BREAKING NEWS
latest

728x90

468x60

Wednesday, October 22, 2014

NU Maroko Kaji 'Dakwah Moderat Islam' Indonesia

Rabat, Muslimedianews.com ~ Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko menggelar kajian seputar  “Moderasi Islam di Indonesia” di café Chellah, Rabat Ville. Acara yang dikemas dalam bincang santai Kopi Darat, Ahad (19/10/2014), ini menghadirkan Ketua Yayasan Muta’allimat Lombok, NTB, Tuan Guru H Hazmi Hamzar dan dosen Studi Islam di UNJ, Andy Hardiyanto.

Menurut Hazmi, konsep Al-Qur’an terhadap manusia sudah jelas, yakni membentuk generasi khaira ummah (umat terbaik). Ajaran Al-Qur’an yang dibawa Rasulullah adalah ajaran yang bersifat universal, yaitu kompatibel dengan berbagai kondisi geografis, sosiologis dan kultur di mana masyarakat tinggal. Nabi Muhammad, sebagai pembawa wahyu adalah tolok ukur seorang pendakwah dalam mengenalkan ajaran-ajaran Islam ke semua sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Melihat keislaman di Indonesia, katanya, yang coraknya beragam, konsep moderatisme menjadi sangat urgen dalam rangka menjadi peredam terlebih di antara konflik berkepanjangan kaum fundamentalis dan kaum liberalis yang seringkali membingungkan masyarakat.

Sementara Andy mengklasisfikasikan, dalam menyikapi problematika tentang moderasi ini, ia menawarkan solusi di antaranya pendekatan dialogis secara dini dalam pengajaran pendidikan Islam, terlebih di pesantren yaitu dengan mengajarkan berbagai perspektif ajaran Islam yang kaya warna sejak kecil hingga perguruan tinggi agar tidak terjadi pemahaman satu arah dalam berislam.

Pria yang pernah mengajar bahasa Indonesia kepada para mahasiswa Maroko ini mengatakan, agar teks benar-benar mampu fleksibel terhadap dinamika problematika kontemporer, perlu ditawarkan metode hermeneutika dengan formulasi segitiga dengan memosisikan teks sebagai puncak segitiga itu, kemudian Nabi dan umat pada sisi-sisinya.

“Hermeneutika ini dimaksudkan agar interpretasi teks dalam menawarkan solusi problematika umat tetap relevan dengan kondisi sosial masyarakat tanpa meninggalkan teks itu sendiri juga Nabi sebagai pembawa wahyu,” ujarnya.

Melihat permasalahan itu, menurut analisa H Nasrulloh Afandi, kandidat Doktor Maqasid Syariah di Universitas Al-Qurawiyin, Maroko, kedatangan Wali Songo di Indonesia sebenarnya membawa prinsip-prinsip maqashid syari'ah. Di antaranya untuk liriayati masholihul ibad (menjaga kemasalahatan umat). Dalam dakwahnya Wali Songo tidak memberangus kebudaya lokal. Ia menaungi semua suku, adat, ras, budaya dan tradisi.

Kemudian, lanjut Nasrul, pada perkembangannya prinsip itu dijalankan oleh Gus Dur. Presiden ke-4 RI ini menerapkan prinsip-prinsip itu di tengah masyarakat yang majemuk. Di era moderat ini kita harus bisa menerapkan prinsip-prinsip itu. Selanjutnya, dalam berdakwah juga harus betul-betul memperhatikan situasi, kondisi dan corak  masyarakat setempat, sehingga apa yang disampaikan bisa diterima seperti halnya Wali Songo.

Turut hadir pula, dosen pengajar bahasa Indonesia di Universutas Mohammed V Rabat, Dr. Sri Marmuah, Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko Kusandi El Ghezwa, Wakil Rais Syuriah PCINU Ali Syahbana, serta Wakil Ketua PPI Maroko, H. Abdul Hamid. (Fairuz Ainun Naim/Mahbib)

Sumber www.nu.or.id
« PREV
NEXT »

1 comment

  1. Lalu Suherman Hadi Ratmaja22 October 2014 at 09:13

    siiip...!!! jangan kebablasan

    ReplyDelete