“Agama mengajarkan kita untuk memilih orang yang pas berdasar sejumlah kriteria,” katanya.
Namun ia meminta generasi muda tak terjebak dengan konsep salah yang belakang banyak beredar. Ia lantas secara khusus menyoroti soal khilafah HTI yang menurutnya salah tafsir oleh sebagian kalangan.
“Pantas saja pemerintah membubarkan,” katanya mengacu kepada pada ormas yang hendak mengganti azas Pancasila.
Dia menjelaskan agama dan negara sangat mungkin berjalan beriringan. Keduanya memiliki dunianya masing-masing yang sebagian ada yang berurusan, namun ada pula yang tak saling berhubungan. Dia mendorong generasi muda mengerti, mendirikan negara di atas negara jelas bertentangan.
“Substansi kita beragama itu yang penting, mendorong kemakmuran dan keberkahan,” katanya saat mencontohkan.
Khilafah yang kini diperjuangkan sebuah ormas tertentu menurutnya sudah salah kaprah. Terlebih dalam sejarahnya, ormas itu merupakan gerakan yang lebih menjurus ke politik ketimbang dakwah.
“Jangan kita telan mentah-mentah,” ucapnya.
Menurutnya, ideologi Pancasila yang merupakan penggambaran para tokoh sudah sangat pas untuk Indonesia. Dia lantas mengingatkan di bagian Timur, ada kelompok agama lain yang juga eksis dan harus dilindungi.
“Jangan sampai kita memperjuangkan sesuatu yang justru tak pas,” kata pria jebolan Ilmu Tafsir itu.
Dia mengingatkan pemerintah, terkait pembubaran ormas tak boleh sampai mencederai hak warga negara. Siapapun anggota ormas itu tetap harus dipandang sebagai saudara dan tak boleh dikucilkan. “Cara ibadah lain-lain kan tak masalah, hanya soal pemikirannya saja yang berbeda,” katanya.
Alih-alih berjuang untuk pemahaman keliru. Ia mengajak seluruh umat Muslim bersatu untuk kebaikan bersama. “Mari kita berjuang untuk agama nusa dan bangsa dengan cara yang sesuai,” katanya
Sumber: Lombok Post, Senin, 24 Juli 2017