Muslimedianews.com, Jakarta ~ Salah satu tradisi keagamaan yang lekat dengan warga NU adalah Tahlilan,
Selametan atau Kendurian. Ada sebagian yang menganggap bahwa tradisi
itu berasal dari ajaran agama Hindu, padahal anggapan semacam itu adalah
sebuah kekeliruan.
Pernyaatan itu disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Pondok Pesantren Ats-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta, Sabtu (14/5/2014). Menurut doktor dari Universitas Ummul Qura ini, sikap dan ritual orang Hindu terhadap orang mati berbeda.
"Orang kalau `nyerang` kita itu lho, (Tahlilan) ini warisan hindu ini. Salah itu, bukan dari Hindu. Itu dibawa Sunan Ampel dari Champa sana, dari Vietnam. Kalau Hindu mayatnya dibakar, udah selesai, kalau ini tidak, ini dari umat Islam Champa,” terang Kiai Said
Menurut Kiai Said, secara genealogis, ajaran Islam yang ada di Champa pada waktu itu adalah ajaran Islam yang dibawa dari Timur Tengah.
“Champa dari mana? ya dari Timur Tengah juga, hanya beda dikit, kalau Mesir 3 hari saja, di Mesir mendoakan orang meninggal pakai Al-Quran saja. Kalau tahlil seperti kita, dari Yaman tuh. Kenapa? Karena tidak semua orang bisa baca Al-Quran, yang ta`ziyah kan ingin mendoakan semua, ya udah qulhu, falaq binnas, dipilih yang gampang, dari pada baca Alquran nanti salah malah dapat dosa,” jelas Kiai Said.
Kiai Said mengatakan, tradisi 3, 7, 40 malah itu dari Syiah, namun demikian bukan berarti dengan hitungan itu membuat keyakinan dan aqidah kita ikut menjadi Syiah.
“Ya ga apa-apa, yang penting bukan aqidahnya yang kita ambil dari Syiah, bukan mempercayai Ali itu ma`sum, gak pernah dosa; mencaci Abu Bakar, Umar, Usman, Tidak. Hanya budayanya saja,” tuturnya. (Aiz Luthfi/Mahbib/nu.or.id)
Pernyaatan itu disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Pondok Pesantren Ats-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta, Sabtu (14/5/2014). Menurut doktor dari Universitas Ummul Qura ini, sikap dan ritual orang Hindu terhadap orang mati berbeda.
"Orang kalau `nyerang` kita itu lho, (Tahlilan) ini warisan hindu ini. Salah itu, bukan dari Hindu. Itu dibawa Sunan Ampel dari Champa sana, dari Vietnam. Kalau Hindu mayatnya dibakar, udah selesai, kalau ini tidak, ini dari umat Islam Champa,” terang Kiai Said
Menurut Kiai Said, secara genealogis, ajaran Islam yang ada di Champa pada waktu itu adalah ajaran Islam yang dibawa dari Timur Tengah.
“Champa dari mana? ya dari Timur Tengah juga, hanya beda dikit, kalau Mesir 3 hari saja, di Mesir mendoakan orang meninggal pakai Al-Quran saja. Kalau tahlil seperti kita, dari Yaman tuh. Kenapa? Karena tidak semua orang bisa baca Al-Quran, yang ta`ziyah kan ingin mendoakan semua, ya udah qulhu, falaq binnas, dipilih yang gampang, dari pada baca Alquran nanti salah malah dapat dosa,” jelas Kiai Said.
Kiai Said mengatakan, tradisi 3, 7, 40 malah itu dari Syiah, namun demikian bukan berarti dengan hitungan itu membuat keyakinan dan aqidah kita ikut menjadi Syiah.
“Ya ga apa-apa, yang penting bukan aqidahnya yang kita ambil dari Syiah, bukan mempercayai Ali itu ma`sum, gak pernah dosa; mencaci Abu Bakar, Umar, Usman, Tidak. Hanya budayanya saja,” tuturnya. (Aiz Luthfi/Mahbib/nu.or.id)
maklumin kyai.. lha wong wahaber itu islam ABG.. anak kemaren sore.. :)
ReplyDelete