BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Tuesday, March 29, 2016

Kisah Nabi Adam dan Hawa


Jakarta, Muslimedianews ~ Nabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah setelah alam semesta ini tercipta. Ia diciptakan dari berbagai tanah liat dan Allah meniupkan roh pada jasadnya. Ia dikaruniai badan yang terdiri dari berbagai bagian. Dikaruniai akal juga yang bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, serta turut merasakan bahagia ataupun sedih.

Adam tercipta sebagai manusia seorang diri sebelum akhirnya Allah menciptakan Hawa. Adam begitu bergembira dengan adanya Hawa, begitu pula yang dirasakan oleh Hawa. Keduanya diberikan tempat tinggal di surga nan indah oleh Allah.

Ketika Allah menciptakan Adam, semua makhluk bersujud kepadanya kecuali iblis. Iblis tak mau sujud karena merasa dirinya lebih baik ketimbang Adam. Oleh sebab itu, Allah mngutuk dan mengusir iblis dari surga. Semenjak itu pula, iblis menaruh dendam pada Adam dan berjanji kelak akan menjerumuskan anak cucu Adam.

Hal itu langsung dibuktikan oleh Iblis. Semua fasilitas atau apapun yang diberikan Allah di surga untuk Adam dan Hawa, boleh dinikmati keduanya. Hanya satu pantangan buat mereka, yakni mendekati pohon terlarang apalagi memakan buahnya. Iblis menggoda dan terus menggoda keduanya. hingga suatu ketika keduanya termakan rayuan Iblis. Allah memaafkan dosa keduanya namun bersama Iblis, mereka diturunkan ke bumi.

Turun ke bumi

Adam dan Hawa turun ke muka bumi bersama Iblis juga. Adam turun di sebuah gunung di Sarandib, sedangkan Hawa turun di Bukit Marwah, Makkah dan iblis turun di Lembah Garam, Basrah dekat perairan Teluk.

Terpisah jarak yang amat jauh, tak henti-hentinya Adam berdoa agar dipertemukan kembali dengan Hawa. Malaikat turun ke bumi sembari membawakan petunjuk keberadaan Hawa. Adam mulai berangkat mencari Hawa. Siang mala Adam berjalan tanpa alas kaki bermil-mil jauhnya. Hawa juga tak tinggal diam. Ia menuju ke setiap puncak bukit semari menunggu kedatangan Adam.

Hingga akhirnya di sebuah puncak bukit, Hawa melihat ada seseorang menuju ke arahnya. Adam dan Hawa saling melihat dan saling berlari. Mereka pun bertemu di sebuah tempat teduh di bukit dan melepaskan tangis bahagia sambil memeluk erat satu sama lain.

Adam dan Hawa melanjutkan kehidupan mereka. Hidup di bumi tak semudah atau tak seindah di surga. Mereka memilih tinggal di daerah yang indah ditumbuhi berbagai macam buah-buahan. Adam bekerja sampai merasa lelah. Membuat rumah atau pondok kayu untuk mereka tinggal. Mereka juga bertani dan berkebun untuk menopang kehidupan di bumi. 

Sekian hari mereka lalui hingga mereka dikarunia empat anak. Dua anak lelaki yang mereka namakan Habil dan Qabil serta dua anak perempuan yang mereka namakan Iqlima dan Loza. Mereka hidup dan tinggal bersama dalam kebahagiaan. 

Permusuhan Habil dan Qabil

Qabil adalah orang yang kasar dan suka bertengkar. Sedangkan Habil orang yang tenang dan penuh kedamaian. Qabil menginginkan saudaranya menjadi budak yang menggembala dan melayaninya sehingga ia bebas bermain. Setiap harinya ia menyiksa Habil. Namun Habil tatplah sabar dan memohon doa kepada Allah agar menuntun saudaranya ke jalan yang benar. 

Adam ingin sekali mengakhiri kejahatan yang dilakukan Qabil. Lalu ia perintahkan kedua putranya untuk berqurban. Ia berkata kepada kedua anaknya, “Setiap dari kalian harus berkurban untuk Allah. Yang kurbannya diterima Allah maka ialah yang lebih baik. Karena Allah menerima perbuatan orang yang saleh.”

Qabil berangkat menuju ladang gandum sembari membawa batang yang belum masak. Habil pergi menuju hewan ternak sembari membawa domba-domba terbaik pilihannya. Dan Adam memerintahkan kedua anaknya untuk menuju ke sebuah perbukitan yang ia tunjuk. Keduanya kemudian meninggalkan kurbannya masing-masing. Habil sujud kepada Allah sembari memohon agar Allah menerima kurbannya. Sebaliknya dengan Habil, Qabil gelisah sembari membanting batu-batu. 

Tiba-tiba kilat menyambar dan guntur menggelegar. Qabil pun ketakutan namun Habil masih tetap berdoa. Kilat menyambar lagi dan tiba-tiba menerpa domba dan membunuhnya. itu pertanda bahwa kurban Habil diterima Allah. Angin menghamburkan tumpukan gandum milik Qabil. 

Atas kejadian itu, Qabil menaruh dendam yang besar kepada Habil. Ia bahkan berteriak kencang, “Aku akan membunuhmu!” Habil bersedih dan takut bukan karena ia akan dibunuh oleh saudaranya. Namun ia sedih dan takut akan saudaranya yang bersifat dzalim jauh dari rahmat Allah. Bahkan, jika Qabil berencana membunuhnya, ia ikhlaskan dan tak membalasnya sama sekali. 

Ketika Qabil mengetahui saudaranya tertidur di sebuah tempat berteduh saat menggembalakan hewan ternak, muncullah rasa benci. Qabil ingin membunuh Habil. Ia menghampiri Habil dan mengambil batu besar yang kemudian ia pukulkan sangat keras ke Habil hingga tak bernyawa. Habil tewas di tangan saudaranya sendiri.

Mengetahui saudranya tak bernyawa, Qabil pun bingung harus bagaimana. Ia tak tahu harus diapakan mayat saudaranya tersebut. Saat genting seperti itu, datanglah dua burung yang saling bertengkar hingga salah satunya mati. Burung yang masih bertahan hidup pun, mematuk-matuk tanah hingga bisa untuk mengubur burung yang mati. Dari situlah Qabil tahu apa yang ia harus lakukan. Ya, dia harus menggali tanah guna menguburkan mayat saudaranya. Setelah rampung, pulanglah ia ke rumah.

Melihat Qabil pulang sendirian tidak dengan saudaranya, Adam pun curiga dan menanyakan kemana Habil. Qabil menjawab dan berusaha menutupi perlakuan jahatnya pada Ayahnya. Adam pun cemas dan mencoba mencari Habil. Allah memberi petunjuk melalui kilatan cahaya bulan pada sebuah batu karang. Adam mengerti bahwa Habil telah tewas dan di kubur. Ia begitu gusar kepada Qabil. Kemarahan Sang Ayah membuat Qabil melarikan diri entah kemana dan betapa bersedihnya Adam dan Hawa mengetahui Habil yang sudah meninggal.

Hari demi hari berlanjut. Selama 40 hari Adam menangisi kepergian Habil. Namun Allah memberi tahu padanya agar tak bersedih karena kelak ia akan dikaruniai putra sebaik Habil. Adam bersyukur akan ketetapan Allah. Ia mendapat seorang putra yang ia beri nama Syith. Adam dan Hawa bersama keluarga hidup bahagia meski mereka juga khawatir tentang keadaan Qabil yang entah dimana.
 
Suatu hari, Adam menyuruh Syith mengambilkan beberapa butir anggur. Syith pun menuruti kata ayahnya. Ia mengambi beberapa butir anggur untuk Adam. Namun, belum sempat ia mencicipi anggur pemberian Syith, Adam telah wafat. Ia hidup seribu tahun dan kembali ke surga.





Ditulis ulang dari buku “The Greatest Stories Of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As-Sayyid
« PREV
NEXT »

No comments