Muslimedianews.com ~ Dalam sejarah, pernah terjadi peristiwa gerakan ganti khalifah tahun 656 M, zaman Khulafaur Rasyidin yaitu pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Gerakan tersebut menghasilkan noda hitam dalam sejarah awal Islam. Akibat gerakan ganti khalifah (pemimpin) tersebut maka terjadi beberapa hal, diantaranya :
- Khalifah amirul mukminin Utsman bin Affan tewas dibantai massal tanpa perlawanan oleh para demonstran.
- Kudeta. Para demonstran berhasil merebut kekuasaan pemerintahan, menguasai Masjid Nabawi, menguasai mimbar Nabi dan khatbah berisi caci maki, laknat serta vonis kafir murtad bagi almarhum Utsman bin Affan.
- Memaksa membuat pemimpin sendiri, sesuai keinginan para demonstran.
- Umat Islam terpecah belah menjadi banyak kelompok paham dan golongan, meletus perang saudara bertubi-tubi, merembet ke mana-mana tanpa henti.
- Umat Islam terpecah belah menjadi banyak pemerintahan, masing-masing mengklaim sebagai pihak yang sah, legal dan resmi tampil menjadi penguasa pemerintahan.
Para pihak yang mengklaim tidak puas terhadap kinerja pemerintahan khalifah Utsman bin Affan yakni para demonstran, secara masif dan terorganisir menguasai kota pusat pemerintahan Islam, Madinah al-Munawarah, Masjid Nabawi. Masjid Nabawi berhasil dikuasai sepenuhnya oleh para demonstran sejak khalifah amirul mukminin Utsman bin Affan dilengserkan dari mimbar Nabi. Khalifah Utsman dipukul jatuh dari mimbar saat khatbah Jumat.
Sejak saat ini, khalifah Utsman tidak pernah lagi bisa ke masjid Nabi untuk memimpin ritual harian umat Muslim dan tak bisa lagi memberikan intsruksi komando mengontrol jalannya pemerintahan.
Di setiap lorong kota Madinah, di ruang publik, para demonstran terus menerus melakukan orasi, meneriakkan anti Utsman dan menanamkan pengaruh krisis kepercayaan atas diri khalifah kepada publik dan mendorong massa untuk turut mendukung dan bergerak mengikuti protes para demonstran.
Di lain sisi, pada saat yang sama, Khalifah amirul mukminin Utsman bin Affan pun terus menerus memantau keadaan.
Hingga pada puncaknya, keadaan sudah semakin genting, khalifah pun memanggil tokoh atau pemuka demonstran, Al-Asytar an-Nakha'i namanya, di rumah khalifah Utsman bin Affan.
Al-Asytar an-Nakha'i menghadap Khalifah amirul mukminin Utsman, yang dialognya termaktub dalam kitab sejarah otoritatif, Tarikh Ibnu Katsir, sebagai berikut:
Khalifah Utsman: “Apa yang diinginkan oleh para demonstran itu?”
Al-Asytar an-Nakha'i: “Ada tiga hal yang harus antum pilih.”
Khalifah Utsman: “Silakan sebutkan dengan jelas.”
Al-Asytar: “Mereka memberikan pilihan pada antum: Pertama, antum menyerahkan kekuasaan kepada mereka lantas antum katakan pada mereka silakan pilih siapapun yang kalian inginkan jadi khalifah.
Kedua, antum bunuh dirimu sendiri. Dan ketiga, bila antum enggan bunuh diri, maka mereka yang akan membunuhmu.”
Khalifah Utsman: “Apakah ana harus memilih salah satu dari yang tiga itu?”
Al-Asytar: “Ya!”
Khalifah Utsman: “Adapun keinginan mereka agar ana lengser menyerahkan kepemimpinan ini, maka ana tegas tidak akan melepaskan "pakaian" yang telah dipakaikan oleh Allah pada ana ini.
Adapun jika mereka ingin membunuhku, demi Allah! jika kalian membunuhku maka kalian tidak akan berkasih sayang lagi, tidak akan terhubung tersambung lagi dan kalian semua tidak akan memerangi musuh secara bersama-sama lagi selama-lamanya.”
Usai dialog ini, Al-Asytar balik ke Masjid Nabawi menemui para teman seperjuangan jihadnya, di antaranya adalah Muhammad bin Abu Bakar ash-Shidiq, al-Ghafiqi bin al-Harb dan lain-lain, melaporkan hasil dialognya dengan Khalifah Utsman.
Jawaban dari Khalifah Utsman tersebut sangat mengecewakan para demonstran, utamanya, mereka yang menginginkan Khalifah Utsman menyerahkan jabatannya kepada mereka secara sukarela dan tidak perlu sampai membunuh Khalifah Utsman.
Akhirmya para demonstran memutuskan untuk menyerbu rumah Khalifah Utsman di malam hari untuk menghabisinya secara massal, sembunyi-sembunyi dan terencana. Realitanya, khalifah amirul mukminin Utsman bin Affan tewas dibunuh oleh kaum Muslim sendiri, para sahabat Nabi, tewas dikeroyok di rumahnya sendiri, tanpa perlawanan.
Sumber: Tarikh al-Bidayah wan Nihayah, karya Ibnu Katsir.
Penulis : Ziyyulhaq, dengan penyesuaian kalimat.
Penulis : Ziyyulhaq, dengan penyesuaian kalimat.