Hari ini saya (18/4) berkesempatan datang ke masjid KH. Hasyim Asy'ari di Daan Mogot, bukan hanya memenuhi undangan tausiyah dalam acara Perempuan Jakarta Bersholawat, tetapi ingin tabayuun atau klarifikasi secara langsung, benarkah pintu-pintu Masjid ini bergambar salib? Dan usai mengelilingi masjid saya tak menemukan simbol salib baik pada bangunan utama maupun pada puluhan daun pintu yg berdiri gagah di Masjid megah ini.
Jadi berita yg kemarin beredar bahwa masjid ini penuh muatan simbol salib adalah hoax; confirmed!
Saya tabayuun. Tapi ribuan orang (eh lebih ding, sepertinya ada 7 juta orang) yg sudah kadung mge-share berita ini adakah yg meminta maaf karena menyebar berita fitnah? Rasanya tidak ada, malahan ramai-ramai menyebut ini Masjid Dhirar karena dibangun oleh orang-orang munafiq. Innâlillah..
Masjid Dhirar adalah sebutan bagi masjid yang dibangun oleh kaum munafiq karena ingin menandingi masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah. Masjid dhirar akhirnya dihancurkan atas perintah Allah (QS 9/109-110).
Menyamakan Masjid KH. Hasyim Asy'ari dengan Masjid Dhirar adalah penistaan terhadap kesucian masjid itu sendiri, bahkan terkategori menistakan agama Islam yang penuh kemuliaan. Ini jelas-jelas Masjid Umat, bukan Masjid Dhirar.
Mesjid ini dibangun oleh Pemda DKI, dibangun dengan anggaran negara. Hanya saja berkebetulan proyek ini dibangun oleh Gubernur DKI Jakarta yg bukan beragama Islam plus ditambah kebencian maha tinggi dari mereka yg menyebut Pak Gubernur penista agama.
Proses peradilan memang sedang berjalan, sebagai warga negara yang sadar hukum semestinya kita memang menunggu hasil keputusan Pengadilan nanti, apakah benar Sang Gubernur menistakan kitab suci atau tidak?
Namun, jangan lantas kemudian lisan menjadi lacur menyebut masjid (rumah Allah) sebagai masjid dhirar (bahaya) yg harus dihancurkan apalagi hanya karena kebencian lalu menyusupkan fitnah tiang salib yang mengada-ada.
Fitnah Masjid Dhirar di injury time ini semakin menambah serangan maha dahsyat kepada sang petahana dalam pilkada besok, sungguh ini serangan bertubi-tubi setelah isu penistaan agama, didemo 7 juta orang, diintimidasi gak diurus mayatnya, gak disholatkan, dikafir-kafirin pendukungnya dan ragam tekanan lainnya.
Dengan tekanan begini dahsyat apa iya Pak Ahok bisa menang?
Enha