728x90

468x60

Saturday, August 27, 2016

Asma, Sang Pemilik Dua Ikat Pinggang


Jakarta, Muslimedianews ~ Asma’. Sahabat dari kalangan perempuan ini merupakan putri dari khalifah pertama, Abu Bakar al-Shiddiq. Usianya sepuluh tahun lebih tua dibanding saudara seayahnya Aisyah istri Rasulullah Saw. dari ibu Qutailah binti abdul Uzza al-Amiri yang telah diceraikan Abu Bakar saat zaman jahiliyyah.  Asma’ menikah dengan Zubair bin Awam dan ikut berjuang bersamanya di perang Yarmuk, namun mereka kemudian bercerai setelah dikaruniai beberapa anak. Diantaranya adalah Abdullah bin Zubair yang dikandungnya ketika hijrah ke madinah kemudian ikut bersama Asma’ pindah ke Makkah, dan Urwah bin Zubair yang kemudian ikut ayahnya sejak kecil. 

Suatu hari ibunya yang masih belum memeluk agama Islam mengunjunginya dan memberikan hadiah berupa kismis, mentega dan qaradh (semacam daun untuk menyamak), tetapi ia malah enggan menerimanya, akhirnya ia menyuruh Aisyah menanyakan perlakuannya itu kepada Nabi Saw yang ternyata menyuruh Asma’ untuk mempersilahkan ibunya masuk kapan saja ke rumahnya dan menerima hadiah dari ibunya tersebut. 

Di saat itu juga Allah Swt. menurunkan surah al-mumtahanah ayat 8 “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. 

Riwayat lain di dalam shahih al-Bukhari disebutkan bahwa ia pernah menanyakan kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah saw. ibuku mengunjungiku, apakah aku boleh menyambung silaturrahim dengannya?”, Nabi menjawab: “Iya sambunglah sanak keluarga dengan ibumu”. Peristiwa ini mengajarkan kita akan pentingnya toleransi dan berhubungan baik dengan non muslim tertuma mereka masih memiliki hubungan darah dengan kita, dengan catatan selama mereka tidak memerangi dan mengusir umat Muslim dari negaranya.

Asma’ yang memiliki postur tubuh besar ini terkenal dengan julukan dzatun nithaqain (wanita yang memiliki dua ikat pinggang). Nama laqab ini disematkan kepadanya karena suatu hari ia pernah membuatkan makanan untuk nabi sebagai bekal dalam perjalanan hijrah ke madinah, tetapi ia tidak menemukan sesuatu untuk mengikatnya kecuali ikat pinggang yang dimilkinya. Akhirnya Abu Bakar sang ayah menyuruh Asma’ untuk menyobek ikat pinggangnya menjadi dua bagian kemudian mengikat bekal makanan untuk nabi tersebut. 

Asma’ juga termasuk periwayat hadis. Tidak kurang dari 58 hadis telah ia sampaikan kepada murid-muridnya. Diantaranya adalah Abdullah  dan Urwah (anak-anaknya), Abdullah bin urwah (cucunya),  Abbad bin Abdullah (cicitnya) dan masih banyak lagi. Selain itu sosok yang masyhur dengan kedermawanannya ini  juga fasih dalam bidang syiir. 

Asma’ hidup sampai berumur seratus tahun dan tidak ada satupun giginya yang copot. Ia  merupakan sahabat muhajirin yang terakhir meninggal dunia. Ia wafat di Makkah dalam keadaan buta setelah sepuluh hari pristiwa pembunuhan anaknya Abdullah bin Zubair di bawah tangan dingin Hajjaj bin Yusuf sang eksekutor karena sengketa perebutan jabatan khalifah. 

Saat peristiwa naas itu ia berada di samping masjid, melihat anaknya disalib pada tanggal 17 jumadal ula, tahun 73 H. Hajaj sempat mendatangi Asma dan berkata: “Anakmu dikebumikan di rumah ini, dan sungguh Allah akan membuatnya merasakan adzab yang pedih”. Mendengar itu Asma tak terima dan berkata: “Bohong kamu, dia justru adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, Ia ahli puasa dan shalat”. Demikianlah sekelumit biografi sosok dermawan nan kuat dalam menghadapi musibah yang ahli syiir dan juga periwayat hadis dari kalangan sahabat.  



Oleh: Annisa Nurul Hasana, Peneliti Hadis di el-Bukhari Institute/ Gambar: islamiday.com.

« PREV
NEXT »