BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Friday, January 03, 2014

Kisah Bayi Penuh Berkah

Muslimedianews, Sebagaimana yang dilakukan oleh wanita-wanita lain dari bani Sa’ad, aku mendatangi
kota Makkah dengan suamiku dan anakku yang masih bayi dengan mengendarai seekor unta tua, agar aku bisa mendapatkan seorang bayi yang bisa ku susui dengan beberapa upah. Apalagi tahun ini adalah tahun yang sangat berat bagi kami, kekeringan yang sangat telah menimpa kami.

Demi Allah, kami harus benar-benar bisa bersabar dalam menghadapi musibah ini. Pada malam-malam sebelumnya, kami sering tidak bisa tidur karena menahan lapar. Ketika aku ingin menidurkan anakku dan mencoba memberikan air susuku kepadanya, namun tak ada setetes pun yang bisa ia minum. Kambing-kambing yang digembala oleh suamiku, tak ada satupun yang bisa menghasilkan susu. Lalu kami memutuskan untuk pergi ke kota Makkah.

Namun sayang sekali, karena mungkin unta yang kami jadikan tunggangan adalah unta yang sudah tua, kami agak terlambat sampai di kota Makkah. Sesampainya di sana, aku melihat hampir semua wanita-wanita dari kabilahku telah mendapatkan seorang bayi yang hendak mereka susui. Tak ada lagi bayi yang bisa aku susui kecuali seorang bayi dari bani Muthollib. Wallahi, sebenarnya wanita-wanita dari kabilahku, semuanya telah melihat bayi tersebut, namun karena menurut kabar bayi tersebut adalah bayi yang telah ditinggal mati oleh bapaknya, makanya mereka enggan menerimanya untuk mereka susui. Yah…..mungkin karena bayi tersebut adalah bayi yatim dan mereka pikir akan mendapatkan upah yang lebih sedikit jika mereka membawanya untuk disusui.

Karena tak ada lagi bayi lain yang dapat aku susui, aku berkata kepada suamiku; “Aku malu dengan wanita-wanita bani Sa’ad jika aku harus pulang dengan tangan hampa, maka aku harus mengambil bayi yatim itu untuk aku susui.” Setelah berkata demikian, aku segera pergi menuju ke rumah bayi tersebut untuk mengambilnya.

Sesampainya di rumah bayi tersebut, aku mendapatinya terbungkus dengan sebuah kain wol yang sangat putih lebih putih dari pada susu, bau misik yang sangat harum terscium darinya. Dibawahnya terdapat sutra yang berwarna hijau. Ketika itu, bayi mungil tersebut sedang tidur terlentang.

Melihat bayi yang sangat imut lagi tampan tersebut, aku tak kuasa untuk membangunkannya. Aku mendekatinya pelan-pelan, lalu kuletakkan tanganku di dadanya. Tiba-tiba ia terbangun, ketika ia mulai membuka matanya, subhanallaah…..ia menatapku dengan sebuah senyum yang sangat manis sekali terlihat di bibirnya.

Tiba-tiba, dari kedua matanya yang sangat menawan, terpancar sebuah cahaya yang menembus ke arah langit. Kuperhatikan kejadian itu dengan seksama, lalu aku menciumnya di antara kedua matanya.

Kudekap bayi imut itu dengan lembut, kuberikan air susuku kepadanya. Ia meminum air susuku yang sebelah kanan beberapa saat, kemudian aku mencoba memberikan air susuku yang sebelah kiri, namun ternyata ia enggan menerimanya. Dan ternyata hal tersebut menjadi kebiasaannya di hari-hari kemudian, ia hanya mau minum dari yang sebelah kanan, sedangkan yang sebelah kiri, untuk minum saudaranya sesusuan, yaitu anak kandungku.

Dalam perjalanan pulang menuju kabilah bani Sa’ad, aku selalu memberinya minum dari air susuku sebelah kanan terlebih dahulu. Setelah ia kenyang, baru aku memberi minum anakku dari air susu yang sebelah kiri sampai kenyang pula.

Di tengah perjalanan, ketika hari sudah menjelang malam dan kami juga sudah merasa lelah, kami bermalam disebuah tempat untuk istirahat. Dan karena kami merasa lapar, suamiku segera bergegas menuju ke unta tua kami, barangkali ada susu darinya yang bisa kami minum.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba suamiku membawa senampan penuh susu yang ia perah dari unta tua tersebut. Aku tidak mengira, unta setua itu masih bisa menghasilkan susu sebegitu banyak, padalah sebelumnya sedikitpun tak ada susu bisa di dapat darinya.

Kami segera meminum susu tersebut sampai kenyang. Malam tersebut menjadi malam yang sangat indah sekali, karena kami bisa melewati waktu malam dengan perut yang kenyang yang sebelumnya, hal tersebut tidak kami dapatkan.

Suamiku berkata kepadaku; “Wahai Halimah, sungguh bayi yang telah engkau ambil ini adalah bayi yang sangat penuh berkah, tidakkah engkau melihat, semenjak engkau mengambil bayi ini, kita selalu mendapatkan kebaikan dan keberkahan, dan tidak henti-hentinya Allah Ta’ala melipat gandakan kebaikan tersebut.”

Ketika pagi menjelang, kami segera melanjutkan perjalanan dan ingin segera menyusul kawan-kawan kami yang memang terlebih dahulu pulang meninggalkan kami dengan membawa bayi-bayi yang akan mereka susui.

Tetapi sungguh aneh, meskipun kami sebenarnya tertinggal jauh dari rombongan lain dari kabilah Sa’ad, ternyata unta tua kami mampu menyusul mereka dan bahkan mampu mendahului unta-unta mereka. Hal tersebut juga sangat mengherankan mereka.

Akhirnya kami sampai juga di tempat tinggal kami, sebuah desa yang sangat kering kerontang tempat tinggal kabilah bani Sa’ad. Demi Allah, kami belum pernah mengetahui sebuah daerah yang lebih gersang dari tempat yang kami tinggali.

Tapi sungguh luar biasa sekali, semenjak kami mengasuh bayi imut tersebut, kambing-kambing yang kami gembalakan semakin bertambah gemuk dan penuh dengan susu. Kami bisa memerah dan meminumnya setiap saat jika kami mau, yang pada saat bersamaan, kawan-kwan kami yang sama-sama menggembalakan kambing tidak mendapati hal yang demikian.

Sehingga kawan-kawan kami sesama penggembala kambing tersebut berkata kepada yang lain; “Mari kita gembalakan kambing-kambing kita, di tempat anak perempuan Abi Dzuaib (maksudnya Halimah as-Sa’diyyah) menggembalakan kambing-kambingnya.”

Meskipun mereka kemudian ikut menggembala di tempat kami biasa menggembalakan kambing, namun tetap saja, kambing-kambing mereka kurus dan tak menghasilkan susu, sedangkan kambing-kambing kami semakin gemuk dan banyak menghasilkan susu.


اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ونبينا ومولانا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين

Sumber   :  Kitab al-Anwar al-Qudsiyyah min al-Mawahib al-Laduniyyah
Redaktur : Kang Asad

« PREV
NEXT »

No comments