Musliemdianews.com ~ Menjadi tradisi dikalangan para santri, khususnya santri dipesantren salaf.
Yang mana para santri berlomba lomba untuk menjemput keberkahan. Berkah yang
diyakini para santri merupakan salah satu ciri khas perbedaan antara santri dan
bukan santri. Meski terkadang ada orang yang tidak nyantri juga meyakini adanya
keberkahan.
Dipesantren, proses mencari berkah bisa terlihat dengan tindakan para
santri menjemput berkah tersebut. Ada yang berdiri disaat melihat kiai atau
guru lewat, ada yang berebut sisa minum kiai, ada pula yang mengabdi untuk
memasak pada kiai, ada pula yang merapikan tempat kiai mengaji, dan banyak
lagi.
Lalu, sebenarnya apa makna dari berkah itu sendiri?.
Secara Etimologi ulama berpendapat dalam kitab tahdzir wat tanwir (5/33);
البركة :هي النماء
والزيادة, حسية كانت أو عقلية, وكثرة الخير ودوامه, يقال : بارك الله لك
“barokah: yaitu naik atau bertambah, baik bisa
dirasa maupun bisa di nalar akal, dan bertambahnya kebaikan dan
keberlanjutannya. Dikatakan ; semoga Allah memberkahimu.”
Dalam hal ini diterangkan dalam kitab faidul qodir juz 1 halaman 138;
(اللهم بارك لنا فيه) من
البركة وهي زيادة الخير ودوامه
“makna
hadits (ya allah berilah kami keberkahan di dalamnya) dari barokah, yaitu
bermakna tambahnya kebaikan dan terus menerusnya berkah tersebut.”
Keberkahan bisa menyebabkan terjadi kebaikan secara kontinyu kepada setiap
orang yang mendapatkannya. berkah yang diperoleh akan dirasakan dari dampak
kehidupan yang dialami. Bisa jadi orang yang mendapatkan berkah dicukupkan
rezekinya oleh allah walaupun pas-pasan, bisa jadi mendapat keberkahan
bertambah bertaqwa pada Allah, bisa jadi usahanya lancar, bisa juga menjadi
keluarga yang tentram, bisa juga ilmu yang dimiliki berguna bagi orang banyak
walaupn sedikit.
Kisah mengenai adanya berkah bukan hal yang fiktif. Sudah banyak bukti
adanya keberkahan khususnya keberkahan dari para kiai. Hal ini bukan tanpa
tendensi, karena rosulullah s.a.w sendiri telah menjelaskan secara eksplisit
anjuran agar kita encari berkah dari mereka yang dituakan. Baik dari segi nasab
maupun keilmuan dan kesalehan. Sebagaimana dalam hadits beliau bersabda;
عن ابن عياس رضي الله عنهما قال قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : " البرمة من أكابركم " رواه الحاكم في المستدرك (1/62)
“diriwayatkan
dari Ibnu Abbas Rodliyallahu ‘Anhuma ia berkata; Rosulullah s.a.w bersabda ;
“keberkahan allah bersama orang orang besar diantara kamu.” (HR. Hakim 1/62)
Oleh karena itulah para santri
selalu menjemput “barokah” (berkah) dari para kiai. Tindakan para santri
“zaman now” saat menjemput berkah bukan berarti hasil penemuan terbaru,
atau penelitian ilmiah kontenporer yang baru ditemukan. Akan tetapi ini telah
dicontohkan oleh segenap Ulama sejak masa silam.
Dalam kitab shodad imam
jauzi pun yang telah menceritakan bagaimana para pendahulu dari kalangan ulama
salaf yang mencari berkah dari orang alim. Walaupun hanya sekedar melihat
wajahnya saja. Ia berkata ;
وقد كان جماعة من السلف يقصدون العبد الصالح
للنظر في سمته وهدبه لا لاقتباس علمه (صيد الخاطر للجوزي:165)
“ telah ada sekumpulan dari kalangan
Salaf yang menemui orang yang sholeh hanya untuk memandang tingkah dan
kedaannya bukan untuk mendapatka ilmunya.”
Bayangkan saja para
ulama telah mencontohkan bagaimna saat ia mengunjungi ulama hanya untuk melihat
keadaannya. Tentu ini bermakna mereka mengharap berkah dari memandang orang
alim. Apalagi santri yang sampai mengabdi pada ulama dengan tulus guna
menjemput berkah!.
Sungguh luar biasa cara
santri menjemput barokah, bahkan kami menemukan santri di pesantren sumbersari
Kediri yang meminta berkah dari ludah gurunya. Awalnya kami menganggap itu hal
yang tidak benar, ternyata persepsi itu salah. Karena pada zaman nabi sendiri banyak
sahabat yang menadahi ludah nabi di tangan mereka kemudian di usapkan pada
wajah mereka. Sebagaimana hadits tentang bertabarruk dengan ludah nabi (no
hadits ; 2529, juz 1/66.)
وما تنخم
النبي (ص) إلا وقعت في كف رجل منهم فدلك بها وجهه وجلده
"tidaklah nabi berdahak (meludah) kecuali dahak itu
jatuh pada telapak tangan salah satu sahabatnya. Kemudian ia menggosokkan ludah
itu pada wajah dan kulitnya.”
Sementara itu ibnu
taymiyah juga mengapresiasi para penjemput berkah. Beliau mengatakan :
Adapun Esensi keberkahan
dari segenap waliyullah yang shaleh dari aspek kemanfaatan mereka bagi makhluk.
Dengan cara doa mereka untuk taat kepada Allah agar diturunkan rahmat oleh
allah serta dijauhkan dari adzab sebab para wali. Hal itu benar adanya, dan
barangsiapa yang benar benar tulus mengharap berkah dalam konteks yang demikian
maka pertanyaannya benar. (majmu’ fatawa 11/113).
Dari sini bisa kita
ambil pelajaran bahwa para santri penjemput barokah semata mata ia hanya
mengharapkan keberkahan dari ilmu yang dikandung oleh gurunya, sehingga dengan
keberkahan itu ia semakin menjadi muslim yang baik dan hidup dalam keberkahan.
Sekian.
Penulis : Sholihah Santri Madrasah Darussalamah Sumber Sari Kediri
foto: ilustrasi