Muslimedianews.com ~ Dalam tulisan sebelumnya "Mengurai Masalah Tagar, Makar dan Khilafanisasi Indonesia"dipaparkan analisis yang ekosistem gerakan #2019GantiP****.
Di situ sangat kelihatan bahwa ada 4 elemen besar yang memiliki kepentingan yang saling beririsan alis bertemu. Dari 4 elemen dimaksud, elemen teroris dan elemen radikal memiliki derajat yang sangat tinggi karena tujuan mereka itu tidak bisa dinegosiasi.
Bagi 23 sel-sel teroris yang ada di Indonesia maupun gerakan HTI, NII dan metamorfosa IM, mendirikan Khilafah adalah harga mati!
BAGAIMANA STRATEGI MEREKA
1. Memanfaatkan Turbulensi Politik di Indonesia.
Dari tahun 40an sampai sekarang, percobaan mendirikan Kekhilafahan dengan implementasi keras syariat Islam di Indonesia sangat erat perkawinannya dengan momen turbulensi politik yang terjadi di Indonesia.
Darul Islam lahir dan menunjukkan taringnya disaat Indonesia baru keluar dari cengkeraman kolonialisme; Komando Jihad lahir disaat Indonesia mulai memperkuat Pancasila sebagai Azas Tunggal di era 80an; JI mulai menunjukkan aksinya disaat runtuhnya rezim Soeharto di akhir tahun 90an. Di saat yang sama pula HTI dan Ikhwanul Muslimin, yang merupakan gerakan politik mulai bebas bergerak dan kemudian bermetamorfosa menjadi PKS, saat Azas Tunggal dihilangkan; Tahun 2000an memunculkan JAD, JAT, dan konvergensi di dalam gerakan 212 saat turbulensi Pilkada Jakarta.
Saat ini, Gerakan #2019GantiP**** muncul memanfaatkan potensi turbulensi Pilpres 2019
2. Trend issue yang berulang.
Dari jaman Darul Islam sampai ke konvergensi JAD, JAT, IM, HTI dan 212, issue yang sama yang selalu dimunculkan, yaitu:
* Pemerintah ANTI ISLAM alias KAFIR;
* Pemerintah KOMUNIS; dan
* Pemerintah PRO ASING
Lucunya, bagi elemen-elemen radikal yang mengkafirkan sistem lain selain Khilafah, mereka memainkan issue ini di dalam koridor sistem pemerintahan yang dipakai di Indonesia, yaitu sistem Demokrasi yang berdasarkan Pancasila.
3. Solusi yang ditawarkan
Solusi yang ditawarkan dari selalu adalah Khilafah Harga Mati! Bagi gerakan ini, Khilafah adalah harga mati!
Nah, karena adanya metamorfosa taktik mendirikan khilafah di Indonesia yaitu dengan mengedepankan penetrasi ideologi daripada kekerasan dan teror, terutaman dengan memanfaatkan koridor sistem demokrasi untuk menggantinya dengan sistem Khilafah dengan implementasi keras syariat Islam, maka ada sebagian orang di Indonesia yang menerima, menyetujui, bahkan cenderung acuh dengan gerakan ini.
Sebagian orang merasa Gerakan ini adalah ekspresi demokratis yang dijamin oleh undang-undang dan sama sekali bukan merupakan gerakan yang berbahaya. Ini adalah sebuah kesalahan yang fatal!
Kesalahan yang sama itu sedang dialami oleh orang-orang di Yemen saat ini!
BELAJAR DARI YEMEN
Tahun 2011 beta mulai bekerja di Yemen. Di tahun yang sama, pengaruh Arab Spring mulai masuk ke Yemen. Beta turut mengamati bagaimana gerakan-gerakan Pro-Demokrasi mulai melakukan demo-demo anti Ali Abdullah Saleh, yang saat itu adalah Presiden Yemen. Berbeda dengan kondisi di Syria, Ali Abdullah Saleh ini adalah mitra Barat dan juga mendapat dukungan dari Russia maupun China dan juga Arab Saudi. Jadi bisa dikatakan bahwa gerakan menjatuhkan Saleh adalah murni gerakan Pro-Demokrasi.
Gerakan GantiSaleh menarik elemen-elemen lain ke dalam gerakan ini, seperti: Pemberontak Huthis, Milisi (Hashid dan Bakil), Al-Qaida dan affiliates, Separatis Al-Hiraak di Selatan, Defektor Militer, Tokoh Politik Oportunis dan Tokoh-tokoh Bisnis.
Ali Abdullah Saleh akhirnya mundur. Akan tetapi apakah gerakan Pro-Demokrasi ini menang? Kenyataannya tidak!
Yang terjadi adalah: Proses demokratisasi gagal.
Kelompok Pro Demokrasi dipinggirkan oleh Milisi Houthis, Kelompok Oportunis melakukan konsesi dengan Milisi Houthis, Kelompok separatis Al Hiraak (selatan) dan Tehama (Barat) muncul, Militer Yemen pecah dan saling menyerang; ,AQAP menjadi lebih kuat, ISIS muncul; Perang antara Yemen Utara dan Yemen Selatan yang dulu pernah berperang sebelum unifikasi tahun 1990an.
Apa Pelajaran Berharganya?
Bahwa adalah sebuah kebodohan jika kita merasa bahwa elemen-elemen radikal dan teror di dalam gerakan berbalut demokratis ala #2019GantiP**** itu bisa dikontrol oleh elemen oportunis dan bahwa elemen radikal dan teror akan menjunjung nilai-nilai demokrasi saat sistem negara berhasil diobok-obok.
Salam dari Jakarta
No comments
Post a Comment