Muslimedianews, Jakarta ~ Pancasila sebagai ideologi negara banyak menghadapi ancaman di era reformasi ini. Ada yang menginginkan agar Indonesia menjadi negara Islam seperti di Arab Saudi. Ada pula gerakan yang menginginkan Indonesia menjadi negara imamah seperti Iran.
"Belum lagi, ada gerakan yang menginginkan supaya kawasan regional mulai dari Thailand, Malaysia, Indonesia sampai Australia ini dijadikan wilayah kekhalifahan Islam seperti di zaman Ottoman Emperium dahulu," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD di Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Hal itu dikatakan Mahfud MD dalam acara dialog dengan kader-kader Muhammadiyah yang berlangsungdi Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.
Dialog yang dipandu langsung oleh Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM), Muhammad Alwiuddin itu berlangsung hangat dan akrab.
Hadir dalam acara tersebut seluruh jajaran PWM Sulsel serta para mahasiswa dan mahasiswi dari sejumlah perguruan tinggi setempat.
Mahfud MD lebih jauh mengatakan, gencarnya tawaran ideologi trans-nasional yang dilakukan oleh gerakan-gerakan kelompok tertentu itu, selalu dikaitkan dengan gencarnya korupsi di negeri ini.
Mereka berargumentasi bahwa konsep kenegaraan yang ditawarkan oleh masing-masing dari mereka sebagai solusi untuk mengentaskan Indonesia dari keterpurukan korupsi.
"Mereka seperti membawa obat mujarab untuk mengatasi segala penyakit dari bangsa ini," tambah guru besar hukum tata negara dari Universitas Islam Indonesia (UII) itu.
Padahal kenyataannya tak demikian. Bila kita lalai, katanya, dan membiarkan mereka secara leluasa menjajakan idelogi masing-masing, justru negeri yang majemuk ini akan semakin terpuruk menjadi negara gagal.
Itulah sebabnya, Mahfud MD mengajak kader-kader Muhammadiyah dan NU menjadi pelopor serta penyangga ideologi negara Pancasila.
"Jika tak ada NU dan Muhammadiyah sebagai penyangga ideologi Pancasila, negara ini sudah terseok-seok," kata calon presiden yang diusung PKB ini.
Sumber: The Globe Journal
Redaktur: Ibnu Munir
No comments
Post a Comment