BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Thursday, January 09, 2014

Habib Rizieq Shihab: Negara Tidak Boleh Minta Maaf Kepada PKI yang Telah Membantai Muslimin

Muslimedianews, Surabaya ~ Pemerintah Indonesia saat ini dinilai sedang kebingungan atas desakan kelompok pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) agar Negara (Presiden Republik Indonesia) melakukan permintaan maaf korban tragedi 1965-1966

“Sekarang Negara sedang bingung menghadapi tuntutan permintaan maaf kepada PKI. Negara tidak boleh meminta maaf kepada PKI yang telah membantai santri, membakar pondok pesantren dan membunuh para ulama ,” demikian disampaikan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, Rabu (08/01/2014) dalam acara “Tabligh Akbar menyambut Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasssalam” di Masjid Masjid Nurul Mukminin,  Kalisari Damen No.34 Mulyorejo, Surabaya.

Menurut Habib Rizieq, jika permintaan maaf dilakukan pemerintah, itu sama halnya  telah melecehkan kaum Nahdhiyin (NU).

Menurutnya,  dengan meminta maaf kepada PKI sama saja melecehkan dan tidak menghargai perjuangan Banser NU, GP Anshor dan umat Islam. Selain itu permintaan  maaf pada PKI sama dengan menyia-nyiakan kematian santri dan ulama yang PKI bantai kala waktu itu.

Habib Rizieq mengingatkan pemerintah  bahwa meminta maaf kepada PKI  hanya akan  berbuntut panjang.  Negara nantinya dengan terpaksa akan membuka keran penyelidikan pelanggaran HAM. Negara juga akan menanggung kerugian korban yang PKI melakukan klaim.

“Kami serukan kepada Bapak Presiden untuk tidak meminta maaf kepada PKI, karena tidak ada alasan untuk meminta maaf. Sejarah telah jelas bahwa PKI telah membantai kaum Muslimin,” tutur Habib Rizieq dengan penuh semangat.

Menurutnya ummat Islamlah yang paling di rugikan akan hal ini. oleh karena itu ia mengajak ummat Islam untuk bersatu memerangi ‘PKI gaya baru’.

“Oleh karena itu, umat Islam tidak akan pernah memaafkan PKI yang berideolgi komunis sampai kapan pun,” ucapnya di hadapan ribuan jamaah NU Mulyosari Surabaya.



Sumber: Hidayatulloh
Redaktur: Ibnu Munir

« PREV
NEXT »

No comments