Muslimedianews.com, Yogyakarta ~ Tim sukses calon presiden dan wakil presiden dari poros koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo-Jusuf Kalla, membentuk tim Bravo Lima untuk menangkal seputar kampanye hitam menyangkut isu SARA yang kerap diarahkan kepada Jokowi. Hari ini, Jumat, 6 Juni 2014, tim itu menyambangi Pondok Pesantren Al-Islam Kota Yogyakarta.
Tim yang beranggotakan antara lain mantan Menteri Luar Negeri dan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Alwi Shihab dan Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan itu akan berkeliling ke sejumlah pondok pesantren di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah selama masa kampanye pemilihan umum presiden.
Alwi menuding penyebar isu sengaja membuat sesat paradigma masyarakat tentang Jokowi jelang dan selama masa kampanye, yakni mulai dari Jokowi seorang Kristen atau banyak dikelilingi orang Kristen hingga Jokowi keturunan Tionghoa dan anti-Islam. Hal itu justru makin menunjukkan kentalnya nuansa politis demi menjatuhkan citra Jokowi agar gagal terpilih. "Model gerakan (penyebaran fitnah) ini mirip dengan cara-cara kelompok Wahabi Salafi yang menghalalkan segala cara agar bisa berkuasa," kata mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu.
Gerakan Wahabi Salafi merupakan ajaran seorang tokoh reformis Ibnu Taimiyah, yang diteruskan Muhammad bin Abdul Wahab sekitar abad 16. Inti gerakan itu berupa pemurnian agama (Islam) yang menolak segala praktek keagamaan atau ritual yang dianggap asing, termasuk mengharamkan ritual agama lain. Kelompok Wahabi ini dikenal menghalalkan segala cara, termasuk mendapatkan kekuasaan, guna mewujudkan tujuannya. Kelompok ini tak segan menggunakan cara kekerasan dan tak manusiawi bagi mereka yang tak sepaham.
"Gerakan ini sangat berlawanan dengan tradisi Nahdlatul Ulama, yang sempat melawannya sejak tahun 1926 agar tidak menyebar luas ke Indonesia yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan sikap saling menghargai," kata Alwi.
Menurut Alwi, Jokowi diserang dengan cara ini oleh kelompok tersebut karena kalangan NU dan Partai Kebangkitan Bangsa mendukung mantan Wali Kota Solo itu. Kabar bohong soal Jokowi pun akhirnya ditiupkan guna mempengaruhi kelompok awam, khususnya umat Islam, yang memang di Indonesia mayoritas jumlahnya.
Pemurnian agama ini sendiri sempat muncul dalam salah satu manifesto Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) selaku gerbong pengusung calon Presiden Prabowo Subianto jelang kampanye. Namun, kemudian manifesto itu akhirnya dihapus. "Dihapus karena sudah telanjur tercium gerakannya," kata Alwi.
Saat ditanya Tempo siapa kiranya kelompok atau penganut Wahabi yang menyusup dalam kubu capres Prabowo, Alwi enggan menyebutnya."Saya tak perlu sebut orang atau partainya, semua juga sudah tahu," ujar Alwi. (Tempo)
Tim yang beranggotakan antara lain mantan Menteri Luar Negeri dan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa Alwi Shihab dan Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan itu akan berkeliling ke sejumlah pondok pesantren di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah selama masa kampanye pemilihan umum presiden.
Alwi menuding penyebar isu sengaja membuat sesat paradigma masyarakat tentang Jokowi jelang dan selama masa kampanye, yakni mulai dari Jokowi seorang Kristen atau banyak dikelilingi orang Kristen hingga Jokowi keturunan Tionghoa dan anti-Islam. Hal itu justru makin menunjukkan kentalnya nuansa politis demi menjatuhkan citra Jokowi agar gagal terpilih. "Model gerakan (penyebaran fitnah) ini mirip dengan cara-cara kelompok Wahabi Salafi yang menghalalkan segala cara agar bisa berkuasa," kata mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu.
Gerakan Wahabi Salafi merupakan ajaran seorang tokoh reformis Ibnu Taimiyah, yang diteruskan Muhammad bin Abdul Wahab sekitar abad 16. Inti gerakan itu berupa pemurnian agama (Islam) yang menolak segala praktek keagamaan atau ritual yang dianggap asing, termasuk mengharamkan ritual agama lain. Kelompok Wahabi ini dikenal menghalalkan segala cara, termasuk mendapatkan kekuasaan, guna mewujudkan tujuannya. Kelompok ini tak segan menggunakan cara kekerasan dan tak manusiawi bagi mereka yang tak sepaham.
"Gerakan ini sangat berlawanan dengan tradisi Nahdlatul Ulama, yang sempat melawannya sejak tahun 1926 agar tidak menyebar luas ke Indonesia yang menjunjung tinggi kebhinekaan dan sikap saling menghargai," kata Alwi.
Menurut Alwi, Jokowi diserang dengan cara ini oleh kelompok tersebut karena kalangan NU dan Partai Kebangkitan Bangsa mendukung mantan Wali Kota Solo itu. Kabar bohong soal Jokowi pun akhirnya ditiupkan guna mempengaruhi kelompok awam, khususnya umat Islam, yang memang di Indonesia mayoritas jumlahnya.
Pemurnian agama ini sendiri sempat muncul dalam salah satu manifesto Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) selaku gerbong pengusung calon Presiden Prabowo Subianto jelang kampanye. Namun, kemudian manifesto itu akhirnya dihapus. "Dihapus karena sudah telanjur tercium gerakannya," kata Alwi.
Saat ditanya Tempo siapa kiranya kelompok atau penganut Wahabi yang menyusup dalam kubu capres Prabowo, Alwi enggan menyebutnya."Saya tak perlu sebut orang atau partainya, semua juga sudah tahu," ujar Alwi. (Tempo)
Saya sudah menduga dari awal... PKS di balik layar...
ReplyDelete