Muslimedianews.com ~ Kirap Ustadz Muhammad Idrus Ramli dalam dunia diskusi ilmiah dengan berbagai pihak yang bertentangan dengan ajaran Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah) bukanlah hal yang baru.
Berikut adalah salah satu rekaman video debat Aswaja versus Wahhabi, yaitu antara Ust. Muhammad Idrus Ramli dengan Ust. Muhammad Fathul Hamdani atau Abu Hilal, dalam rangka bedah buku berjudul "Madzhab Asy'ari, Benarkah Ahlussunnah wal Jama'ah?".
Berikut petikan penjelasan Ust. Muhammad Idrus Ramli, serta videonya :
***
Imam (Abu Hasan) al-Asy'ari adalah ulama besar, pendiri madzhab yang dikenal dengan madzhab al-Asy'ariyah atau Al-Asya'irah. Besarnya madzhab Asy'ari membuat sebagian kalangan berupaya untuk memutus hubungan antara Imam Al-Asy'ari dengan pengikutnya, al-Asya'irah, sehingga muncullah suatu asumsi bahwa madzhab al-Asy'ari yang ada sekarang sebenarnya berbeda dengan madzhab Imam al-Asy'ari pada fase yang terakhir dalam kehidupannya.
Bila kita melacak polemik persoalan ini, apakah Imam al-Asya'ari ini hidup dalam 3 (tiga) fase pemikiran, yaitu pemikiran Muktazilah, kemudian pindah kepemikiran fase kedua yang diklaim sebagai madzhab yang diikuti oleh para pengikutnya, termasuk oleh warga nahdliyyin di Indonesia, kemudian setelah itu Imam al-Asy'ari berpindah ke fase yang ketiga yang diklaim sebagai fase salaf. Sebenarnya munculnya fase ini darimana?
Kalau kita mengkaji sejarah Imam al-Asy'ari yang ditulis oleh para sejarawan pada abad pertengahan kebelakang dan sebelum-sebelumnya, istilah tiga fase bagi Imam al-Asy'ari itu tidak pernah ada, baik biografi beliau (Imam al-Asy'ari) yang ditulis oleh Imam al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikhu Baghdad, atau yang ditulis oleh al-Imam al-Hafidz Abul Qasim Ali bin al-Hasan bin Hibtullah Ibnu Asakir ad-Dimasyqi dalam kitabnya Tabyinul Kidzbil Muftari fi Nusiba ilal Imam Abil Hasan al-Asy'ari, didalam kitab ini yang mengungkap secara panjang lebar tentang Imam al-Asy'ari, karangan-karangannya, sejarah hidupnya, berikut pengikut-pengikutnya, tidak ada penjelasan bahwa Imam Asy'ari hidup dalam tiga fase.
Munculnya (masalah) Imam Asy'ari hidup dalam 3 fase ini sebenarnya dari asumsi-asumsi saja, yang asumsi ini oleh sebagian kalangan berupaya di hubungkan dengan salah satu kitab yang populer dikalangan nahdliyyin yaitu kitab Ithafus Sadah al-Muttaqin bi-syarhi Asrori Ihya-i Ulimiddin karangannya al-Imam al-Hafidz Muhammad Murtadlo Az-Zabidi, yang beliau mengutip dari al-Hafidz Ibnu Katsir ad-Dimasyqi dalam kitabnya (mungkin) Thabaqatul Fuqaha' al-Syafi'iyyin atau kitab yang lain, katanya Imam al-Asy'ari hidup dalam tiga marhalah dalam kitab ini.
Tetapi referensi yang disampaikan oleh Az-Zabidi ini sangat tidak cukup untuk melegitimasi atau mempertahankan argumentasi kelompok yang mengatakan Imam Asy'ari hidup dalam tiga fase, karena informasi yang disampaikan oleh Az-Zabidi ini sangat minim sekali, yaitu menyampaikan pada fase kedua "al-Asy'ari Itsbatush Shifat al-Sab'iyyah al-'Aqliyyah', menetapkan sifat 7 yang aqliyah, kemudian pada fase ketiga Imam al-Asy'ari "Itsbatush Shifat al-Khabariyyah min Ghairi Ta'wilin wa laa Tasybihin wa laa Takyif", ini tidak cukup. Mengapa? karena adanya perbedaan antara Asy'ari yang dikutip oleh Murtadla Az-Zabidi dalam Ithafus Sadah al-Muttaqien dengan kelompok yang mengklaim bahwa al-Asy'ari telah keluar dari madzhab yang dibangunnya yang kemudian fase kedua ini diikuti oleh Asya'irah sendiri, ini ada perbedaan yang cukup signifikan.
Seperti tadi dikatakan, Murtadlo Az-Zabidi mengatakan bahwa Asy'ari dalam fase ketiga menetapkan sifat khabariyah Bila Ta'wilin, bila Takyif, bila Tasybih, jadi tanpa melakukan ta'wil, tanpa melakukan takyif (kaifa), artinya menghilangkan unsur-unsur yang menimbulkan Tasybih (penyerupaan) atau Tajsim terhadap Allah SWT, dan juga tanpa Bila Tasybih menyerupakan Allah SWT, sementara kelompok yang klaim bahwa al-Asy'ari katanya sudah mencabut madzhab itu bertentangan dengan informasi ini. Mengapa? karena kelompok ini melakukan Itsbatul Kaifiyyah, Itsbatul Takyif terhadap sifat-sifat Khabariyah, ....
... selanjutnya, lihat pada video bagian 1 dan bagian 2....
***
Berikut petikan penjelasan Ust. Muhammad Idrus Ramli, serta videonya :
***
Imam (Abu Hasan) al-Asy'ari adalah ulama besar, pendiri madzhab yang dikenal dengan madzhab al-Asy'ariyah atau Al-Asya'irah. Besarnya madzhab Asy'ari membuat sebagian kalangan berupaya untuk memutus hubungan antara Imam Al-Asy'ari dengan pengikutnya, al-Asya'irah, sehingga muncullah suatu asumsi bahwa madzhab al-Asy'ari yang ada sekarang sebenarnya berbeda dengan madzhab Imam al-Asy'ari pada fase yang terakhir dalam kehidupannya.
Bila kita melacak polemik persoalan ini, apakah Imam al-Asya'ari ini hidup dalam 3 (tiga) fase pemikiran, yaitu pemikiran Muktazilah, kemudian pindah kepemikiran fase kedua yang diklaim sebagai madzhab yang diikuti oleh para pengikutnya, termasuk oleh warga nahdliyyin di Indonesia, kemudian setelah itu Imam al-Asy'ari berpindah ke fase yang ketiga yang diklaim sebagai fase salaf. Sebenarnya munculnya fase ini darimana?
Kalau kita mengkaji sejarah Imam al-Asy'ari yang ditulis oleh para sejarawan pada abad pertengahan kebelakang dan sebelum-sebelumnya, istilah tiga fase bagi Imam al-Asy'ari itu tidak pernah ada, baik biografi beliau (Imam al-Asy'ari) yang ditulis oleh Imam al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikhu Baghdad, atau yang ditulis oleh al-Imam al-Hafidz Abul Qasim Ali bin al-Hasan bin Hibtullah Ibnu Asakir ad-Dimasyqi dalam kitabnya Tabyinul Kidzbil Muftari fi Nusiba ilal Imam Abil Hasan al-Asy'ari, didalam kitab ini yang mengungkap secara panjang lebar tentang Imam al-Asy'ari, karangan-karangannya, sejarah hidupnya, berikut pengikut-pengikutnya, tidak ada penjelasan bahwa Imam Asy'ari hidup dalam tiga fase.
Munculnya (masalah) Imam Asy'ari hidup dalam 3 fase ini sebenarnya dari asumsi-asumsi saja, yang asumsi ini oleh sebagian kalangan berupaya di hubungkan dengan salah satu kitab yang populer dikalangan nahdliyyin yaitu kitab Ithafus Sadah al-Muttaqin bi-syarhi Asrori Ihya-i Ulimiddin karangannya al-Imam al-Hafidz Muhammad Murtadlo Az-Zabidi, yang beliau mengutip dari al-Hafidz Ibnu Katsir ad-Dimasyqi dalam kitabnya (mungkin) Thabaqatul Fuqaha' al-Syafi'iyyin atau kitab yang lain, katanya Imam al-Asy'ari hidup dalam tiga marhalah dalam kitab ini.
Tetapi referensi yang disampaikan oleh Az-Zabidi ini sangat tidak cukup untuk melegitimasi atau mempertahankan argumentasi kelompok yang mengatakan Imam Asy'ari hidup dalam tiga fase, karena informasi yang disampaikan oleh Az-Zabidi ini sangat minim sekali, yaitu menyampaikan pada fase kedua "al-Asy'ari Itsbatush Shifat al-Sab'iyyah al-'Aqliyyah', menetapkan sifat 7 yang aqliyah, kemudian pada fase ketiga Imam al-Asy'ari "Itsbatush Shifat al-Khabariyyah min Ghairi Ta'wilin wa laa Tasybihin wa laa Takyif", ini tidak cukup. Mengapa? karena adanya perbedaan antara Asy'ari yang dikutip oleh Murtadla Az-Zabidi dalam Ithafus Sadah al-Muttaqien dengan kelompok yang mengklaim bahwa al-Asy'ari telah keluar dari madzhab yang dibangunnya yang kemudian fase kedua ini diikuti oleh Asya'irah sendiri, ini ada perbedaan yang cukup signifikan.
Seperti tadi dikatakan, Murtadlo Az-Zabidi mengatakan bahwa Asy'ari dalam fase ketiga menetapkan sifat khabariyah Bila Ta'wilin, bila Takyif, bila Tasybih, jadi tanpa melakukan ta'wil, tanpa melakukan takyif (kaifa), artinya menghilangkan unsur-unsur yang menimbulkan Tasybih (penyerupaan) atau Tajsim terhadap Allah SWT, dan juga tanpa Bila Tasybih menyerupakan Allah SWT, sementara kelompok yang klaim bahwa al-Asy'ari katanya sudah mencabut madzhab itu bertentangan dengan informasi ini. Mengapa? karena kelompok ini melakukan Itsbatul Kaifiyyah, Itsbatul Takyif terhadap sifat-sifat Khabariyah, ....
... selanjutnya, lihat pada video bagian 1 dan bagian 2....
***
No comments
Post a Comment