah pada hari-hari tersebut, orang-orang Hindu melakukan kesyirikan.”
SUNNI: “Justru karena pada hari-hari tersebut, orang Hindu melakukan kesyirikan dan kemaksiatan, kita lawan mereka dengan melakukan kebajikan, dzikir bersama kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan Tahlilan. Dalam kitab-kitab hadits diterangkan:
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم:ذَاكِرُ اللهِ فِي الْغَافِلِيْنَ بِمَنْزِلَةِ الصَّابِرِ فِي الْفَارِّيْنَ. (رواه الطبراني في الكبير والأوسط، وصححه الحافظ السيوطي في الجامع الصغير).
“Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang berdzikir kepada Allah di antara kaum yang lalai kepada Allah, sederajat dengan orang yang sabar di antara kaum yang melarikan diri dari medan peperangan.” (HR. al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [9797] dan al-Mu’jam al-Ausath [271]. Al-Hafizh al-Suyuthi menilai hadits tersebut shahih dalam al-Jami’ al-Shaghir [4310]).
Dalam acara tahlilan selama tujuh hari kematian, kaum Muslimin berdzikir kepada Allah, ketika pada hari-hari tersebut orang Hindu melakukan sekian banyak kemungkaran. Betapa indah dan mulianya tradisi tahlilan itu.
WAHABI: “Saya tidak menerima alasan dan dalil Anda. Bagaimanapun dengan Tahlilan pada 7 hari kematian, hari ke-40, 100 dan 1000, kalian berarti menyerupai atau tasyabbuh dengan Hindu, dan itu tidak boleh.”
SUNNI: “Itu karena Anda tidak mengerti maksud tasyabbuh. Tasyabbuh itu bisa terjadi, apabila perbuatan yang dilakukan oleh kaum Muslimin pada hari-hari tersebut persis dengan apa yang dilakukan oleh orang Hindu. Kaum Muslimin Tahlilan. Orang Hindu jelas tidak Tahlilan. Ini kan beda.”
WAHABI: “Tapi penentuan waktunya kan sama?”
SUNNI: “Ya ini, karena Anda baru belajar ilmu agama. Kesimpulan hukum seperti Anda, yang mudah mengkafirkan orang karena kesamaan soal waktu, bisa berakibat mengkafirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
WAHABI: “Kok bisa berakibat mengkafirkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”
SUNNI: “Anda harus tahu, bahwa kesamaan waktu itu tidak menjadi masalah, selama perbuatannya beda. Coba Anda perhatikan hadits ini:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ يَوْمَ السَّبْتِ وَيَوْمَ اْلأَحَدِ أَكْثَرَ مِمَّا يَصُومُ مِنْ اْلأَيَّامِ وَيَقُولُ إِنَّهُمَا عِيدَا الْمُشْرِكِينَ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أُخَالِفَهُمْ. (رواه أحمد والنسائي وصححه ابن خزيمة وابن حبان).
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad, melebihi puasa pada hari-hari yang lain. Beliau bersabda: “Dua hari itu adalah hari raya orang-orang Musyrik, aku senang menyelisihi mereka.” (HR. Ahmad [26750], al-Nasa’i juz 2 hlm 146, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Dalam hadits di atas jelas sekali, karena pada hari Sabtu dan Ahad, kaum Musyrik menjadikannya hari raya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, menyelisihi mereka dengan berpuasa. Sama dengan kaum Muslimin Indonesia. Karena orang Hindu mengisi hari-hari yang Anda sebutkan dengan kesyirikan dan kemaksiatan, yang merupakan penghinaan kepada si mati, maka kaum Muslimin mengisinya dengan dzikir Tahlilan, sebagai penghormatan kepada si mati.
WAHABI: “Owh, iya ya.”
SUNNI: “Saya ingin tanya, Anda tahu dari mana bahwa hari-hari tersebut, asalnya dari Hindu?”
WAHABI: “Ya, baca Kitab Weda, kitab sucinya Hindu.”
SUNNI: “Alhamdulillah, kami kaum Sunni tidak pernah baca kitab Weda.”
WAHABI: “Awal mulanya sih, ada muallaf asal Hindu, yang menjelaskan masalah di atas, sering kami undang ceramah pengajian kami. Akhirnya kami lihat Weda.”
SUNNI: “Itu kesalahan Anda, orang Wahabi, yang lebih senang belajar agama kepada muallaf, dan gengsi belajar agama kepada para Kiai Pesantren yang berilmu. Jelas, ini termasuk bid’ah tercela.”
WAHABI: “Terima kasih ilmunya.”
SUNNI: “Anda dan golongan Anda tidak melakukan Tahlilan, silahkan. Bagi kami tidak ada persoalan. Tapi jangan coba-coba menyalahkan kami yang mengadakan dzikir Tahlilan.”
Insy Allah bersambung
Oleh : Ustadz Muhammad Idrus Ramli
Jawapan Sunni tesasar berbelit-belit to cover up him self 'kamu tidak belajar' kamudin besandar kepada hadis tidak ada kaitan dgn tahlian 7 40 100 hari. Kalau banding dgn ilmuan tahap yg professional dlm bidang ugama, mereka akan menjelaskan budaya amalan berasalnya datang dari mana, sapa tiru sapa, adakah zaman Rasulullah dan para Sahabat mengamal saperti kita amalkan. CONTOH: Orang Arab pakai jubah, kita pakai baju Melayu, tentunya tidak sama maka penjelasannya tentu berbeda disegi budaya, fahaman, bangsa maka dengan itu harus diperjelaskan secara emosional keterangan yg lengkap.
ReplyDeleteBerita menyesatkan ... Zikir cukup dilakukan sendiri bukan hanya setelah sholat. Tp kapan az dimana az bisa gak mesti berkumpul pada hari hari tertentu ...
ReplyDeleteyang nulis artikelnya belum pernah belajar islam secara keseluruhan, ibarat orang buta mengetahui bentuk gajah hanya mengetahui sebagian...
ReplyDeleteItu namanya Qiyas, Pak. Seperti haramnya arak, karena di-qiyaskan dengan khamr. Karena ESENSI-nya sama, memabukkan. Hadis puasa hari Sabtu dan Ahad dihubungkan dengan tahlilan, jelas berkaitan, karena ESENSI-nya sama, membelokkan ajaran orang musyrik menggantinya menjadi ajaran Tauhid. Kalau ditanya apa Rasul melakukannya, ya selama belum ada hadis yang menerangkan secara jelas, ya dianggap tidak.
ReplyDeleteberarti sampeyan sudah paham bener Islam ya mas? tapi kok sombong?Orang yang suka mencela pada orang lain, juga dianggap orang yang sombong lo mas, ati2...
ReplyDeleteTapi kalo mau dzikir jamaah hari2 tertentu juga gak papa to ? emang ada dalil yang melarangnya?
ReplyDeleteKalau belum mengerti apalagi masih bodoh dalam ilmu agama ya jangan bilang sesat..jgn sampai tuduhan nya malah balik ke diri sendiri..
ReplyDeleteOrg yg gk sepaham dengan ahlussunnah wal jama'ah ya monggo tp jgn men justice kami sesat/kafir.. kami hanya menjalankan sunnah Rosulluloh...
ReplyDeletecoba sampean kaji lebih dalam, klo pun acara 7 hari, 40 hari dst sunah, kenapa itu dilakukan oleh orang indonesia saja tidak dialkukan oleh muslim timur tengah (mekah madinah.red) yang notabene tempat lahir dan meninggalnya Nabi Muhammad SAW dan para sahabat.. qhu bukan orang pinter tapi dipikir lagi dengan sehat...
ReplyDeleteartikle ini bikin ngakak saja, sangat menunjukkan kebodohan penulisnya
ReplyDeletesilahkan ente semua lihat(simak) video debat ust.firanda vs idrus ramli, dmn dalil idrus ramli d bantah oleh firanda dsni ketauan spa yg baru belajar agama.
ReplyDeletehttp://www.youtube.com/watch?v=DT6fJhbfkc0
sunnahnya dmn?
ReplyDeleteapakah org indo lebih baik dr pd sahabat,tabiin&tabiut tabiin, pdh mereka org yg d puji Rosulluloh 3 generasi terbaik, klo pun ada dalil yg kuat masalah tahlilan pasti ada ceritanya dr 3 generasi tsb.
ReplyDeleteente klo gk tau hakekat bid'ah diam aja klo mw bicara belajar dlu.
ReplyDeleteRosulloh ada hak menentukan cara ibadah; kalo manusia?
ReplyDeleteDalam al quran dan hadist tidak ada ayat yg membahas boleh tidaknya sholat magrib 7 rakaat, apakah berarti kita boleh melaksanakannya?
ReplyDeleteJalankan yg pernah dicontohkan Rasul SAW, jangan mengada2 dan menambah2 ibadah
mak jleb !!!
ReplyDeletepertanyaannya bukan .."emang ada dalil yang melarangnya ? "
ReplyDeletetapi seharusnya... "emang ada dalil yang mengajarkan zdikir berjamaah ?"...
...
apakah ilmu anda sudah lebih hebat dari kedua narasumber dlm video ini..?? http://www.youtube.com/watch?v=rSWicgdctR4 dan http://www.youtube.com/watch?v=o_pVpabQOrQ
ReplyDeleteitu ada penjelasan secara rinci tentang masalah ini.. simpulkan sendiri siapa yang lebih mumpuni. orang baik pasti ambil positifnya. Jangan hanya bahasa kesombongan sja yg anda keluarkan. Kampungan itu namanya!
apakah ilmu anda sudah lebih hebat dari kedua narasumber dlm video ini..?? http://www.youtube.com/watch?v... dan http://www.youtube.com/watch?v...
ReplyDeleteitu
ada penjelasan secara rinci tentang masalah ini.. simpulkan sendiri
siapa yang lebih mumpuni. orang baik pasti ambil positifnya. Jangan
hanya bahasa kesombongan sja yg anda keluarkan. Kampungan itu namanya!!
Apa mengingat Allah bukan sunnah Nabi?
ReplyDeleteHello, Tau kenapa sahabat bilal mendapat keutamaan di surga? beliau melakukan ibadah yang Nabi sendiri tidak melakukannya..
ReplyDeleteEmang sampean tau? Wong Rasul sendiri tak pernah mencela dan bilang bid'ah sama orang kok... berarti sampeyan juga bid'ah dong...
ReplyDeleteSalah sampeyan, sesuatu dilarang pasti ada dalil, belum ada dalil berarti hukumnya boleh, udah ngaji ushul fiqih belum?
ReplyDeletehelloooo... Islam bukan arab ya, orang arab belum tentu Islam... tahu gak, kalau ada qaidah ushul fiqih kalau hukum adat lokal bisa jadi pertimbangan penetapan hukum agama?
ReplyDeleteYa sudah, sampeyan emang tau gimana Rasul beribadah? pernah lihat sendiri Rasul sembayang? kalau bukan dari ahli hadits yang juga manusia, darimana sampeyan tau tata cara beribadah? apa jaminan ahli hadits itu tidak salah, padahal mereka juga manusia?
ReplyDeletehttp://fakta-faktual.blogspot.com/2011/08/keputusan-muktamar-nahdlatul-ulama-nu.html?m=1
ReplyDeleteperdebatan lewat media sosial takkan pernah ada akhirnya, muslim kan harusnya mengedepankan musyawarah, knp tidak duduk bersma membahas hal ini???...
ReplyDeletekalo tahlianya okelah. trus yang 7 hari, 50 hari, 100 hari mendak pisan mendak pindo iku piye jan jane ?
ReplyDeleteapakah dalil yg d sebutkan idrus ramli dalil yg mutlak adanya tahlilan klopun ada pasti ada dalil dr para sahabat atau pun para tabii'in & tabiut tabi'in yg mereka lebih semangat dan mengerti masalah agama islam, apakah org indo mengaku lebih baik dr para 3 generasi terbaik yg mna org indo bsa membuat amalan&ibadah baru padahal rosul bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)
ReplyDeletemengingat Allah wajib bukan sunnah, sedangkan amalan tahlilan apakah ada dalil mutlak, tulisan idrus ramli d atas dalil yg d paksakan. coba ente liat video yg ane share lihatlah dmn yg haq dan yg bathil.
ReplyDeleteiya bener bilal melakukan ibadah sndiri tetapi dsna masih ada rosul yg mna rosul bsa mempertimbangkan amalan bilal sah atau tidaknya, klopun skrng spa yg akan memberi sah atau tidak amalan yg baru atau yg d ada2kan apakah seorang kiyai/ustadz klo mereka bsa berarti mereka nabi/rosul donk. coba ente lihat hadits d sahih bukhori dmn sahabat memperpanjang bacaan saat shalat dan rosul marah apa yg d perbuat oleh sahabat tsb padahal memperpanjang bacaan shalat bukannya baik tetapi rosul melarangnya karna ghuluw(berlebih-lebihan).
ReplyDeletemakanya belajar ilmu syar'i yg bener, kata spa rosul tdk pernah bilang bid'ah nih dalilnya Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan kami ini(agama), yang bukan dari padanya(rosul), maka perbuatannya itu tertolak” (H.R. Bukhari & Muslim). makanya belajar jgn asal comment.
ReplyDeleteapakah generasi kita mengaku lebih baik dr para 3 generasi terbaik yg mna generasi skrng bsa membuat amalan&ibadah baru padahal sahabat atau pun para tabii'in & tabiut tabi'in yg mereka lebih semangat dan mengerti masalah agama islam tidak melakukan tahlilan klopun ada pasti mereka mengajarkan kpd umat generasi muda mereka dan sampailah k jaman ini sayangnya tdk ada dalil 1 pun yg mereka apakah melakukan tahlilan sperti skrng. rosul bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)
ReplyDeleteadmin kenapa comment2 & Reply ane d hapus yah apakah ente menutu-nutupin Bid'ah yg ente sebarkan, padahal ane membantah tahlilan dgn dalil yg kuat coba sportif donk.
ReplyDeleteapakah generasi kita mengaku lebih baik dr para 3 generasi terbaik yg mna generasi skrng bsa membuat amalan&ibadah baru padahal sahabat atau pun para tabii'in & tabiut tabi'in yg mereka lebih semangat dan mengerti masalah agama islam tidak melakukan tahlilan klopun ada pasti mereka mengajarkan kpd umat generasi muda mereka dan sampailah k jaman ini sayangnya tdk ada dalil 1 pun yg mereka apakah melakukan tahlilan sperti skrng. rosul bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)
ReplyDeletemaaf saya ralat comment ini.
ReplyDelete, Karena ketika itu kepercayaan yang tegak di nusantara masih mayoritas hindu. Para penyebar agama islam tempo doeloe itu mereka berfikir "bagaimana supaya islam dapat diterima dinusantara". Bayangkan saja. Contoh di hindu itu tidak boleh bunuh sapi terus seorang sunan waktu itu menaruh seekor sapi dihalaman surau. Sontak para hindu itu berkumpul lalu sunan mengatakan kepada mereka bahwa dia tidak akan membunuhnya karena hewan sapi pernah menyelamatkan hidupnya. Hindustan pun lega dan mulai tertarik tentang islam sedikit demi sedikit.
ReplyDeleteCMIIW, thanks
Betul, kurang lebih saya setuju dengan anda. Karena masuknya islam ke nusantara itu tidak gampang jadi para ulama waktu itu suka berembuk/sidang/bermusyawarah. Seperti pada zaman walisongo yg ketika peresmian masjid demak, tatkala sunan kalijaga ingin menpertunjukan wayang untuk menarik perhatian masyarakat lalu sebagian sunan menolaknya karena perwujudan boneka yg menyerupai manusia itu tidak boleh (gtw knp gan ane lupe). Lalu dengan bermusyawarah dengan para sunan akhirnya pementasan wayang terlaksana asal wayangnya tidak menyerupai manusia.
ReplyDeleteCorrect me if I'm wrong.
ya klo pengen ga ada tahlilan silakan hijrah ke negeri timur tengah saja..di sini Indonesia bung!!
ReplyDeleteberarti walisongo yang membawa islam ke tanahjawa, jga sesat donk, dan masuk neraka, kan mereka yg mengajarkan tahlilan??
ReplyDeletesama logikanya kyak gini knapa surat2 makiyah itu bunyi ayat2nya mirip syair (meskipun itu bukan syair) contohnya dalam surat al-kafirun. Hampir semua akhiran ayatnya bunyinya un. Kenapa demikian? Hal itu karena masyarakat Mekah jahiliyah mereka sangat suka bersyair sehingga Allah menurunkan ayat2 Nya seperti itu agar mereka mau mendengarkan. Terlebih yang membawakannya adalah Nabi Muhammad yang diketahui pada Zaman itu tidak bisa membaca dan menulis. Bagi orang yang paham pasti akan segera tahu bahwa ayat2 itu bukanlah buatan manusia tapi Allah lah yang menurunkan ayat2 itu melalui Nabi Muhammad. Nah hal itulah yang coba ditiru oleh para Walisongo dalam menyebarkan agama Islam. Para walisongo itu mencari tahu hal yang disukai masyarakat saat itu apa? Mereka suka pertunjukan dibuat lah wayang yang secara cerdas disisipi ajaran2 islam, Mereka suka tembang diciptakanlah lagu2 macapat yang memiliki filosofi agama islam yang tinggi. Mereka suka berkumpul tiap ada orang meninggal pada hari2 tertentu dibuatlah tradisi tahlilan. Nah dengan cara2 yang seperti itu lah akhirnya masyarakat mau menerima islam. Yang jadi masalah sekarang ada sekelompok orang yang baru kenal agama lantas mereka berani mengatakan bahwa hal2 itu adalah bid'ah, sesat, bahkan syirik seolah-olah ilmu mereka lebih tinggi dari para walisongo. Dan yang lebih parah lagi yang mereka bilang kafir, syirik, dan bid'ah itu adalah saudara-saudara mereka sesama muslim sehingga seolah-olah tiket surga sudah ada pada mereka.
ReplyDeletejadi saudara-saudaraku sesama muslim, ingat islam itu rahmatan lil 'alamin hargailah perbedaan pendapat yang ada toh yang bisa menilai itu benar salah adalah ALLAH SWT bukan kita yang lemah ini.
intinya tahlilan apa sih?? apa itu sesat ??? dan di akhiri doa apa itu juga sesat ??? apakah membaca laa ilaha illallaah itu juga sesat???? trus memberi makanan sbg sedekah apa itu juga sesat???? di logika aja udh g bertentagn kok sesat??? mgkin harus tanya lagsung sama junjungan kita langsung nabi muhammad SAW biar g ada kontroversi
ReplyDeleteCoba ente perhatikan ulama-ulama yang membolehkan tahlilan, apakah mereka melakukan sesuatu berdasarkan hawa nafsu sendiri atau berdasarkan dalil imam madzhab? padahal imam madzhab itu juga termasuk 3 generasi terbaik Islam (Tabi'it dan Tabi'in).
ReplyDeleteHelloooo... ini bukti sampeyan belum paham, sunnah Nabi dan hukum sunnah itu beda... Sekarang coba ente perhatikan dalil tentang sunnahnya puasa 'Asyuro dan alasan diadakannya Tahlilan, menurut sampeyan ada esensinya gak? kalo anda tidak paham, berarti anda belum bisa dikatakan paham sunnah Nabi dan hukum Sunnah.
ReplyDeleteLihat dulu latar belakangnya, mungkin waktu itu ada sesuatu yang penting ketika sholat berlangsung, Nabi juga memendekkan surat ketika ada bayi yang menangis karena orang tuanya sedang sholat berjamaah, kalau anda menangkap hadits itu secara literatur tanpa tahu latar belakangnya, berarti sholat berjamaah di Mekkah yang waktunya sangat panjang itu salah dong, sekarang anda sudah berani menyalahkan imam Masjidil Haram, apa itu yang anda maksud?
ReplyDeleteNah, anda sudah bertindak Bid'ah lagi kan, menerjemahkan hadits, padahal Nabi juga tidak pernah berdakwah menggunakan bahasa Indonesia....
ReplyDeleteane cuma ngetest aja koq antara sunnah & hukum sunnah, oke coba ente tafsirkan hadits ini donk, rosul bersabda "Barangsiapa mengada-adakan perkara baru dalam urusan kami ini(agama), yang bukan dari padanya(rosul), maka perbuatannya itu tertolak” (H.R. Bukhari & Muslim).
ReplyDeletecoba ente liat dalil yg idrus ramli terangkan apakah dalilnya pas untuk mengadakan tahlilan apakah cuma d samar2kan, silahkan ente liat video yg ane share dsna idrus ramli slalu d bantah.
ReplyDeletehahaha ente lucu sekali berarti naik motor/mobil bid'ah donk sunnahnya naik onta,kuda& kledai kalo brngkt kerja atau yg lainnya, coba cari artikel hakikat bid'ah baca dan pelajari.
ReplyDeletesetau ane imam syafii melarang tahlilan coba ente baca kitab Al-Majmuu' Syarh Al-Muhadzdzab, dan imam malik berkata "Maka perkara apa saja yang pada hari itu (pada hari disempurnakan Agama kepada Nabi, yaitu masa Nabi dan para sahabat-pen) bukan merupakan perkara agama maka pada hari ini juga bukan merupakan perkara agama.”(Al-Ihkam)
ReplyDeleteNih...
ReplyDeleteImam asy-Syafi’i rahimahullah di dalam al-Umm beristidlal dengan hadits di atas terkait anjuran memberi makan untuk keluarga almarhum: “Aku mengajurkan bagi tetangga almarhum atau kerabat-kerabatnya agar membuatkan makanan pada hari kematian dan malamnya, sebab itu merupakan sunnah, dzikr yang mulya dan termasuk perbuatan ahlul khair sebelum kita serta sesudah kita”.
“Kami (sahabat Nabi) menganggap berkumpul ke (kediaman) keluarga almarhum serta (keluarga almarhum) menghidangkan makanan setelah pemakaman bagian dari niyahah”. (Musnad Ahmad bin Hanbal no. 6905.)
Nah, itu anda tahu, begitu juga tahlilan, mas... emang orang sini disamakan sama orang arab yang keras? emangnya budaya arab sama sama orang sini? nggak to, tahlilan itu sekedar alat untuk media dakwah saja, kami tidak mewajibkan, seperti halnya penggunaan mobil atau dakwah dengan bahasa Indonesia yang ente sebutkan di atas, itu semua semata2 media dakwah yang nyatanya berhasil, Indonesia menjadi negara muslim terbesar di dunia, yang penting kan gak nyalahi aqidah.... kalo dakwah pake cara ente, ya gak tau lagi...
ReplyDeleteNah... Kami orang Indonesia kan tidak mewajibkan tahlilan, kalau diadakan boleh, kalau nggak ya boleh, hukumnya mubah kok, walaupun ulama2 kami menganjurkan, tapi tidak mewajibkan, camkan itu, ente aja yang suka bikin masalah, pake bid'ah2 segala, perkara bid'ah itu perkara aqidah mas... emang tahlilan bisa ngerubah aqidah? Lagian banyak sahabat yang juga melakukan bid'ah....
ReplyDeleteEnte belum paham juga ya, tak kasi cerita ya, kalo mushaf Al-Qur'an itu bid'ah lo, tapi termasuk sunnah Nabi, sholat sunnah sehabis wudhu itu hukumnya sunnah, tapi Nabi tidak pernah melakukannya, paham?
ReplyDeletePerbuatan sahabat tergantung pada persetujuan/taqrir dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, jika Nabi menyetujui dan mentaqrirnya maka jadilah perbuatan tersebut dikenal dengan sunnah taqririyah. Selain itu dalil yg ente bawakan di atas merupakan perbuatan para sahabat sebelum turunnya ayat&hadits tentang sempurnanya agama.
ReplyDeleteente gk menuliskan secara lengkap perkataan Imam asy-Syafi’i hanya sampai "ahlul khair sebelum kita serta sesudah kita” dan ini ane berikan secara lengkap perkataan Imam asy-Syafi’i :
ReplyDeleteوَأُحِبُّ لِجِيرَانِ الْمَيِّتِ أو ذِي قَرَابَتِهِ أَنْ يَعْمَلُوا لِأَهْلِ الْمَيِّتِ في يَوْمِ يَمُوتُ وَلَيْلَتِهِ طَعَامًا يُشْبِعُهُمْ فإن ذلك سُنَّةٌ وَذِكْرٌ كَرِيمٌ وهو من فِعْلِ أَهْلِ الْخَيْرِ قَبْلَنَا وَبَعْدَنَا لِأَنَّهُ لَمَّا جاء نَعْيُ جَعْفَرٍ قال رسول اللَّهِ صلى اللَّهُ عليه وسلم اجْعَلُوا لِآلِ جَعْفَرٍ طَعَامًا فإنه قد جَاءَهُمْ أَمْرٌ يَشْغَلُهُمْ
"Dan aku menyukai jika para tetangga mayat atau para kerabatnya untuk membuat makanan bagi keluarga mayat yang mengenyangkan mereka pada siang dan malam hari kematian sang mayat. Karena hal ini adalah sunnah dan bentuk kebaikan, dan ini merupakan perbuatan orang-orang baik sebelum kami dan sesudah kami, karena tatkala datang kabar tentang kematian Ja'far maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'afar, karena telah datang kepada mereka perkara yang menyibukkan mereka" (Kitab Al-Umm 1/278)
dsni ketauan perbedaan perkataan ente tdk menulis secara lengkap dan ada tambah dzikir yg ente bawakan dan jg tdk menyebutkan knp perkataan ini muncul(atsar) dr imam syafii.
apakah menurut ente perkaran bukan aqidah semua yg namanya ibadah di dahulukan dgn aqidah mas, ente shalat, sedekah dll apakah bukan krn keyakinan yg mna keyakinan ente yaitu yg mengerjakan hal tsb dapat ganjaran dr Allah.
ReplyDeleteklo boleh tau sahabat mana yg melakukan bid'ah klo ada kasih tau ane nanti insya Allah ane bantah.
klo ane lebih berlepas diri dr namanya tahlilan dll krn gk ada dalil mutlak hanya kebanyakan org alasannya yaitu ikutin tradisi org dlu dan yg ente sebutkan d atas padahal sudah jelas hadits yg ane sebutkan d atas dan ane tambahkan lg QS al-maidah ayat 3.
ReplyDeleteyg d maksud dakwah ane ini berarti gk bener gtu klo gitu ente otomatis menyalahkan dakwah Rasul dan para sahabat. dan membenarkan dakwah yg skrng ini ente anggap bener dgn tambahan2 yg gk d ajarkan.
apakah menurut ente perkara tahlilan bukan aqidah semua yg namanya ibadah di dahulukan dgn aqidah mas, ente shalat, sedekah dll apakah bukan krn keyakinan yg mna keyakinan ente yaitu yg mengerjakan hal tsb dapat ganjaran dr Allah krn ada dalil(al-quran&assunah) yg menjelaskan perkara tsb yg baik di sisi Allah. sedangkan tahlilan tdk ada dalil yg mutlak dan kebanyakan org menganggap tahlilan sesuatu yg wajib krn tradisi, ya paling banter sperti sunnah muakad, buktinya banyak org yg minjem uang krn untuk tahlilan klopun mereka tau bahwa hukumnya mubah knp masih perlu mencari pinjaman uang padahal perkara berhutang sangat tdk di sukai Rasul loh.
ReplyDeleteklo boleh tau sahabat mana yg melakukan bid'ah klo ada kasih tau ane nanti insya Allah ane bantah/jelaskan.
klo ane sih lebih berlepas diri krn gk ada dalil yg mutlak adanya tahlilan, padahal ane sudah memberikan dalil d atas dan ane tambahkan lg QS al-maidah ayat 3.
ReplyDeleteapakah maksud ente dakwah yg ente maksud bener dan dakwah yg ane lakukan salah klo gtu ane melazimkan dakwah para sahabat donk krn para sahabat tdk pernah melalkukan perbuatan yg belum pernah d lakukan oleh Rasul stelah meninggalnya.
apakah menurut ente perkara tahlilan bukan aqidah semua yg namanya ibadah di dahulukan dgn aqidah mas, ente shalat, sedekah dll apakah bukan krn keyakinan yg mna keyakinan ente yaitu yg mengerjakan hal tsb dapat ganjaran dr Allah krn ada dalil(al-quran&assunah) yg menjelaskan perkara tsb yg baik di sisi Allah. sedangkan tahlilan tdk ada dalil yg mutlak dan kebanyakan org menganggap tahlilan sesuatu yg wajib krn tradisi, ya paling banter sperti sunnah muakad, buktinya banyak org yg minjem uang krn untuk tahlilan klopun mereka tau bahwa hukumnya mubah knp masih perlu mencari pinjaman uang padahal perkara berhutang sangat tdk di sukai Rasul loh.
ReplyDeleteklo boleh tau sahabat mana yg melakukan bid'ah klo ada kasih tau ane nanti insya Allah ane bantah/jelaskan.
apakah menurut ente perkara tahlilan bukan aqidah semua yg namanya ibadah di dahulukan dgn aqidah mas, ente shalat, sedekah dll apakah bukan krn keyakinan yg mna keyakinan ente yaitu yg mengerjakan hal tsb dapat ganjaran dr Allah krn ada dalil(al-quran&assunah) yg menjelaskan perkara tsb yg baik di sisi Allah. sedangkan tahlilan tdk ada dalil yg mutlak dan kebanyakan org menganggap tahlilan sesuatu yg wajib krn tradisi, ya paling banter sperti sunnah muakad, buktinya banyak org yg minjem uang krn untuk tahlilan klopun mereka tau bahwa hukumnya mubah knp masih perlu mencari pinjaman uang padahal perkara berhutang sangat tdk di sukai Rasul loh.
ReplyDeleteklo boleh tau sahabat mana yg melakukan bid'ah klo ada kasih tau ane nanti insya Allah ane bantah/jelaskan.
apakah menurut ente perkara tahlilan bukan aqidah semua yg namanya ibadah di dahulukan dgn aqidah mas, ente shalat, sedekah dll apakah bukan krn keyakinan yg mna keyakinan ente yaitu yg mengerjakan hal tsb dapat ganjaran dr Allah krn ada dalil(al-quran&assunah) yg menjelaskan perkara tsb yg baik di sisi Allah. sedangkan tahlilan tdk ada dalil yg mutlak dan kebanyakan org menganggap tahlilan sesuatu yg wajib krn tradisi, ya paling banter sperti sunnah muakad, buktinya banyak org yg minjem uang krn untuk tahlilan klopun mereka tau bahwa hukumnya mubah knp masih perlu mencari pinjaman uang padahal perkara berhutang sangat tdk di sukai Rasul loh.
ReplyDeleteklo boleh tau sahabat mana yg melakukan bid'ah klo ada kasih tau ane nanti insya Allah ane bantah/jelaskan.
Santai aja mas gk usah marah/emosi gitu sampai mengatakan “camkan itu” dsni bsa d lihat karakter anda sangat mudah terbawa suasana, apakah ente sebelumnya belum pernah berdebat/diskus sperti ini klo pernah mungkin gk perlu pakai emosi segala.
hai mas dsni ane menerangkan dgn dalil bukan dgn hawa nafsu klopun ane pakai hawa nafsu ente boleh mengkritik ane sepuasnya.
ReplyDeletekok trinitas? maksudnya?
ReplyDeleteKalau diskusi jawapannya kurang tepat daripada tajuk soalan lari atau keluar daripada tajuk. Pada zaman anak muda sekarang lebih mendalam mengaji, menyelidik bukan setajat berpaut kepada satu mazhab saja.
ReplyDeleteAssalammuallaikum.wr.wb suatu ibadah tidak ada tuntunannya itu jangan diikuti...kita harus menyelisihi orang2 kafir dan jangan mengikuti tradisi orang non muslim..Islam itu sudah sempurna tak perlu diutak-atik dengan ibadah yang mengikuti orang kafir. kalau bisa Janganlah kalian mengikuti ibadah seperti orang kafir yang tidak ada pengetahuannya,dan jangan ngikutin tradisi nenek moyang yang tidak ada dalil dan pengetahuannya...Islam itu punya ibadah dan cara sendiri sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dan jangan ditambah2kan yang lainnya kalau itu bukan dari ajaran islam.Ketika Nabi Muhammad S.A.W ada keluarga atau sahabatnya meninggal apa dia melakukan Dzikir Tahlilan 7 Hari, 40 Hari, 100 Hari dan 1000 Hari..Tradisi itu harus dihilangkan itu menambah kesedihan dan ratapan pada keluarga,semoga kalian dibukakan hatinya untuk menjalankan Ibadah sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunn.
ReplyDeleteAssalamu'alaikum..
ReplyDeleteFirman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
"Artinya : Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai" [Ali Imran : 103]
"Artinya : Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai
dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka" {Ali
Imran : 105]
"Artinya : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangtangnya" [Asy-Syura : 13]
"Artinya : Dang barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan
Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya
tempat kembali" [An-Nisaa : 115]
Perpecahan dengan beragam bentuknya adalah tercela.
Setiap muslim harus mengetahui bentuk-bentuk perpecahan dan para pelakunya, sehingga ia dapat menghindar dari jurang kesesatan.
ya akhi jgn lah kita saling brpecah belah,,, karena ini mrupkn salah satu trik Iblis untuk menyesatkan umat manusia... ikutilah AL-QUR'AN & HADITS yg sesuai pemahaman org2 salaf(terdahulu) , karena syari'at ini milik ALLAH SWT bukan milik siapa2.. jg bukan milik syeikh,ustd,kyai,para wali, ap lg org awam sprti kita .
brsikap bijak lah dlm memandang perselisihan... ketika sudah dtng kepadanya dalil yg menerangkan sebuah kejelasan tentang syariat ALLAH SWT, namun mereka ttp bersikeras trhdp pndpatnya.... ya sudahlah.....
karena Hidayah itu milik ALLAH SWT, bhkan Rasulullah pun tdk ada kuasa untk mmbrikan hidayah tanpa seizin ALLAH AZZA WA JALLA.
sekali lagi hindari lah perselisihan...
yg sudah tau bahwa itu tidak ada dalil / perintahnya y sudah,,, tidak usah ikuti, krna itu jauh lbih baik,
namun yg msh bersikeras thdp pndapatny setelah sdh sampai kpdnya salah satu dalil... y monggo.... silahkan ....
semoga ALLAH SWT sllu memberikan HIDAYAH serta merahmati kita semua...
amiinn y a rabbal 'alamin.
wassalamu'alaikum wr wb.
:)
Anda tidak mau di bilang bid'ah dan selalu berlindung di balik kata2 Aswaja..dan menyayangkan org2 yg membid'ah kan sesama muslim..tapi rata2 org sepaham dengan anda lah yang selalu mencaci maki org lain membabi buta..bilang wahabi dan salafy kafir yang menurut paham taqlid dan sempit anda..dan anda tidak mau..cobalah gunakan argumentasi yang jujur..dan tidak munafik..
ReplyDeleteKalau org tidak sejalan dengan anda, maka merk adalah wahabi dan salafy yang salah kaprah tinggal indonesia..ini logika konyol dari mana?..emang Indonesia punya siapa? ketahuilah kalau 3 dari Imam Mahzab akan menjadi Wahabi dan Salafy yang ada maksud dengan cara berpikir seperti itu
ReplyDeleteAlangkah terkagum-kagumnya saya membaca diskusi dari anda2 semua yang jelas sekali memiliki pengetahuan tentang Islam yang begitu tinggi. Namun sayang diskusi ini hanya sibuk mencari-cari perbedaan dan saling merasa diri paling benar di antara kita sesama muslim yang memiliki rukum Islam dan rukun Iman yang sama. Alangkah lebih baiknya jika energi, waktu dan ilmu-ilmu yang saudara-saudara saya miliki ini diarahkan untuk justru mencari persamaan dan persatuan di antara kita sesama muslim, serta mengajak orang yang belum mendapat hidayah Islam untuk diperkenalkan dan masuk ke dalam agama yang diridhoi Allah ini.
ReplyDeletemelakukan sesuatu yang tidak ada tuntunan dalam alquran dan alhadist berpahala belum tentu malah berpotensi bid'ah..kalo mau baca tahlil atau dzikir bisa sewaktu-waktu kalee gk perlu ditentukan harinya harus ke 7 ke 40,100 dst keluarga almarhum yg kesusahan malah dibuat lebih susah dan repot lagi krn harus mengadakan acara yang gk berdasar ini
ReplyDelete..menurut saya kalo gini si SUNI nya yg gk paham ilmu agama
Kalo "idzamatabnu adama inqoto'a amaluhu ila min tsalasin: sodaqotin dzariatin, auilmun yuntafa'u bih aw walladun sholihun... kalo di kaitkan dengan esensi tahlilan bgmn?
ReplyDeleteDalam hemat saya, bukankah inna ma a'malu bin niat?
ReplyDeleteselama niatnya bukan syirik saya Allah lebih berhak menilai. Ambil hikmahnya saja bahwa acara tahlil tsb digunakan sebagai sarana mengingat yang masih hidup akan kematian lewat tahlil. Dan ada baiknya acara seperti demikian tidak dikhususkan bagi yang wafat, melainkan niat dari yang hidup untuk Allah ta'ala. Dan ada baiknya dilakukan semampunya, karna lebuh sering saya lihat acara tahlilkan memberi beban pada keluarga yang ditinggalkan.
Ada baiknya jg diisi dengan pengajian, Shalat malam berjamaah dan lain lain.
Dan tidak menjadi keharusan juga untuk melakukannya.
Semoga kita dijauhkan dari ibadah bid'ah dan syirik maupun yang bertentangan dengan ketetapan Allah dalam Al Quran.
Waalaikum salam.
"Karena ortu saya bukan beragama Hindu, saya menolak tahlilan yai.."
ReplyDeleteAgama Hindu yang terdapat dalam Kitab Brahmana. Sebuah kitab yang isinya mengatur tata cara
pelaksanaan kurban, sajian-sajian untuk menyembah dewa-dewa dan upacara
menghormati roh-roh untuk menghormati orang yang telah mati (nenek
moyang) ada aturan yang disebut Yajna Besar dan Yajna Kecil.
Yajna Besar dibagi menjadi dua bagian yaitu Hafiryayajna dan Somayjna.
Somayjna adalah upacara khusus untuk orang-orang tertentu. Adapun
Hafiryayajna untuk semua orang. Somayajna adalah upacara khusus untuk
orang-orang tertentu. Adapun Hafiryayajna untuk semua orang.
Hafiryayajna terbagi menjadi empat bagian yaitu : Aghnidheya, Pinda
Pitre Yajna, Catur masya, dan Aghrain. Dari empat macam tersebut ada
satu yang sangat berat dibuang sampai sekarang bagi orang yang sudah
masuk Islam adalah upacara Pinda Pitre Yajna yaitu suatu upacara
menghormati roh-roh orang yang sudah mati.
Dalam upacara Pinda
Pitre Yajna, ada suatu keyakinan bahwa manusia setelah mati, sebelum
memasuki karman, yakni menjelma lahir kembali kedunia ada yang menjadi
dewa, manusia, binatang dan bahkan menjelma menjadi batu,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain sesuai dengan amal perbuatannya selama
hidup, dari 1-7 hari roh tersebut masih berada dilingkungan rumah
keluarganya. Pada hari ke 40, 100, 1000 dari kematiannya, roh tersebut
datang lagi ke rumah keluarganya. Maka dari itu, pada hari-hari tersebut
harus diadakan upacara saji-sajian dan bacaan mantera-mantera serta
nyanyian suci untuk memohon kepada dewa-dewa agar rohnya si fulan
menjalani karma menjadi manusia yang baik, jangan menjadi yang lainnya.
Pelaksanaan upacara tersebut diawali dengan aghnideya, yaitu menyalakan
api suci (membakar kemenyan) untuk kontak dengan para dewa dan roh si
fulan yang dituju. Selanjutnya diteruskan dengan menghidangkan
saji-sajian berupa makanan, minuman dan lain-lain untuk dipersembahkan
ke para dewa, kemudian dilanjutkan dengan bacaan mantra-mantra dan
nyanyian-nyanyian suci oleh para pendeta agar permohonannya dikabulkan.
Upacara keagamaan lama yang sudah mendarah daging sulit dibuang, yang
penting mereka mau memeluk Islam. Agar mereka jangan terlalu jauh
menyimpang dari syari’at Islam. Maka para wali aliran Tuban (yang
dipimpin oleh Sunan Kalijaga yang didukung oleh Sunan Bonang, Sunan
Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Djati), berusaha agar adat istiadat
Budha, Hindu, animisme dan dinamisme diwarnai keislaman.
Pertanyaan Sunan Ampel, “Apakah tidak dikhawatirkan dikemudian hari?,
bahwa adat istiadat lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam,
sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan
bid’ah?”
https://feehas.wordpress.com/
om mau tanya nih, ente pernah mondok dimana???
ReplyDelete