728x90

468x60

Thursday, August 23, 2018

Khotbah KH. Yahya Cholil Staquf Buka Prosesi Wukuf di Padang Arafah

Muslimedianews.com ~ Khotbah wukuf yang merupakan penanda awal dimulainya wukuf di Arafah dibawakan oleh Yahya Cholil Staquf. Pria yang juga merupakan Naib Amirul Hajj Indonesia ini membawakan khotbah mengenai pemilihan rahmah.

Di awalnya ceramahnya, Stafuf membahas mengenai tiga tema pokok dalam berhaji yakni menahan hawa nafsu (laa rafats), 'iffah (menghindari ma'shiyat -laa fusuuq) dan kerukunan (laa jidaal). 

"Sebagai sikap, ketiganya merupakan buah keputusan untuk memilih dengan penuh kesadaran moral dan nalar, bukan semata-mata dorongan hasrat atau emosi," ujar Staquf di tenda masjid jemaah Indonesia yang ada di padang Arafah, Senin (20/8/2018).

Staquf mengatakan, hawa nafsu mendorong manusia untuk bertindak memenuhinya. Namun manusia bisa memilih untuk menahan diri dan melawannya. 

"Terbukanya kesempatan untuk berbuat maksiat mendorong kita untuk melangkah dan memanfaatkan kesempatan itu, tapi kita bisa memilih untuk menjaga kehormatan dan
meninggalkannya," ujar Staquf.

"Ucapan atau perbuatan yang tidak kita sukai dari sesama terhadap diri kita, mendorong untuk bertengkar dan membalas, tapi kita bisa memilih untuk menahan diri, memaafkan dan berdamai," sambungnya.

Tapi membuat keputusan untuk memilih yang lebih baik tidak selalu mudah. Staquf mengatakan, seringkali tindakan benar itu teramat sulit, dibayang-bayangi kekhawatiran, bahkan menyakitkan. Bagi orang beriman, tak ada pendorong yang lebih kuat untuk melakukannya selain taqwa dan pahala Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. 

"Memilih yang lebih baik berarti lebih dekat kepada taqwa dan wujud akhlaq yang lebih mulia," ujar Staquf.

Segala laku fisik dalam peribadatan haji, lanjut Stafuq, baik syarat, rukun, wajib hingga sunnat, selain merupakan gambaran ketaatan mutlak kepada tuntutan agama, juga berfungsi sebagai kerangka lahiriah bagi kondisi mental yang perlu dibangun agar lebih siap untuk -sekaligus ujian dalam melaksanakan ketiga tema pokok di atas. 

"Kita tahu bahwa kepentingan yang tumbuh atas dasar sandangan pembeda identitas, status, dan pangkat duniawi dapat menghalangi kejernihan moral dan nalar. Dengan berihram, kita diperintahkan untuk melucuti diri dari segala ciri pembeda dan mengenakan sandangan paling sederhana yang sama," ujar Staquf.

"Semua tarbiyah Allah dalam peribadatan haji ini tentunya diharapkan membekas dalam jiwa untuk seterusnya. Jika itu sungguh terjadi, kita akan tetap punya harapan bahwa umat Islam bukan hanya mampu menyelesaikan berbagai kemelut pertentangan di dalam Dunia Islam saja, tapi bahkan berpotensi menjadi kekuatan yang mendorong perdamaian bagi seluruh umat manusia," sambungnya.

Staquf mengatakan menolong sesama dan menebarkan kedamaian adalah kunci mabrurnya haji. Dari manakah lahirnya bentuk-bentuk tindakan birrul hajj itu? Tidak lain dari sikap mental rahmah. Yaitu sikap untuk menghadirkan diri seperti rahim ibu: merengkuh, melindungi dan menghidupi. Rahmah yang merupakan satu-satunya tujuan Allah Subhanahu Wa Ta'aalaa dalam mengirim utusanNya, Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam, kepada semesta alam.

"Sebagai sikap, lagi-lagi rahmah adalah pilihan. Kita mungkin dalam keadaan jengkel, marah, sakit hati, ngenas, tapi tetap bisa memilih rahmah, kemudian memaafkan dan mendamaikan. Orang yang sedang memegang kekuasaan besar mampu berbuat apa pun kepada siapa pun, tapi tetap bisa memilih rahmah, kemudian menyantuni dan menegakkan keadilan," ujar Staquf.

"Demikianlah halnya, Allah Yang Maha Kuasa bisa murka, menghukum, menimpakan adzab kapan saja. Tapi sesungguhnya Allah memilih rahmah. Dan Allah SWT menegaskanÙ† Bangsa Indonesia dan seluruh umat manusia membutuhkan rekonsiliasi. Rekonsiliasi Bangsa dan Rekonsiliasi Peradaban. Dan jika kita mencari titik-tolak untuk rekonsiliasi, itu adalah Rahmah. Mari memilih Rahmah," kata Staquf mengakhiri ceramahnya. 
(fjp/jbr)

via detik
« PREV
NEXT »