BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Tuesday, July 10, 2018

Amien Rais Pernah Dianggap Phobia Islam karena Statemennya Untuk Mengekang Sekolah Islam

Muslimedianews.com (ARSIP) ~ Amien Rais sewaktu menjadi Ketua MPR pernah dianggap Phobia Islam karena statemennya dalam sebuah forum internasional. Amien Rais mengatakan bahwa Indonesia seharusnya bisa bertindak lebih banyak untuk mengekang sekolah-sekolah Islam yang menjadi dasar pelatihan bagi ekstremis yang melakukan sebagian serangan mematikan sejak 11 September 2001.

Berikut liputan mengenai hal tersebut yang pernah di pos dalam sebuah situs tahun 2003 dahulu:

Statement Amien Rais di Singapore : Phobia dan Singgung Hati Islam 
Saat berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) Asia Timur pada 13-14 Oktober di Hotel Fullerton, Singapura, kemarin, SINGAPURA.  
Ketua MPR Amien Rais menyatakan bahwa Indonesia seharusnya bisa bertindak lebih banyak untuk mengekang sekolah-sekolah Islam yang menjadi dasar pelatihan bagi ekstremis yang melakukan sebagian serangan mematikan sejak 11 September 2001. Sudah saatnya diambil pendekatan lain terhadap pendidikan di Indonesia dan sekolah madrasah yang menjadi lahan subur untuk merekrut pemuda bagi jaringan teror. 
"Pemerintah, tampaknya, sedikit ragu-ragu menunjuk sekolah sebagai sel pengembangan terorisme," ungkapnya.  
Amien juga mengusulkan soal penguatan dinas intelijen dan pemutusan aliran dana gelap bagi kelompok yang ingin melakukan teror. Hal tersebut sangat penting untuk mencegah Islam muncul dalam sorotan yang tidak menyenangkan.  
Sesi-sesi forum prestisius itu dihadiri para pemimpin negara seperti PM Goh Chok Tong, Raja Abdullah dari Jordania, PM Hun Sen dari Kamboja, serta Menteri Senior Lee Kuan Yew. Para menteri bidang ekonomi dari negara-negara Asia Timur dan Tenggara juga datang. Begitu juga para pemimpin perusahaan (CEO) dari banyak negara. Ketua BPPN Syafruddin Temenggung juga hadir. Dia menambahkan, pemerintahan sekuler Indonesia bisa jadi merasa khawatir penumpasan akan menghasilkan reaksi balasan yang keras. Namun, setidaknya, menurut Amien, Indonesia sekarang menyadari adanya masalah.  
"Sekarang pemerintah dan rakyat lebih bersatu dalam mengalahkan serta memerangi terorisme. Meski demikian, ada beberapa masalah lain. Pertama, tidak seluruh polisi kami diperlengkapi secara baik. Kedua, kami perlu memiliki persatuan dari intelijen. Sebab, sampai sekarang, badan intelijen polisi dan jaksa agung belum bersatu. Mereka berbagi informasi. Mereka juga berbagi data. Namun, saya kira, harus ada sebuah badan tertinggi yang mengombinasi dan mengoordinasikan tiga badan intelijen," jelasnya.  
Hanya sedikit analis yang berharap agar pemerintah mengambil tindakan terhadap sekolah-sekolah tersebut. Khususnya, hal tersebut dilakukan sebelum pemilihan presiden tahun depan saat tidak ada politisi yang mau menanggung risiko dicap anti-Islam di negara yang berpenduduk muslim tertinggi di dunia itu. Sebagai contoh, di Lamongan, Jawa Timur, ada sekolah yang disorot karena terkait dengan tiga bersaudara yang ditangkap atas serangan bom Bali 12 Oktober tahun lalu. Dua di antara tiga bersaudara tersebut dijatuhi hukuman mati di pengadilan Bali, sedangkan yang ketiga dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.  
Indonesia menuding Jamaah Islamiyah sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas ledakan Bali. Sebagian ahli keamanan mengatakan, kelompok tersebut merupakan sayap Al Qaidah pimpinan Usamah Bin Laden di Asia Tenggara. "Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya tidak mempunyai bukti yang solid. Menurut logika saya, untuk meyakinkan, jaringan kelompok teroris dihubungkan secara kolektif atau individual terhadap Jamaah Islamiyah (JI)," kata Amien mengenai putusan tersebut.  
Sementara itu, bapak bangsa dan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew, juga menyinggung soal yang sama di forum itu. Menurut dia, tindakan keras untuk memberantas kelompok teroris tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Umat Islam sendirilah yang menurutnya memiliki peranan dominan dalam memberantas kelompok itu."Anda bisa saja membunuh pengebom bunuh diri. Terdapat ratusan dari mereka, namun mereka hanyalah lebah-lebah pekerja," kata tokoh berusia 80 tahun itu pada sesi dialog pertemuan tingkat tinggi. Demikian pula halnya dengan tindakan keras yang dilakukan AS selama ini dalam memberantas terorisme, menurut dia, tidak akan mampu memberantas terorisme secara tuntas."Ratunya adalah penceramah yang ada di madrasah-madarasah (sekolah Islam)... sehingga hal itu adalah masalah yang pada akhirnya saya yakini hanya bisa diselesaikan oleh kalangan muslim sendiri."  
Tidak efektif, menurut Lee, jika kelompok di luar umat Islam berusaha mengambil peranan untuk memberantas kelompok teroris dengan melakukan pembersihan pada madrasah maupun masjid. "Nonmuslim tidak bisa masuk kedalam masjid dan madrasah dan menyatakan bahwa interpretasi Anda terhadap Alquran keliru," jelasnya. Pernyataan Lee itu disampaikan setelah pada hari yang sama kemarin pemerintah Singapura menyatakan kegembiraannya atas tewasnya Fathur Rohman Al-Ghozi -teroris buron asal Madiun- di Filipina.(afp/rtr/cna/ras/ang)



« PREV
NEXT »

No comments