BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Thursday, December 19, 2013

Klarifikasi KMNU UGM Terkait Pencatutan Namanya Dalam Deklarasi Komunitas Pecinta Sunnah "Tolak Syiah"

Muslimedianews, Yogyakarta ~ Lagi-lagi aksi pencatutan nama Nahdlatul Ulama oleh oknum yang tidak bertanggung jawab kembali terjadi. Kali ini menimpa Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Universitas Gajah Mada (KMNU UGM) Yogyakarta. Dalam pemberitaan di beberapa media Islam "ekstrim" disebutkan KMNU UGM ikut terlibat dalam pernyataan deklarasi Masyarakat Pecinta Sunnah yang digelar di Masjid Kampus UGM Yogyakarta pada Ahad (15/12/2013). Bahkan di media lain disebutkan adanya penandatanganan simbolis dari perwakilan masing-masing ormas.

Tercatat ada 18 ormas yang bergabung dalam komunitas Masyarakat Pecinta Sunnah sebagaimana tertulis dalam surat pernyataan deklarasi, yaitu: Jamaah Shalahuddin UGM, FSLDK, LIDMI, Syam Organizer, FSRMY, Mahasiswa Pecinta Islam, Jamaah Ansharut Tauhid, Harakah Islamiyah, FORSALAMM, Indonesia Tanpa JIL – Yogyakarta, FKAM, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, KAMMI, Angkatan Muda Muhammadiyyah, Laskar Mujahidin, KMNU UGM, Majelis Mujahidin Indonesia, dan Hias Organizer.

Terkait pencatutan nama KMNU UGM dalam deklarasi itu yang kemudian oleh beberapa media Islam "provokatif" dipelintir sebagai bentuk pernyataan "Tolak Syiah" dibantah dengan tegas pihak KMNU UGM. 

Ketua KMNU UGM, Puguh Imam Al Abib, memberikan klarifikasi bahwa KMNU UGM sama sekali tidak ikut terlibat dalam deklarasi tersebut. Jamaah Shalahuddin UGM selaku panitia deklarasi sudah memohon maaf atas keteledoran yang dilakukannya. Permohonan maaf ini disampaikan melalui pesan singkat (SMS) yang dikirim langsung kepada ketua KMNU UGM.

Berikut adalah bunyi pesan SMS yang ditulis pihak panitia penyelenggara kepada KMNU UGM:
"WAALAIKUM SALAM, ia mas, maaf atas hal tsb. Jd nama yg ikut deklarasi itu adalah pihak pihak yg ikut terlibat d acara bedah buku. panitia gag nyaring lg dan saya pribadi lupa buat ngingatkan kalau KMNU belum ditanyain mau atau tidak mau ikt deklarasi....".
Atas kejadian ini, KMNU UGM menghimbau kepada para mahasiswa Nahdliyin khususnya mahasiswa UGM dan masyarakat pada umumnya untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh isu-isu berita yang tidak jelas dan berharap ini sebagai bentuk pembelajaran agar semakin kuat.

Kalau kita cermati, sebenarnya dalam pernyataan deklarasi Masyarakat Pecinta Sunnah sama sekali tidak menyinggung masalah Syiah atau penolakan Syiah atau yel-yel "Syiah Bukan Islam" seperti yang banyak diberitakan di media. Yang ada adalah deklarasi untuk mengikuti dan menghidupkan sunnah Nabi dalam kehidupan sehari-hari bukan deklarasi "Tolak Syiah" (Lihat pernyataan deklarasi pada gambar di samping).

Dalam acara deklarasi yang dikemas bersama bedah buku "Mengenal & Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia" menghadirkan pembicara Prof. Dr. Yunahar Ilyas (Ketua MUI Pusat), Dr. Muinudinillah (Dewan Syariah Kota Surakarta), dan M. Zaitun Hasmi, Lc., MA (Anggota MUI Pusat Bidang Luar Negeri).

Para pembicara sendiri menyampaikan paparannya sudah cukup baik dengan tidak meletakkan isu ini sebagai ajang pemecah-belah ummat Islam dan tidak menganjurkan audien untuk memerangi penganut Syiah secara fisik. Prof. Yunahar Ilyas selaku pembicara pun tidak gegabah mengamini "Syiah Bukan Islam". 

Mengutip komentar Fafa Mustofa, anggota KMNU UGM yang hadir dalam acara tersebut, berpendapat bahwa acara bedah buku tersebut bukan diskusi melainkan mobilisasi. Sebab sejak dari awal moderator menyampaikan acara tersebut sebagai acara deklarasi gerakan "Syiah Bukan Islam". Tidak ada upaya pembedahan masalah secara obyektif maupun komprehensif. Acara tersebut juga tidak mengundang Pimpinan Syiah, hal ini sudah menutup upaya klarifikasi alias tabayyun dan yang terjadi hanyalah justifikasi dan generalisasi. Bahkan, moderator menyatakan segala pertanyaan yang telah diajukan tidak menggugurkan pernyataan/ uraian "Syiah Bukan Islam". Pernyataan tersebut terlampau arogan dalam forum ilmiah.

Memang isu Syiah akhir-akhir ini semakin diangkat keluar khususnya oleh pihak-pihak yang merasa dirinya paling benar yang biasanya mengaku paling sesuai dengan Qur'an dan Sunnah. Mereka yang dulunyya begitu gencar memainkan kata "bid'ah" kini seolah beralih dengan permainan kata baru "syiah". Jangan sampai permainan isu Syiah ini justru menjadi bumerang bagi umat Islam di Indonesia sehingga terjadi konflik Sunni-Syiah yang tiada ujungnya seperti di Timur Tengah. Penyimpangan Syiah memang perlu dipahami Ahlussunnah tetapi kita harus tetap waspada akan pihak-pihak tertentu yang sengaja memanfaatkan isu ini sebagai ajang pemecah belah umat Islam di Indonesia.




Redaktur: Ibnu Munir

« PREV
NEXT »

No comments